Kenali Tiga Kemampuan Dasar Keselamatan Berkendara
PT Jasa Marga (Persero) dan PT Isuzu Astra Motor Indonesia bekerja sama menggelar sosialisasi dan edukasi Program Jasa Marga Defensive Driving Academy di Isuzu Training Center, Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat.
BEKASI, KOMPAS — Keselamatan berkendara belum menjadi prioritas sebagian pengendara. Maraknya pertumbuhan penjualan otomotif yang belum dibarengi penyediaan infrastruktur memadai membuat pengendara perlu mengenal kemampuan dasar keselamatan berkendara agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas, terutama yang disebabkan oleh mobil angkutan barang akhir-akhir ini.
Pentingnya pengenalan kemampuan dasar keselamatan berkendara itu membuat PT Jasa Marga (Persero) dan PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) bekerja sama menggelar sosialisasi dan edukasi Program Jasa Marga Defensive Driving Academy di Isuzu Training Center, Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/11/2019). Pelatihan yang sudah digelar untuk ketiga kalinya ini diikuti 40 pengemudi truk dari sejumlah asosiasi industri.
Eko Reksodipuro, konsultan Defensive Driving Academy Jasa Marga, mengatakan, prinsip kemampuan dasar aman berkendara di jalan raya adalah persepsi berkendara, pengetahuan, dan sensor motorik. Ada tiga faktor yang sangat berperan dalam diri manusia, yakni faktor kognitif yang berhubungan langsung dengan cara mengemudi, faktor efektif yang berhubungan dengan sikap dan refleks terhadap peraturan dan pengguna jalan, serta faktor sensor motorik yang membuat pengendara segera mengambil tindakan saat menghadapi situasi darurat di jalanan.
”Ketiganya sangat dibutuhkan mengingat kecepatan berlalu lintas di jalan tol relatif tinggi, speed minimal umumnya 60-80 kilometer per jam. Apabila kecepatannya mencapai 100 kilometer per jam, berarti setiap satu detik mencapai 26,67 meter. Untuk memutuskan menyalip atau tidak menyalip, bahkan mengurangi kecepatan atau menginjak pedal rem, kita butuh satu detik lagi,” tutur Eko.
Dia mencontohkan, penyebab kecelakaan mobil penumpang di Tol Jagorawi beberapa waktu lalu sebetulnya sederhana. Penggunaan sabuk pengaman diabaikan, kondisi ban sudah kurang layak, ditambah lagi tingkat kewaspadaan pengemudi yang kurang,
Kewajiban menjaga
Dwimawan Heru Santoso, Corporate Communication Community Development Group Head PT Jasa Marga, mengatakan, sebagai operator jalan tol, pihaknya memiliki kewajiban menjaga kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pengendara di jalan tol. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah unsur keselamatan (safety).
”Keselamatan bagi Jasa Marga tidak hanya jalan yang berkeselamatan, melainkan perlu mengupayakan infrastruktur pendukung berupa melengkapi rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan semua yang terkait dengan perlengkapan fisik jalan,” kata Heru.
Tingginya kecelakaan di jalan raya dan tol, lanjut Heru, telah menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian jiwa maupun kerugian materi yang jumlahnya sangat besar. Kerugian itu dialami pengguna jalan, pelaku usaha transportasi, pemilik barang, dan masyarakat luas.
Baca juga: Kerugian Jalan Rusak akibat Kendaraan Kelebihan Muatan
Secara garis besar, Jasa Marga mencatat, lebih dari 86 persen kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh pengemudi. Dari kecelakaan yang terjadi di tol wilayah Jasa Marga, 46 persen melibatkan kendaraan non-golongan satu atau truk.
Atika Dara Prahita selaku Traffic Management Department Head Jasa Marga menjelaskan, program ini fokus pada pengemudi truk karena belakangan ini banyak kecelakaan di jalan tol melibatkan pengemudi truk.
Menurut Atika, beberapa pekan lalu Jasa Marga sudah menandatangani nota kesepahaman dengan pihak terkait tentang pengamanan dan penegakan hukum di jalan tol, terutama penegakan hukum terhadap truk yang kelebihan dimensi dan kapasitas muatan (over dimension, over load/ODOL). Kali ini, Jasa Marga mencoba menjalin kerja sama dengan pabrikan otomotif Isuzu.
Rasa tanggung jawab
General Manager PT IAMI Yohanes Pratama menambahkan, kegiatan ini merupakan salah bentuk tanggung jawab Isuzu Indonesia sebagai produsen kendaraan niaga kepada masyarakat. Tidak hanya menjual produk, tetapi Isuzu juga memiliki tugas mengedukasi semua pengguna kendaraan, terutama pengguna Isuzu, agar taat peraturan pemerintah dan selalu mengikuti peraturan lalu lintas. ”Bagi kami, keselamatan adalah hal yang utama,” kata Yohanes.
Dia mengakui, belakangan ini banyak kejadian kecelakaan lalu lintas yang menelan korban jiwa disebabkan ketidaktaatan masyarakat pengguna jalan, terutama angkutan barang yang melebihi dimensi dan kapasitas muatan.
Baca juga: Stop Kelebihan Muatan pada Truk dan Bus!
Selain mendapat pelatihan, para peserta program ini juga melaksanakan kegiatan praktik defensive and responsible driving untuk para pengemudi. Pelatihan itu dipandu instruktur dari Indonesia Defensive Driving Center.
Para peserta merupakan perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Asosiasi Semen Indonesia, Asosiasi Pengusaha Minuman Kemasan, serta beberapa perusahaan logistik dan pengelola jalan tol.
