Menjelang suksesi, sejumlah kader disebut-sebut sebagai calon Ketua Umum Partai Amanat Nasional. Kemunculan mereka meramaikan kompetisi kader internal partai.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat bulan sebelum pelaksanaan kongres, bursa Ketua Umum Partai Amanat Nasional mulai dibicarakan. Persaingan di antara mereka memperlihatkan kompetisi internal partai. Fenomena ini jarang terjadi di tengah kecenderungan partai yang mengandalkan penokohan.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan pada Kamis (14/11/2019) mengungkapkan, selain dirinya, muncul sejumlah nama di kalangan internal partai yang menunjukkan kesediaan untuk maju sebagai calon ketua umum dalam kongres mendatang.
Sejumlah nama tersebut adalah mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur; putra tertua politikus senior Amien Rais, Hanafi Rais; Wali Kota Bogor Bima Arya; dan mantan Ketua Fraksi PAN di DPR Mulfachri Harahap. Zulkifli pun tidak menampik namanya juga masuk bursa.
”Ada beberapa DPW (dewan pimpinan wilayah) yang minta. Nah, saya patuh kepada perintah DPW saja. Kader kalau sudah diperintah, ya, tidak ada kata tidak, harus siap,” kata Zulkifli.
Ia menambahkan, agenda kongres tidak hanya akan menentukan ketua umum periode berikutnya, tetapi juga arahan kebijakan partai menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020.
Zulkifli mengatakan, Kongres V PAN akan digelar pada Maret 2020, sesuai dengan jadwal lima tahunan. Namun, tanggal pasti penyelenggaraannya harus menunggu hasil rapat koordinasi nasional (rakornas) yang digelar pada 6 Desember mendatang.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal DPP PAN Eddy Soeparno menyebutkan, siapa pun ketua umum yang terpilih, soliditas partai pascakongres harus terjaga sebab masa pendaftaran pilkada akan dimulai pada Juni 2020, hanya tiga bulan setelah kongres.
Terlebih lagi, sudah ada sejarah sejumlah partai yang mengalami dualisme kepemimpinan pascakongres dan menyebabkan pengajuan calon kepala daerah mereka ditolak. ”Itu harus dijaga soliditas dalam waktu yang dekat, timbul keretakan, apalagi timbul perpecahan,” kata Eddy.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Riset dan Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana mengapresiasi PAN yang dapat melakukan regenerasi kepemimpinan partai. ”Ini kondisi internal yang baik di kala yang lain itu tidak akan berubah berapa kali pun munas atau kongres digelar,” ucapnya.
Meski demikian, menurut Aditya, ketiadaan tokoh sentral dalam partai ini juga yang menyebabkan perolehan suara partai yang fluktuatif. Kecenderungan partai politik saat ini adalah menggunakan tokoh partai yang dapat mendongkrak citra partai.