Seusai bersimbah peluh menaklukkan diri di lintasan, para pelari pantas menghargai diri. Saatnya berpesta dan merayakan kemenangan. Dalam harmoni alam Borobudur, ajang lari menjadi sarana rekreasi serta silaturahmi.
Oleh
Regina Rukmorini/Megandika Wicaksono/Sekar Gandhawangi
·5 menit baca
Ribuan peserta Borobudur Marathon 2019 Powered by Bank Jateng bernyanyi serta melonjak-lonjak seiring entakan musik grup band Nidji di Taman Lumbini, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/11/2019).
”Engkau masih berdiri, kita masih di sini. Tunjukkan pada dunia arti sahabat….” Penggalan lirik dari lagu berjudul ”Arti Sahabat” dari Nidji itu didendangkan bersama oleh para pelari. Kehangatan suasana persahabatan itu terasa melingkupi para pelari yang bernyanyi, melonjak-lonjak penuh semangat bersama rekan, keluarga, dan para sahabat. Mereka tampak bergembira, melakukan selebrasi di bawah terik mentari yang mencapai 34 derakat celsius.
Musik sungguh menjadi hal ajaib yang bisa menghapus semua kelelahan dalam perjalanan panjang berlari itu. Agung (33), salah seorang pelari separuh maraton, misalnya, seusai menuntaskan rute dan memasuki finis, hanya terlihat minum dan meluruskan kaki sejenak. Menit berikutnya, dia sudah berjingkrak bersama ratusan pelari di depan panggung.
”Padahal, tadi saya ambruk di garis finis karena keram dan harus dibantu tim medis. Sebenarnya, saya keram sejak di Kilometer 17. Tanjakan di sana sadis banget,” kata Agung.
Ini jadi sarana refreshing bareng temen-temen dari rutinitas kerja.
Tak saja berjingkrak, dia pun mampu menggendong salah satu rekannya, sesama anggota komunitas Cirebon Runner (Core), sembari bernyanyi. Energi itu ia peroleh dari pikiran yang positif. Walaupun jalurnya tak mudah, Agung tidak memandang sebagai ”siksaan” dan menikmati lintasan.
Fasilitas yang ada di race village, Taman Lumbini, Kawasan Borobudur pun dinilai sebagai hiburan selepas berlari. Ditambah lagi, energi pun kembali membuncah setelah Agung mencicipi beragam kuliner yang ditawarkan di Pasar Harmoni di area race village.
Makna musik sebagai sarana pelepas lelah juga dirasakan Ukasya (29), pelari dari komunitas Hasanah Runner dari Kendari, Sulawesi Tenggara. ”Ini jadi sarana refreshing bareng temen-temen dari rutinitas kerja,” kata Ukasya (29).
Temu kangen
Bersama teman-teman komunitas karyawan salah satu bank dari sejumlah kota besar di Indonesia, Ukasya juga menjadikan ajang lari di Borobudur Marathon sebagai kesempatan berjumpa dengan teman-temannya. ”Ada 16 orang dari sejumlah kota yang ikut lari, baik di kategori half marathon maupun 10 kilometer. Ini juga jadi kesempatan saling silaturahmi. Tapi, kita di sini enggak ngomongin kerjaan,” tuturnya.
Farhan (50), yang juga anggota komunitas Hasanah Runner dari Mataram, menuturkan, perjumpaan dengan sesama pelari tak memandang usia karena semuanya dianggap sama. ”Di sini tak ada perbedaan. Tua atau muda, senior atau yunior, semuanya sama-sama satu tujuan mau berlari,” ucapnya.
Sukacita juga dirasakan Bambang Supriyoko (57) bersama komunitas Pacitan Runners. Dari sekitar 100 anggota komunitas, ada 17 orang ikut di Borobudur Marathon. Mereka saling menyemangati dan menguatkan agar bisa finis. ”Kami berlari karena sama-sama senang. Saling mengingatkan dan memberi semangat,” ujar Bambang yang ikut kategori separuh maraton.
Perayaan bersama juga dilakukan Denis (25) dan Amy Lubis (26) yang mengikuti rute 10K. Mereka melepas lelah dengan kompak melompat- lompat mengikuti alunan lagu. ”Rasanya langsung hilang semua capek di badan,” ujar Denis.
Denis dan Amy adalah teman lama. Bekerja untuk satu perusahaan yang sama, dua pelari ini berteman sejak 2017. Sebelumnya, mereka bekerja bersama di Jakarta, tetapi berpisah karena Amy berpindah tugas ke kantor cabang di Medan.
Ketika akhirnya mulai menyukai olahraga lari, keduanya pun sepakat memutuskan Borobudur Marathon 2019, sebagai ajang lari pertama mereka dan kesempatan bersua.
Ajak keluarga
Tak hanya perayaan bersama teman, aktivitas lari juga menjadi acara yang dirayakan bersama keluarga. Rendy (43), pelari asal Jakarta, senang karena rangkaian acara di Borobudur Marathon bisa dinikmati istri dan dua anaknya. Salah satu acara yang disukai oleh anggota keluarganya adalah agenda Pasar Harmoni, yaitu pasar yang menyajikan beragam makanan tradisional khas Jawa.
”Sejak Friendship Run (Sabtu, 16/11/2019), anak-anak terus makan. Mereka suka mencicipi apa saja yang dijual di Pasar Harmoni,” ujarnya terkekeh. Selain musik dan kuliner, para peserta Borobudur Marathon 2019 juga bersenang-senang dengan swafoto. Ada sejumlah stan foto yang tersedia di race village. Salah satu stan bahkan dipadati ratusan pelari yang antre untuk berfoto. Mereka tertib mengantre walaupun matahari tengah terik.
Ada juga yang berfoto secara mandiri. Mereka memotret medali yang diperoleh dengan latar belakang Candi Borobudur. Ada yang sekadar menunjukkan medali, ada juga yang berpose sambil gigit medali. Foto menjadi salah satu oleh-oleh terpenting di ajang maraton.
Yoan (30), pelari asal Solo, Jawa Tengah, berkali-kali berswafoto. Bahkan sebelum start ia sudah berfoto. ”Yang harus dilakukan setelah finis adalah minum, istirahat, lalu selfie. Harus cari pemandangan yang bagus untuk foto, salah satunya Candi Borobudur,” katanya.
Yang harus dilakukan setelah finis adalah minum, istirahat, lalu selfie.
Tak saja dirayakan pelari, para seniman yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) pun ikut merayakan ajang Borobudur Marathon dengan melukis bersama. Mereka melukis Candi Borobudur dan keriuhan pelari di sekitarnya.
”Lukisan ini sengaja kami buat sebagai bentuk rekaman atas peristiwa, acara lari meriah yang berlangsung hari ini di Candi Borobudur,” ujar Ketua KSBI 15 Umar Chusaeni.
Salah satu seniman, Easting Medi, misalnya, melukis wajah Sang Buddha, yang dikitari wajah-wajah pelari yang semuanya tersenyum gembira. Untuk meramaikan suasana, para pelukis itu melukis dengan kostum superhero, seperti Batman, The Flash, dan Spiderman.
Seperti halnya hari Lebaran, Borobudur Marathon selalu dinanti sebagai perayaan bersama para pelari dari seluruh penjuru negeri. Silaturahmi yang terajut dalam harmoni wisata, olahraga, dan budaya. Jadi, sampai jumpa tahun depan di Borobudur Marathon 2020!