Di tengah pengakuan akan minimnya tokoh dari internal partai, Nasdem kembali akan menerapkan strategi menggaet tokoh dari luar partai untuk menjadi penarik suara untuk Pemilu 2024.
Oleh
Agnes Theodora Wolkh Wagunu / I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·3 menit baca
Perolehan suara Partai Nasdem yang melejit di Pemilu 2019 merupakan buah manis strategi Nasdem menggaet tokoh dari luar partai untuk menjadi penarik suara (vote-getter). Di tengah pengakuan akan minimnya tokoh dari internal partai, Nasdem kembali akan menerapkan strategi serupa untuk Pemilu 2024.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, yang 15 tahun lalu menjadi peserta Konvensi Calon Presiden Partai Golkar, kini akan menyelenggarakan konvensi untuk mencari capres yang akan diusung Nasdem di Pemilu 2024. Rencana menggelar konvensi pada 2022 itu menjadi salah satu poin keputusan hasil Kongres II Partai Nasdem, 8-11 November 2019.
Rencana itu dilatari minimnya tokoh yang bisa diusung Nasdem. ”Nasdem sejak sekarang harus mengatakan, dia harus tahu diri. Ketika kader yang dimiliki dengan seluruh daya upaya dan dikader, tapi kapasitasnya belum sesuai aspirasi dan harapan masyarakat, harus beri kesempatan kepada siapa pun tokoh dari luar partai,” kata Surya.
Nasdem sejak sekarang harus mengatakan, dia harus tahu diri.
Kondisi minimnya tokoh sebagai capres itu tidak menyurutkan niat Nasdem memasang target ambisius. Pada penutupan kongres, 11 November, Surya menargetkan Nasdem menjadi partai pemenang Pemilu 2024.
Target itu berkaca pada capaian di Pemilu 2019. Nasdem sukses mendongkrak perolehan kursinya di DPR, dari 36 kursi hasil Pemilu 2014 menjadi 54 kursi di Pemilu 2019. Nasdem yang sebelumnya ada di peringkat kesembilan, kini berada di posisi keempat, hanya di bawah tiga partai besar, yaitu PDI-P, Golkar, dan Gerindra.
Salah satu faktor yang memengaruhi capaian itu adalah strategi Nasdem menjaring tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk dari partai lain, sebagai calon anggota legislatif.
Pelembagaan demokrasi
Ketua Koordinasi Bidang Pemenangan Pemilu Daerah Jawa II Partai Nasdem Saan Mustopa mengatakan, Nasdem akan bergerak lebih cepat daripada partai lain untuk menyasar kesuksesan pada Pemilu 2024. Selain strategi mendongkrak elektabilitas partai, konvensi diharapkan bisa menjadi pendidikan politik bagi masyarakat untuk mempelajari rekam jejak capres sejak dini.
Menurut Wakil Ketua Panitia Pengarah Kongres II Nasdem Sugeng Suparwoto, konvensi yang akan diselenggarakan Nasdem bersifat terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, baik dari dalam maupun luar partai. Namun, ia membantah bahwa hal itu menjadi bukti Nasdem sedang krisis tokoh.
Pengajar Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, strategi Nasdem yang tengah menyusun dan memetakan kekuatan politik lima tahun ke depan ini menjadi kritik terhadap pelembagaan demokrasi dan kaderisasi yang macet di partai politik.
Pada dasarnya, kata Adi, hampir semua partai tak memiliki figur menonjol untuk tampil di 2024. Belakangan, nama yang sering mencuat terkait Pilpres 2024 justru kepala daerah muda, yang sebagian tidak berasal dari parpol. ”Ke depan ini, kita mungkin akan melihat dinamika partai-partai yang bersaing memperebutkan kepala daerah yang berpotensi sebagai capres,” ujar Adi.
Dalam konteks pelembagaan demokrasi, menurut dia, ini adalah paradoks demokrasi. Parpol menjamur, tetapi produksi tokoh kepemimpinan nasional relatif mandek.