Harga Bawang Merah Diprediksi Naik Saat Natal dan Tahun Baru
Pasokan bawang merah dari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diprediksi berkurang saat Natal dan Tahun Baru 2020 karena masa tanam terlambat. Kondisi ini bisa memicu kenaikan harga komoditas sayuran tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pasokan bawang merah dari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diprediksi berkurang saat Natal dan Tahun Baru 2020 karena masa tanam yang terlambat. Kondisi ini bisa memicu kenaikan harga komoditas sayuran tersebut.
Saat ini, sebagian besar lahan bawang merah di Cirebon belum ditanami karena kesulitan air. Saluran irigasi di sentra bawang merah, seperti Kecamatan Gebang, Babakan, dan Pabedilan, masih mengering dan menyisakan sampah plastik. Daerah itu mendapatkan pasokan air dari Waduk Darma, Kabupaten Kuningan.
”Belum ada yang tanam bawang merah. Musim tanam mundur setengah bulan. Seharusnya, petani sudah tanam akhir Oktober atau awal November,” kata Kepala Seksi Sayuran dan Tanaman Hias Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Mohamad Ropai, Jumat (15/11/2019), di Cirebon.
Pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa karena petani tidak bisa menanam tanpa pasokan air. Di sisi lain, selama ini belum ada waduk atau embung yang menyimpan persediaan air bagi wilayah timur Cirebon, yang merupakan sentra bawang merah.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, luas tanam bawang pada Oktober 2019 sekitar 115 hektar. ”Artinya, ini potensi panen akhir tahun. Belum ada tambahan luas tanam karena petani kesulitan air. Padahal, sasaran tanam November sekitar 400 hektar,” katanya.
Dengan produktivitas sekitar 10,5 per hektar, ada potensi 4.200 ton bawang merah yang dapat dipanen untuk persiapan Natal dan Tahun Baru 2020. ”Pemerintah pusat beberapa waktu lalu sudah cek luas tanam. Mereka juga khawatir pasokan untuk Natal dan Tahun Baru berkurang. Padahal, permintaan bawang merah meningkat saat itu,” lanjutnya.
Pasokan bawang merah diprediksi berkurang karena keterlambatan masa tanam dapat berujung pada kenaikan harga komoditas tersebut.
Cirebon selama ini menjadi pemasok utama bawang merah bagi Jawa Barat. Sementara Jabar, menurut Ropai, merupakan pemasok bawang merah terbesar ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tahun lalu, produksi komoditas sayuran itu mencapai 35.647 ton. Jumlah ini menurun dibandingkan 2017, yakni 38.373 ton.
Adapun produksi dari Januari hingga Oktober tahun ini mencapai 30.493,5 ton. ”Padahal, target produksi tahun ini mencapai 37.622 ton. Masalahnya, petani enggan menanam bawang merah karena biaya produksi tinggi, sedangkan harga jualnya rendah,” lanjut Ropai.
Kenaikan harga
Pasokan bawang merah yang diprediksi berkurang karena keterlambatan masa tanam dapat berujung pada kenaikan harga komoditas tersebut. Saat ini saja, harga bawang merah di tingkat petani sekitar Rp 20.000 per kg. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga bawang merah di konsumen Jabar pada Jumat terpantau Rp 32.100 per kg sementara di DKI Jakarta tercatat Rp 36.650 per kg.
Sebulan lalu, harga bawang merah di kedua daerah itu masih berkisar Rp 24.000-Rp 29.000 per kg. Padahal, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen mengatur harga bawang merah untuk rogol askip di tingkat konsumen sejumlah Rp 32.000 per kg.
”Masalahnya, petani tidak menikmati harga bagus karena tidak punya bawang merah. Giliran bawang merah melimpah saat panen Agustus lalu, harganya turun sampai Rp 7.000 per kg. Saya rugi musim tanam sebelumnya,” kata Wasirudin (50), Ketua Kelompok Saka Tani, yang mengelola lahan 1,4 hektar dengan biaya lebih dari Rp 120 juta.
Harga jual tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Permendag Nomor 27 Tahun 2017 yang mengatur harga acuan di tingkat petani Rp 15.000 per kg dan konde askip (dengan daun) Rp 18.300 per kg. Anjloknya harga bawang merah juga terjadi tiga tahun terakhir.
Catatan Kompas, pada Oktober 2017, petani bawang berunjuk rasa di kantor Bupati Cirebon karena harga komoditas itu menyentuh Rp 6.000 per kg di tingkat petani. Pada September 2018, harga bawang kembali turun hingga Rp 5.000 per kg.
Wasirudin mengatakan, pemerintah melalui Perum Bulog seharusnya bertugas menstabilkan harga bawang merah di pasar. Caranya, saat panen raya, Bulog menyerap produksi petani dengan harga bagus, Rp 15.000 per kg, sehingga petani tidak merasakan harga bawang jatuh.
”Saat pasokan berkurang seperti saat ini, Bulog mengeluarkan bawang petani. Harga jual Rp 20.000 per kg saja Bulog sudah untung dan konsumen tidak mengeluh,” katanya.