Mustafa Abubakar: Sinergitas Kunci Tangani Krisis BUMN
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Kabinet Indonesia Bersatu II Mustafa Abubakar menyampaikan, kemampuan menyinergikan perusahaan-perusahaan BUMN merupakan kunci menghadapi krisis.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara periode Kabinet Indonesia Bersatu II Mustafa Abubakar menyampaikan, kemampuan menyinergikan perusahaan-perusahaan BUMN merupakan kunci menghadapi krisis.
Hal itu ia sampaikan dalam acara peluncuran buku biografi yang berjudul Meniti Krisis: Naluri Kepemimpinan Mustafa Abubakar, di Gedung BRI I, di Jakarta, Selasa (12/11/2019). Buku biografi tersebut diterbitkan Penerbit Buku Kompas dan ditulis oleh A Bobby PR.
Mustafa pernah menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selama dua tahun, yakni pada 2009-2011, menggantikan menteri sebelumnya Sofyan Djalil, yang purnatugas di kabinet pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Meski hanya sebentar menjadi menteri karena halangan kesehatan, pria kelahiran 1949 yang sebelumnya menjadi Direktur Utama Badan Urusan Logistik (2007-2009) itu harus menyelesaikan krisis di banyak perusahaan BUMN.
”Pada waktu saya menjabat menteri ada 142 perusahaan BUMN dan masing-masing punya problem. Misalnya, PLN waktu itu bermasalah dengan terbakarnya gardu di Cawang, belum lagi mati listrik hampir merata di Indonesia. Ketika itu kami lakulan terobosan dengan memilih Pak Dahlan Iskan sebagai direktur utama. Alhamdulillah, masalah cepat teratasi,” kenangnya.
Krisis lain yang harus ia hadapi adalah pecahnya kongsi dalam manajemen PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). Sebagai solusi, ia membubarkan manajemen terkait setelah perusahaan tidak sanggup melakukan perbaikan. Perbaikan manajemen yang menjadi sumber krisis juga pernah ia lakukan pada PT Pertamina Persero.
Pria Aceh yang pernah memimpin penanganan krisis Aceh pascatsunami 2004 itu juga pernah menempatkan privatisasi sebagai program penting untuk meningkatkan kinerja dan tata kelola perusahaan BUMN.
Dorongan privatisasi dengan menerbitkan saham perusahaan untuk publik ia lakukan, termasuk pada PT Garuda Indonesia yang memiliki kesulitan keuangan. Untuk menguatkan keuangan perusahaan-perusahaan BUMN yang rentan, Mustafa juga melakukan sinergitas dengan sistem holding, merger, dan akuisisi.
”Jadi, saya harapkan kepada pimpinan penerus di BUMN agar dapat memanfaatkan sinergitas seperti itu karena ternyata sudah terbukti. Dengan dana BUMN yang saling bersinergi bisa menghasilkan output atau outcome yang sudah teruji,” ujarnya.
Pemimpin matang
Pengalaman menghadapi masa-masa sulit di sejumlah jabatan yang pernah diembannya membuat kepemimpinan Mustafa tak diragukan. Sejumlah pihak pun melihat pria yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Bukopin ini sebagai sosok yang matang sebagai pemimpin.
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Sunarso, yang pernah bekerja sama dengan Mustafa dalam jajaran komisaris bank tersebut, berpendapat, kematangan memimpinnya turut dibentuk naluri dan etika.
”Perpaduan antara naluri dan etika memimpin diakumulasi dari pengalaman di berbagai instansi yang beliau pimpin, membuat beliau matang. Untuk jadi matang itu bukan fungsi waktu, melainkan kemampuan untuk mengandalkan segala sesuatu yang kita sudah peroleh,” ujarnya pada kesempatan yang sama.
Adapun mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia serta mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menilai, kematangan lebih dibutuhkan dibandingkan keahlian atau kecerdasan.
”Kematangan sangat bisa memberi pengaruh besar, memberi warna yang baik bagi organisasi dalam jangka panjang. Matang itu tidak bergantung usia, tetapi perjalanan dan prinsip hidup, sikap dan jiwanya sendiri,” ujarnya.