Pemerintah Iran mengecam dukungan Amerika Serikat kepada para pengunjuk rasa di Iran. Teheran mengecap dukungan tersebut sebagai tindakan munafik.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
TEHERAN, SENIN — Pemerintah Iran mengecam dukungan Amerika Serikat kepada para pengunjuk rasa di Iran. Teheran mengecap dukungan tersebut sebagai tindakan munafik.
Iran dilanda unjuk rasa sejak Jumat (15/11/2019). Warga memprotes keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Setidaknya dua orang tewas akibat kerusuhan, yakni seorang warga sipil dan seorang polisi.
”Orang-orang bermartabat di Iran tahu betul pernyataan munafik AS tidak membawa simpati yang jujur. Tindakan kelompok perusuh dan penyabot yang didukung orang-orang seperti (Menteri Luar Negeri AS) Mike Pompeo tidak sesuai dengan perilaku orang-orang Iran yang bijak,” bunyi pernyataan tertulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, Minggu (17/11/2019).
Tuduhan munafik dilancarkan Mousavi di tengah berlakunya sanksi ekonomi AS atas Iran sehingga mengganggu perekonomian negara itu. AS melarang negara-negara lain agar tidak mengimpor minyak dari Iran pada 2018. Perekonomian Iran terkena dampak negatif akibat sanksi ini.
Teheran berulang kali telah mengecam sanksi itu. Apalagi, sanksi tersebut muncul setelah AS menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), sebuah kesepakatan nuklir antara Iran, AS, Inggris, Perancis, Jerman, China, dan Rusia pada 2015.
JCPOA mengatur perjanjian bahwa Iran bersedia membatasi aktivitas program nuklir yang dimiliki dan menerima inspeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa secara berkala.
”Sangat aneh bahwa simpati dilakukan dengan orang-orang yang berada di bawah tekanan terorisme ekonomi Amerika,” kata Mousavi.
Pada Minggu (17/11/2019), Menlu AS Mike Pompeo menyampaikan dukungan kepada warga Iran. ”Seperti yang saya katakan kepada warga Iran hampir satu setengah tahun yang lalu, AS bersama Anda,” kicaunya melalui Twitter.
Gedung Putih juga mengeluarkan pernyataan mengecam kerusuhan yang terjadi di Iran. Washington pun menyoroti pembatasan akses komunikasi yang dilakukan pemerintah.
”AS mendukung rakyat Iran dalam protes damai mereka terhadap rezim yang seharusnya memimpin mereka. Kami mengutuk penggunaan kekuatan yang mematikan dan pembatasan komunikasi parah terhadap demonstran,” bunyi pernyataan Sekretaris Pers Gedung Putih Stephanie Grisham.
Kenaikan harga BBM membuat warga harus membayar setara dengan 13 sen dollar Amerika Serikat (AS) atau Rp 1.820 per liter untuk 60 liter pertama. Untuk pembelian 61 liter atau lebih banyak, harga naik 200 persen. Harga itu dinilai tidak masuk akal karena Iran merupakan negara penghasil minyak.
Pemerintah Iran menyatakan kenaikan tersebut sebagai langkah untuk menyediakan uang tunai bagi kaum tidak mampu. Keputusan ini didukung oleh Dewan Tinggi Koordinasi Ekonomi, terdiri dari presiden, ketua parlemen, dan kepala kehakiman. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga merestui kenaikan itu.
Mereda
Situasi di jalanan Iran belum jelas hingga Senin (18/11/2019) pagi akibat pembatasan internet guna mencegah penyebaran video kekerasan. Sejauh ini, pihak otoritas Iran menyatakan telah menahan lebih dari 200 orang.
”Situasi Iran lebih tenang pada Senin, tetapi masih ada beberapa masalah kecil. Besok atau lusa kami tidak akan memiliki masalah berkaitan dengan kerusuhan,” kata juru bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei, dalam sebuah konferensi pers.
Menurut Rabiei, jumlah pengunjuk rasa telah turun hingga 80 persen daripada sehari lalu. Selain itu, pemerintah juga akan segera mencabut pembatasan akses internet di seluruh negara. (AFP/AP/REUTERS)