Shin Tae-yong, mantan pelatih timnas Korea Selatan, merasa tertantang menangani Indonesia. Tim "Garuda" menelan lima kekalahan beruntun usai dipecundangi Malaysia 0-2, Selasa malam.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
KUALA LUMPUR, SELASA – Tim nasional sepak bola Indonesia belum beranjak dari keterpurukan seusai dibekap Malaysia 0-2 pada kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, Selasa (19/11/2019). Mengangkat kembali performa tim ”Garuda” menjadi tantangan besar bagi calon pelatih, Shin Tae-yong.
Pelatih asal Korea Selatan itu memenuhi undangan PSSI untuk memaparkan rencana program kerja jika terpilih sebagai pelatih baru timnas Indonesia. Selama 2 jam, Tae-yong berbicara dengan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan serta jajaran pengurus PSSI lainnya di Kuala Lumpur, kemarin.
Seusai pertemuan itu, Tae-yong mengaku telah mempelajari sepak bola Indonesia dan menganalisis empat laga terakhir Indonesia di grup G kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Dalam pertemuan itu, Tae-yong juga menyampaikan program kepelatihannya dan target-target jangka panjang dan pendek jika dipercaya memimpin tim Garuda.
”Bagi saya, ini adalah sebuah tantangan. Saya tahu atmosfer sepak bola di Indonesia sangat luar biasa dengan suporter fanatik. Saya juga melihat pengurus federasi memiliki semangat kuat untuk membangun sepak bola Indonesia ke level lebih tinggi,” ujar Tae-yong, mantan pelatih timnas Korsel di Piala Dunia Rusia 2018, dalam keterangan resmi PSSI.
Selain timnas senior, pelatih baru yang terpilih rencananya akan memegang tugas tambahan, yaitu menangani timnas U-20 di Piala Dunia U-20 2021 saat Indonesia menjadi tuan rumah. Tae-yong, yang pernah menangani timnas U-20 dan U-23 Korsel, memiliki strategi agar ”Garuda Muda” kompetitif di turnamen itu.
Ia akan membawa koleganya yang menjadi staf pelatih saat Korsel menembus final Piala Dunia U-20 2019 di Polandia, Juni lalu. Kiprah Korsel saat itu cukup menawan. Tim kuat seperti Argentina, Jepang, dan Ekuador, menjadi korban mereka dalam perjalanan ke final. Sayangnya, mereka ditundukkan Ukraina di final.
”Sepak bola Indonesia punya prospek yang bagus dengan banyaknya talenta muda potensial,” ujarnya kemudian.
Cerdik
Tae-yong memiliki reputasi cukup baik di Asia, bahkan dunia. Ia kerap dijuluki ”Jose Mourinho dari Asia” karena dikenal cerdik, pandai memotivasi pemainnya, dan tidak jarang pragmatis dalam menjungkalkan lawan-lawan yang lebih kuat. Juara dunia 2014, Jerman, menjadi korbannya saat dikalahkan Korsel 0-2 pada penyisihan grup F Piala Dunia 2018. Tim raksasa itu pun gagal menembus babak kedua untuk kali pertama dalam 80 tahun.
Tae-yong juga sempat dikaitkan dengan posisi pelatih timnas Thailand. Seperti diberitakan Fox Sports, Februari lalu, Tae-yong nyaris menempati jabatan itu seusai diberhentikannya Milovan Rajevac. Namun, Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) akhirnya lebih memilih Akhira Nishino, mantan pelatih yang sukses membawa Jepang lolos ke babak 16 besar Piala Dunia Rusia.
Tae-yong akan bersaing dengan Luis Milla, mantan pelatih timnas U-23 Indonesia yang juga diundang PSSI untuk audisi calon pelatih. Milla sempat menugaskan asistennya untuk menemui pengurus PSSI di Kuala Lumpur, tetapi Iriawan ingin bertatap muka langsung dengannya. Pertemuan mereka pun dijadwalkan ulang, yaitu akhir pekan ini di Singapura.
”Timnas Indonesia membutuhkan pelatih yang andal. Shin Tae-yong adalah salah satu pelatih yang memiliki prestasi dunia. Tentu kami akan mempelajari program yang telah disampaikannya. Keputusan akan diambil secara obyektif di rapat Exco (Komite Eksekutif) PSSI,” ujar Iriawan usai bertemu Tae-yong.
Pelatih berusia 49 tahun itu sempat menonton laga Indonesia lawan Malaysia di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur. Tim Garuda, yang ditangani pelatih sementara Yeyen Tumena, sebetulnya tampil cukup baik. Pendekatan pragmatis mereka menghasilkan sejumlah peluang emas lewat serangan balik cepat dari lini sayap.
Sayangnya, sejumlah pemain seperti penyerang sayap Febri Haryadi, terlihat individualis. Ia berkali-kali memaksakan diri mencetak gol, antara lain di menit ke-19 dan 82. Padahal, rekan-rekan lainnya seperti David Maulana dan striker pengganti, Osas Saha, tidak terkawal di kedua situasi emas Indonesia itu. Namun, Haryadi masih mampu menghasilkan penalti yang gagal dieksekusi sempurna Saha.
Sejumlah kesalahan individu ikut memperburuk situasi. Kesalahan fatal itu antara lain dilakukan bek tengah Yanto Basna. Dalam situasi yang semestinya dapat terkontrol, ia justru kehilangan bola di menit ke-73. Bola yang direbut Safawi Rasid itu lantas berujung gol kedua Malaysia. Rasid juga mencetak gol pertama lewat tendangan bebas di menit ke-30.
Kekalahan itu membenamkan Indonesia di dasar klasemen grup G kualifikasi Piala Dunia 2022. Indonesia belum sekali pun meraih poin dari lima laga yang telah dijalani. “Ini masih bisa diperbaiki. Laga berikutnya akan digelar Maret tahun depan. Masih banyak waktu untuk perbaikan,” tutur Tumena seusai laga itu dikutip dari Astro Malaysia.