”Kegiatan ini bertujuan memberi edukasi dan praktik langsung di lapangan bagaimana berkendara yang aman serta bertanggung jawab dalam berkendara secara profesional sehingga dapat menumbuhkan budaya tertib berlalu lintas, khususnya bagi para sopir truk,” kata Yohanes.
Sales Support Department Head Sales Division PT IAMI Istadi yang mendampingi para peserta mengemukakan, keselamatan merupakan faktor penting bagi perusahaan-perusahaan. Perusahaan logistik, misalnya, mereka membawa barang dengan nilai tinggi. Jika kendaraan mereka mengalami kecelakaan, hal itu tentu berakibat besar dan merugikan perusahaan itu sendiri dan nama baik perusahaan.
Berdasarkan data Korlantas Polri yang diolah Kementerian Perhubungan, jumlah kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya masih sangat tinggi. Tahun 2018, jumlah kecelakaan di jalan raya sebanyak 107.968 kali dengan korban jiwa sebanyak 171.436 orang. Dari kecelakaan itu, terjadi kerugian senilai Rp 212,14 miliar.
Istadi mengatakan, dalam pelatihan itu, pihaknya memberikan metode penilaian dengan Mimamori, alat pengukur yang hanya dimiliki Isuzu. Dalam pelatihan itu, para peserta langsung menggunakan truk Isuzu Giga yang memang sudah disematkan fitur Mimamori. Fitur yang mirip kotak hitam pesawat ini merekam semua aktivitas yang dilakukan pengemudi saat berkendara, baik itu penggunaan gas, kopling, maupun rem.
Mimamori dirancang untuk memudahkan konsumen memastikan pengoperasian truk secara aman dan efisien. Fitur ini diaplikasikan di truk Isuzu Giga yang mengusung mesin commonrail diesel serta sudah dilengkapi electronic control unit (ECU) dan data record module (DRM). Fitur ini merekam data pengoperasian kendaraan. Datanya dapat diakses melalui situs web di PC, laptop, ataupun telepon pintar.
”Bagi kami, ini salah satu bukti pelayanan produk fit Isuzu ke konsumen dan memberi jaminan keselamatan bagi pengemudi,” ujar Istadi.
Training Center Dept Head IAMI Fuad Hasyim Asari mengatakan, selain mengukur kebiasaan pengemudi, Mimamori juga mengungkap, antara lain, penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini penting, apalagi 40 persen biaya operasional perusahaan logistik ataupun transportasi adalah dari konsumsi BBM.
”Cara berkendara yang baik tentu akan membawa efisiensi kepada perusahaan. Tak hanya itu, habit berkendara yang baik juga menentukan kualitas komponen suku cadang. Usianya menjadi lebih lama,” ujar Fuad.
Baca juga: Kemenhub Akui Pengawasan Masih Lemah
Sementara itu, peserta pelatihan mengatakan beruntung bisa mendapat pelatihan dari Jasa Marga dan Isuzu. Hal itu disampaikan Novy Meivadi dari PT Nissho Solution Indonesia (NSI), perusahaan angkutan logistik suku cadang otomotif asal Jepang yang beroperasi di Sunter, Jakarta Utara.
Menurut Novy, banyak pengemudi hanya bisa membawa kendaraan, tetapi tidak peduli pada keselamatan berkendara. Lewat pelatihan ini, ia semakin mengerti cara membawa kendaraan yang aman dan nyaman. Kendaraan tidak cepat rusak dan biaya produksi bisa ditekan.
Tantangan penjualan
Pada kesempatan itu, Istadi menambahkan, tiap tahun pemilik kendaraan Isuzu yang menyematkan fitur Mimamori di kendaraannya semakin bertambah. Saat ini, jumlahnya sekitar 1.000 unit. Jumlah itu naik sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Istadi mengatakan, keunggulan itu jugalah yang ikut mendongkrak penjualan kendaraan komersial Isuzu walaupun pasar otomotif, termasuk segmen kendaraan niaga, belum bersinar saat ini.
Yohanes menuturkan, pasar kendaraan komersial tahun ini memang penuh tantangan. Tidak hanya karena harga beberapa komoditas utama, seperti batubara dan harga sawit, yang terkoreksi, tetapi tahun lalu juga merupakan tahun politik dengan adanya pesta demokrasi di Indonesia. Pasar kendaraan komersial pun sempat wait and see.
”Selain itu, ada beberapa isu terkait perencanaan investasi customer di kendaraan komersial, seperti regulasi over dimension over load dan pembatasan usia operasional kendaraan komersial,” ujar Yohanes.
Ia menyebutkan, sepanjang Januari hingga Oktober 2019, pasar ritel truk ringan kategori dua di Indonesia terkoreksi sebesar 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
”Atas situasi pasar seperti ini, kami tidak hanya fokus pada pasar komoditas, tetapi juga aktif menggarap pasar logistik di mana saat ini tren pembelanjaan e-commerce meningkat, general transporter, serta bermain pada segmen konstruksi,” ujar Yohanes.
Dalam situasi yang penuh tantangan itu, penjualan ritel Isuzu mengalami peningkatan pangsa pasar hingga lebih dari 2 persen. Hal tersebut juga terjadi pada pasar ritel truk medium kategori tiga di Indonesia yang terkoreksi sampai 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara produk baru Isuzu Traga yang bermain di segmen pick up medium cab over sepanjang Januari hingga Oktober 2019 mengalami peningkatan penjualan signifikan lebih dari 160 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dengan berbagai pencapaian itu, pihaknya optimistis sepanjang tahun ini bisa meraih penjualan ritel sebanyak 25.000 unit.