Pemerintah merevisi target perolehan medali emas di SEA Games 2019 Filipina. Pada SEA Games kali ini, Indonesia lebih banyak mengirim atlet muda yang minim pengalaman internasional di 51 cabang olahraga.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Revisi target medali emas di SEA Games 2019 Filipina dari minimal 50 emas menjadi 45 emas yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga dianggap realistis. Pada SEA Games ini, komposisi atlet muda yang minim pengalaman internasional sebanyak 60 persen dari total 837 atlet Indonesia di 51 cabang olahraga.
”Berdasarkan kondisi pelatnas dan kebijakan Kemenpora untuk menurunkan 60 persen atlet muda, maka target 45 emas itu sudah realistis. Kita semua berharap ada kejutan sehingga kontingen Indonesia bisa meraih emas melebihi target tersebut,” ujar Ketua Umum KONI Marciano Norman seusai bertemu Menpora Zainudin Amali di Kemenpora, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Wakil I Ketua Umum Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga, Bidang Sport Science & Iptek dan Bidang Diktar KONI Suwarno mengatakan, jauh sebelum Kemenpora melakukan revisi target, KONI sudah memperkirakan peluang Indonesia hanya sekitar 45 emas. Perkiraan itu muncul dari perhitungan target awal pengurus induk cabang, kondisi pelatnas, dan calon lawan di SEA Games.
Bisa meraih 45 emas saja sudah sangat optimal. (Suwarno)
”Perkiraan itu sudah kami komunikasikan ke pihak terkait, seperti Kemenpora dan KOI dalam rapat di Komisi X DPR,” kata Suwarno.
Tidak ada perkembangan berarti antara hasil Indonesia pada SEA Games 2017 Malaysia dan 2019. Dua tahun lalu, KONI memperkirakan Indonesia meraih 46 emas. Nyatanya, Indonesia mendapat 38 emas dan harus puas duduk di peringkat keempat.
”Situasi ini juga karena dinamika yang ada. Kemenpora membuat kebijakan komposisi kontingen 60 persen atlet muda dan 40 persen elite. Dengan dominasi atlet senior saja kita tidak bisa optimal pada 2017, apalagi dengan didominasi atlet muda di SEA Games ini. Bisa meraih 45 emas saja sudah sangat optimal,” katanya.
Faktor kesalahan
Zainudin mengatakan, revisi target itu karena perhitungan faktor kesalahan atau margin error. Faktor itu antara lain psikologis atlet bermain di kadang lawan, kebugaran atlet, dan sejumlah hal nonteknis.
”Faktor kesalahan itu pasti akan memengaruhi target kita. Jadi, dihitung-hitung, kontingen Indoneaia kemungkinan meraih 45 emas. Jumlah itu sudah lebih baik dibanding dua tahun lalu,” ujarnya.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto mengatakan, ada lima variabel perhitungan faktor kesalahan, yakni tuan rumah (wasit, panpel, dan suporter), kebugaran atau cedera, puncak performa, nonteknis (anggaran), dan jam terbang atlet (60 persen yunior dan 40 persen senior). Faktor tuan rumah, kebugaran atlet, dan nonteknis adalah variabel tetap yang selalu ada di setiap ajang multicabang.
Cedera atlet bisa terjadi sewaktu-waktu dan berpengaruh besar terhadap target medali. Adapun soal anggaran termasuk kekecewaan cabang karena anggaran pelatnas tidak sebesar yang diperlukan.
Kita harus mementingkan kualitas emas itu, bukan kuantitasnya. (Fritz E Simandjuntak)
”Variabel-variabel itu sudah kita temukan sejak awal tahun. Namun, perhitungannya baru dilakukan pertengahan tahun dengan nilai kesalahan (margin error) hingga 2 persen. Itu yang kita sampaikan ke Menpora Zainudin Amali sehingga ada revisi target dari 50 emas ke 45 emas,” katanya.
Pengamat olahraga, Fritz E Simandjuntak, mengatakan, pada SEA Games, Indonesia harusnya mengutamakan kualitas medali, bukan kuantitas medali. Yang patut diperhatikan adalah siapa atlet yang meraih emas itu dan dari cabang apa. Akan sia-sia jika diraih atlet senior yang kariernya sudah tak panjang lagi.
Lebih sia-sia jika emas berasal dari cabang-cabang non-Asian Games dan Olimpiade. ”Pemerintah menginginkan SEA Games menjadi target antara untuk menuju Asian Games dan Olimpiade. Jadi, fokus pemerintah harusnya memastikan emas itu diraih oleh atlet-atlet muda potensial dan dari cabang-cabang Asian Games ataupun Olimpiade. Kita harus mementingkan kualitas emas itu, bukan kuantitasnya,” kata Fritz.