Sam Rainsy, tokoh oposisi Kamboja yang mengasingkan diri, menghimpun dukungan menentang Hun Sen di Malaysia. Sementara Pemerintah Kamboja ”membebaskan” tokoh oposisi lainnya, Kem Sokha, dari tahanan rumah.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·2 menit baca
KUALA LUMPUR, SELASA—Tokoh oposisi Kamboja yang mengasingkan diri, Sam Rainsy, bertemu dengan anggota parlemen Malaysia dalam rangka menghimpun dukungan menentang Hun Sen, Selasa (12/11/2019). Di sisi lain, di tengah sinyalemen tekanan yang menguat terhadap Kamboja, Pemerintah Kamboja ”membebaskan” tokoh oposisi Kamboja lainnya, Kem Sokha, dari tahanan rumah. Meski begitu, tuduhan pengkhianatan terhadapnya tidak dicabut.
Sam Rainsy (70) terbang ke Malaysia, Sabtu (9/11), setelah menyampaikan rencananya kembali ke Kamboja melalui jalan darat gagal ketika dirinya ditolak untuk naik pesawat dari Paris ke Thailand pekan lalu. Sam Rainsy mengatakan, ia akan tetap mencari cara untuk pulang kembali ke Kamboja.
Di Kuala Lumpur, Sam Rainsy bertemu dengan anggota parlemen dari partai berkuasa dan anggota parlemen oposisi.
Kami yakin mereka akan mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia untuk seluruh Asia.
”Ada anggota parlemen yang mendukung demokrasi di Kamboja,” katanya setelah pertemuan tersebut. ”Kami yakin mereka akan mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia untuk seluruh Asia.”
Sam Rainsy dan Kem Sokha (66) telah lama berjuang menentang Hun Sen (67), mantan komandan Khmer Merah yang telah berkuasa di Kamboja lebih dari 34 tahun.
Pemerintahan Hun Sen menyatakan, rencana Sam Rainsy untuk kembali pulang ke Kamboja sebagai upaya kudeta.
Sam Rainsy melarikan diri dari tuduhan pencemaran nama baik dan tuduhan lainnya tahun 2015. Sejak saat itu ia tinggal di Perancis.
Lebih dari 50 orang telah ditangkap beberapa minggu sejak Sam Rainsy menyatakan akan kembali pulang ke Kamboja.
Sementara itu, pendiri Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), Kem Sokha, ditangkap tahun 2017 dan dituduh berkhianat, sebuah tuduhan yang bermotif politis menjelang pemilu tahun 2018.
Di Phnom Penh, Kem Sokha menerima duta besar Jerman dan Australia sehari setelah bertemu dengan utusan Perancis dan Amerika Serikat. Negara-negara Barat telah menyerukan agar tuduhan terhadap Kem Sokha dibatalkan dan ia dibebaskan dari tahanan politik.
Pada Senin (11/11), Uni Eropa menyerukan agar tahanan politik dibebaskan, kebebasan oposisi dijamin, serta ”rekonsiliasi nasional melalui dialog yang tulus dan inklusif digelar”.
Uni Eropa menyerukan agar tahanan politik dibebaskan, kebebasan oposisi dijamin, serta rekonsiliasi nasional digelar .
Komisi Eropa akan mengeluarkan laporan soal kemungkinan penghapusan syarat keistimewaan dalam perjanjian perdagangan dengan Kamboja terkait sikap keras Phnom Penh terhadap oposisi.
Skema penghapusan bagi negara miskin itu akan sangat berdampak bagi Kamboja, terutama jika menargetkan sektor garmen yang menyerap 16 juta pekerja. Lebih dari sepertiga ekspor Kamboja ditujukan ke Uni Eropa.
”Jika mereka tidak ingin Kamboja menghadapi krisis ekonomi, ratusan ribu pekerja kehilangan pekerjaannya, mereka harus memulihkan demokrasi,” kata Sam Rainsy di Kuala Lumpur. (REUTERS/AP)