Sekolah yang Terbakar di Bekasi Minim Proteksi Kebakaran
Musibah yang menimpa sekolah kembali terjadi. Kali ini kebakaran melanda sebuah sekolah di Bekasi, Jawa Barat saat jam belajar berlangsung. Belasan siswa terluka akibat musibah ini.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Gedung SMK Yadika 06, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, yang terbakar dinilai tidak memenuhi standar keselamatan pencegahan kebakaran. Kondisi ini menyebabkan sebagian siswa terjebak di lantai atas dan terpaksa menyelamatkan diri dengan meloncat.
”Bangunan ini kurang laik fungsi. Soalnya tangga menuju ke atas hanya satu di pojok kiri,” kata Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bekasi Aceng Solahudin, Senin (18/11/2019) malam, di Pondok Gede.
Kebakaran melanda gedung A SMK Yadika 06 pada Senin, sekitar pukul 15.00. Kebakaran menghanguskan ruangan-ruangan dari lantai satu sampai tiga. Kebakaran itu juga menyebabkan empat belas orang terluka karena patah tulang, sesak napas, hingga luka bakar. Para korban yang terluka itu sebagian besar pelajar SMK Yadika 06.
Aceng mengatakan, bangunan bertingkat idealnya harus dilengkapi dengan jalur evakuasi berupa tangga darurat dan berada dalam posisi yang mudah dijangkau. Bangunan sekolah itu juga tidak memiliki alat proteksi, seperti alat pemadaman ringan, hidran, dan alarm peringatan kebakaran. ”Akses masuk ke lokasi juga agak sulit karena banyak portal di wilayah ini. Situasi ini tentu menyulitkan mobil pemadam kebakaran untuk tiba di lokasi kebakaran,” katanya.
Gedung sekolah yang terbakar itu juga dinilai rawan kebakaran. Sebab, gedung itu difungsikan untuk banyak keperluan, mulai dari laboratorium komputer, perpustakan, hingga kegiatan belajar-mengajar.
Minimnya standar keselamatan itu juga diakui sejumlah siswa yang ditemui di lokasi kebakaran. Sebagian siswa, terutama yang sedang mengikuti proses belajar di lantai empat, bahkan baru menyadari bangunan sekolahnya terbakar saat api sudah merambat hingga ke lantai tiga. ”Kami baru tahu saat ada bau kabel terbakar. Saat keluar ruangan kelas di lantai empat sudah penuh asap," kata Prasetyo (16), salah satu siswa kelas X SMK Yadika.
Menurut Prasetyo, karena asap sudah memenuhi sebagian ruangan kelas di lantai empat, sebagian siswa nekat melompat. Akibatnya, dua temannya, Albio (16) dan Stiven (16), saat ini menjalani perawatan serius di rumah sakit lantaran menderita patah tulang.
”Ada yang ikat kain gorden baru turun, ada juga yang melompat dulu ke asbes di lantai satu. Nah, dua teman saya yang terluka ini saat melompat asbesnya ikutan roboh, makanya terluka cukup parah,” katanya.
Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Indarto, yang dihubungi secara terpisah pada Selasa (19/11/2019), mengatakan, kepolisian pada hari ini memeriksa lokasi kebakaran untuk mencari tahu penyebab kebakaran. Pemeriksaan melibatkan tim dari Pusat Laboratorium Forensik Polri. ”Kami juga akan melakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi,” katanya.
Respons terlambat
Aceng menambahkan, masalah lain yang dihadapi Dinas Damkar Kota Bekasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk tiba di lokasi kebakaran cukup lambat, yakni 30 menit. Hal itu terjadi lantaran hingga kini wilayah Pondok Gede belum tersedia pos sektor pemadam kebakaran.
”Kalau kejadian di Pondok Gede, pasti jumlah kerugian dan korban lebih besar karena (pos) sektor belum ada. Tadi saat kejadian ini muncul, yang pertama manuver ke lokasi itu teman-teman dari sektor Duren Sawit, Jakarta Timur, dengan waktu tiba sekitar 10 menit,” ujarnya.
Aceng menjelaskan, kecepatan dalam merespons kebakaran sangat menentukan dalam menghadapi bencana kebakaran. Jika unit pemadam kebakaran tiba tepat waktu, kemungkinan api merambat bisa diminimalkan karena suhu ruangan belum berada pada titik berbahaya atau belum mencapai 200-300 derajat celsius.