Pelaku bom bunuh diri di Markas Polrestabes Medan, Rabu pekan lalu, adalah anggota kelompok JAD Sumut. Sejak kasus itu, polisi telah menangkap 46 tersangka teroris.
JAKARTA, KOMPAS - Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Negara Republik Indonesia menangkap 46 tersangka teroris sejak peristiwa bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu pekan lalu. Sebanyak 23 orang di antaranya adalah anggota jaringan Jamaah Ansharut Daulah Sumut, yang berkaitan langsung dengan kasus bom bunuh diri tersebut.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, 23 anggota jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sumut itu telah berlatih di Gunung Sibayak pada Mei 2016.
Mereka punya peran yang berbeda, mulai dari menyiapkan logistik untuk pembuatan bom, menyiapkan tempat untuk pertemuan jaringan, membuat bom, hingga merencanakan aksi teror di Markas Polrestabes Medan.
Dari 23 tersangka itu, sebanyak 3 orang meninggal. Mereka ialah RMN (pelaku bom bunuh diri) dan dua lainnya, yaitu AP dan K alias Khoir yang meninggal saat ditangkap pada 16 November lalu.
Ia juga memimpin pelatihan paramiliter di Gunung Sibayak, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumut.
”Keduanya (AP dan K) memiliki kualifikasi untuk merakit dan membuat bom yang digunakan RMN untuk melakukan aksi teror di Markas Polrestabes Medan,” kata Dedi di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (18/11/2019). Saat ini, dari 23 anggota JAD Sumut yang ditangkap itu, 15 orang ditahan di Markas Polda Sumut, sisanya ditahan di Mako Brimob Medan.
Dedi menjelaskan, penangkapan jaringan JAD Sumut ini dilakukan di Medan, Deli Serdang, dan Banda Aceh (Aceh). Jaringan itu dipimpin Y alias Yasir alias Anto yang ditangkap di Medan, pekan lalu.
”Sebagai amir (pemimpin) di jaringan itu, Y memimpin baiat (ikrar setia) semua anggota jaringannya kepada Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi (pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah). Ia juga memimpin pelatihan paramiliter di Gunung Sibayak, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumut,” ujarnya.
Serahkan diri
Kepala Polda Sumut Inspektur Jenderal Agus Andrianto menambahkan, dari 23 yang ditangkap, terdapat penyandang dana aksi terorisme. Kini polisi mencari sumber dana dan untuk apa saja uang itu digunakan oleh jaringan teroris tersebut.
Dari 23 tersangka yang ditangkap, empat tersangka menyerahkan diri. Terkait hal ini, pengamat terorisme Al Chaidar berharap Polri memanfaatkan empat personel JAD Sumut yang menyerahkan diri guna mengetahui lebih jauh kegiatan jaringan itu. Empat orang itu bisa membantu tim Densus 88 Antiteror mengungkap keberadaan jaringan itu.
”Mereka juga bisa dilibatkan untuk memengaruhi anggota kelompoknya sehingga dapat mengikis paham ekstrem yang dimiliki anggota jaringan JAD itu,” kata Chaidar.
Adapun penangkapan 23 anggota jaringan teroris lain terjadi di Banten (empat orang), Jakarta (tiga orang), Jawa Tengah (sembilan orang), Jawa Barat (enam orang) dan Kalimantan Timur (satu orang). Mereka diduga telah menyiapkan teror di sejumlah lokasi di Tanah Air.