Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, akan menjalani pelayaran dari Benua Amerika ke Eropa. Perjalanan ini dilakukan di tengah kondisi cuaca yang kurang bersahabat.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
HAMPTON, RABU — Aktivis lingkungan Swedia, Greta Thunberg (16), bersiap berlayar dari Amerika Utara kembali ke Eropa mulai Rabu (13/11/2019). Thunberg akan menumpang sebuah kapal katamaran bernama La Vagabonde yang ramah lingkungan.
Perjalanan Thunberg diperkirakan memakan waktu dua hingga empat minggu. Ia akan berlayar melintasi Samudra Atlantik. Padahal, bulan November merupakan periode yang sepi untuk berlayar akibat cuaca dingin. Thunberg tampak tidak keberatan dengan tantangan itu. ”Saya menantikan hal itu, untuk bisa pergi dan merekap semuanya,” kata Thunberg, Selasa (12/11/2019), di Hampton, Virginia, tempat La Vagabonde berlabuh.
La Vagabonde memiliki panjang 15 meter. Kapal ini meninggalkan sangat sedikit jejak karbon karena menggunakan tenaga surya dan bayu. La Vagabonde dimiliki oleh pasangan dari Australia, Riley Whitelum dan Elayna Carausu. Putra mereka, Lenny, yang berusia 11 bulan, ikut serta berlayar.
Mereka menjawab permintaan Thunberg di media sosial untuk menumpang kendaraan bebas karbon ke Eropa. Adapun Thunberg hendak menghadiri Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim 2019 di Madrid, Spanyol, pada awal Desember 2019. Selain keluarga Whitelum, perjalanan Thunberg juga akan ditemani pelaut profesional Inggris, Nikki Henderson, dan ayahnya, Svante Thunberg.
Thunberg sebelumnya juga berlayar menggunakan sebuah kapal selama tiga bulan dari Inggris untuk tiba di Amerika Utara. Berbeda dengan kapal yang lama, La Vagabonde memiliki toilet. ”Ada banyak orang di dunia yang tidak memiliki akses ke toilet. Itu tidak begitu penting, tetapi menyenangkan jika ada,” kata Thunberg, yang akan melanjutkan pendidikannya tahun depan.
Selesai kunjungan
Sebagai simbol aktivis muda melawan perubahan iklim, Thunberg baru saja menyelesaikan kunjungan di Amerika Utara sejak awal Agustus 2019. Ia memberikan pidato yang menggebu-gebu di hadapan PBB dan bergabung dalam aksi unjuk rasa dari California hingga Carolina Utara.
Thunberg sempat mengunjungi lokasi Reservasi Indian Standing Rock saat sebuah protes atas saluran pipa terjadi. ”Saya terkejut melihat betapa buruknya masyarakat adat diperlakukan. Mereka adalah orang-orang yang paling sering terkena dampak serta krisis iklim dan ekologi pertama kali. Mereka juga yang berada di garis depan untuk melawan,” ujarnya.
Aktivitas Thunberg menuai kritik dari kalangan konservatif di AS dan Rusia. Meskipun begitu, kampanye perubahan iklim yang dilakukan Thunberg terus menginspirasi publik.
Andres Petreselli (32), seniman Argentina, baru saja selesai menggambar potret raksasa wajah Thunberg berukuran panjang 18 meter dan lebar 9 meter di San Francisco. Petreselli ingin mengingatkan warga lokal mengenai bahaya perubahan iklim menjelang kepergian Thunberg. ”Potret ini tidak biasa karena saya tidak membahas politik, agama, atau olahraga. Tapi, kali ini, saya merasa terhubung dengan politik di balik (isu ini) karena itu nyata,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)