Ada kalanya pemain yang berbakat menjadi striker itu sudah ada di depan mata, tetapi belum banyak mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Itulah yang dialami Muhammad Rafli, gelandang Arema FC.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
Tidak mudah bagi Indonesia mencetak striker murni yang tajam. Sebagian klub lantas memilih cara termudah dengan membeli striker-striker asing untuk memperkuat lini serangnya. Jika terbukti bagus, striker asing itu kemudian menjalani proses naturalisasi dan berpeluang dipanggil untuk memperkuat tim nasional.
Namun, ada kalanya pemain yang berbakat menjadi striker itu sudah ada di depan mata, tetapi belum banyak mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Itulah yang dialami Muhammad Rafli (20), pemain gelandang yang saat ini memperkuat klub Arema FC. Rafli ditunjuk pelatih timnas Indonesia U-23, Indra Sjafri, sebagai striker dalam ajang Piala Merlion 2019 di Singapura, Juni lalu.
Hasilnya adalah kejutan. Rafli langsung mencetak tiga gol saat Indonesia mengalahkan Filipina, 5-0. Ketajaman itu kembali muncul ketika timnas U-23 menjalani laga uji coba berformat trofeo di Yogyakarta melawan PSIM Yogyakarta dan Bali United, September lalu. Rafli kembali mencetak hattrick ketika mengalahkan PSIM, 4-1.
Pertarungan yang sebenarnya bakal terjadi di SEA Games nanti. (Muhammad Rafli)
Laga di Yogyakarta itu menjadi spesial karena Rafli menunjukkan kemampuannya di depan Aji Santoso, pelatih PSIM saat itu. Sebelum bergabung dengan Arema, Rafli pernah menimba ilmu di Aji Santoso International Football Academy (Asifa) di Malang.
Ketajaman Rafli pun tetap terjaga ketika Garuda Muda menjalani dua laga uji coba melawan Iran U-23 pada November ini. Ia mampu mencetak masing-masing satu gol di setiap laga. Namun, gol yang ia ciptakan pada laga kedua kontra Iran di Stadion Pakansari, Bogor, Sabtu (16/11/2019) malam, menjadi bukti kuat bahwa ia layak menjadi ujung tombak Garuda Muda.
Ia mampu mencetak gol meski dihadang empat pemain, termasuk kiper Iran. Rafli seperti seorang striker murni yang selama ini menyamar sebagai gelandang.
”Saya senang bisa berkontribusi lagi. Namun, ini baru titik awal. Pertarungan yang sebenarnya bakal terjadi di SEA Games nanti,” kata Rafli.
Di ajang SEA Games di Filipina itu, Rafli bakal menjadi tumpuan di lini depan karena Indra sudah mencoret Alberto Goncalves alias Beto yang sempat diproyeksikan sebagai pemain senior untuk mendampingi timnas U-23.
Rafli tidak mempermasalahkan tugasnya di Filipina nanti bakal berat. Pemain yang mengidolakan Olivier Giroud (Perancis) dan Robert Lewandowski (Polandia) itu mengaku sudah semakin nyaman menjalankan peran sebagai striker di timnas. Di sisi lain, ia juga nyaman ketika masih dipertahankan sebagai gelandang di Arema.
”Saya sudah mulai bisa bermain di kedua posisi itu meski belum 100 persen bagus,” katanya. Ketika berada di pelatihan timnas, ia bersyukur didampingi Kurniawan Dwi Yulianto, eks striker timnas yang kini menjadi asisten pelatih. Dari Kurniawan, Rafli mendapat banyak masukan mengenai apa saja yang harus dilakukan seorang striker. Ia juga belajar banyak dari Beto.
Pemain seperti Rafli memang merupakan pemain yang diidamkan banyak pelatih. Fakhri Husaini ketika menjadi pelatih timnas Indonesia U-16 pada tahun 2017 dan 2018 berkali-kali mengatakan bahwa pemain muda sebaiknya berlatih untuk bisa bermain lebih dari satu posisi. Selain bagus untuk perkembangan pemain yang bersangkutan, tim juga lebih mudah dalam menyusun strategi ketika kekurangan pemain.
SEA Games 2019 bakal menjadi pembuktian berikutnya bagi Rafli untuk menunjukkan kemampuannya sebagai pemain serba bisa. ”Saya ingin membuat orangtua saya bangga. Itu motivasi terbesar saya. Lagipula ini sudah jadi cita-cita saya sejak kecil. Dulu saya hanya bisa menonton lewat televisi dan berharap bisa tampil di SEA Games. Sekarang saya bisa,” ujarnya.