”Dari Ukraina, Akhirnya Kami Bisa Menikmati Ijen”
Taman Wisata Ijen kembali dibuka seusai terbakar dua pekan lamanya. Turis-turis manca pun rela kembali ke Banyuwangi hanya untuk mendaki Ijen. Bagi mereka, Ijen terlalu menarik untuk dilewatkan.
Kirill Potyomkin and Miroslava Ponomarenko berteriak histeris sambil berpelukan dan sesekali tertawa puas. Suasana Paltuding sebagai titik awal pemberangkatan pendakian Gunung Ijen yang semula dingin berubah menjadi hangat.
Kirill dan Miroslava ialah sepasang kekasih asal Ukraina yang sedang berlibur di Indonesia. Mereka sempat menghabiskan beberapa hari di Bali, lalu mulai menyeberang ke Jawa melalui Banyuwangi.
Kompas bertemu dengan Kirill saat sama-sama sedang menghangatkan badan di salah satu kios sebelum jalur pendakian dibuka. Kepada Kirill, Kompas menyampaikan bahwa dirinya menjadi bagian dari pendaki pertama seusai penutupan jalur pendakian selama 18 hari.
”Kemarin pendakian ditutup. Sementara hari ini pendakian dibuka? Oh…. We are the lucky one!” seru Kirill saat mengetahui dirinya pasti dapat mendaki Ijen. Kirill merasa beruntung karena akhirnya dirinya bisa naik ke Ijen menempuh perjalanan jauh dari negerinya, Ukraina.
Baca juga : Pasca-kebakaran, Pendakian ke Ijen Dibuka Lagi
Semula ia tidak mengetahui informasi tentang penutupan ataupun pembukaan kembali jalur pendakian Gunung Ijen. Kebakaran yang melanda Gunung Ijen dan sejumlah gunung di sekitarnya membuat jalur pendakian ditutup sejak Minggu (20/10/2019) hingga Rabu (6/11/2019) dan baru dibuka kembali pukul 00.00 Kamis (7/11/2019).
Informasi yang disampaikan Kompas kepada Kirill membuatnya memperoleh semangat baru untuk menjelajah keindahan Indonesia. Sebelumnya, persoalan dengan salah satu penyewaan mobil di Bali meninggalkan kesan buruk dalam hatinya.
Kemarin pendakian ditutup. Sementara hari ini pendakian di buka? Oh.… We are the lucky one! (Kirill Potyomkin)
Kirill seharusnya sampai di Banyuwangi pada Selasa (5/11/2019) malam sehingga bisa mulai mendaki Rabu dini hari. Namun, permasalahan dengan penyewaan mobil membuat dirinya baru bisa berangkat dari Bali pada Rabu sore dan tiba di Banyuwangi Rabu malam. Tiba di Banyuwangi, Kirill langsung berangkat ke Ijen.
”It’s blessing in disguise. Andai kata kami tidak mengalami masalah dengan penyewaan mobil, mungkin kami tiba di Ijen pada Rabu dan kami tidak bisa mendaki. Jika itu terjadi, kami tentu akan lebih kecewa. Tapi, hari ini kami sangat beruntung bisa mendaki Ijen,” tuturnya.
Baca juga : Pendakian Ijen Dibuka Kembali, Wisatawan Antusias
Ijen memang sudah masuk dalam daftar destinasi yang harus mereka kunjungi jika berlibur ke Indonesia. Dorongan rasa penasaran tentang keindahan Gunung Ijen muncul setelah melihat foto-foto yang indah di media sosial.
”Kami tahu keindahan Ijen dari unggahan sejumlah teman di akun Instagram-nya. Selain penasaran dengan keindahan matahari terbitnya, kami juga datang karena ingin melihat proses munculnya belerang dan fenomena api biru yang ada di dasar kawah,” ujar Kirill.
Rasa gembira berhasil mendaki Gunung Ijen juga dirasakan Lukas Drobny, wisatawan asal Ceko. Ijen menjadi salah satu alasan ia datang ke Indonesia.
Baca juga : Banyuwangi Jangan Terlalu Bersandar pada Gunung Ijen
Lukas yang baru saja berlibur di Bali tiba di Banyuwangi pada Selasa (5/11/2019). Ia sempat mencari transportasi untuk mengantarnya dari Pelabuhan Ketapang ke Gunung Ijen. Namun, ia mendapat informasi bahwa pendakian ditutup. Pria 29 tahun itu akhirnya harus mengubah rute perjalanan.
”Saya terpaksa singgah di Probolinggo untuk berwisata ke Gunung Bromo. Saat di sana saya mendapat informasi bahwa pendakian ke Gunung Ijen kembali dibuka. Saya lantas mencari bus untuk kembali ke Banyuwangi agar bisa mendaki Gunung Ijen,” ujarnya.
Ditemui seusai turun ke dasar kawah, Lukas sangat bahagia karena berhasil mewujudkan misinya. Naik ke puncak Gunung Ijen, turun ke kawah, melihat api biru, bertemu petambang, dan membawa pulang secuil belerang ialah aneka target yang ia tetapkan.
Baca juga : Wisata Ijen Kehilangan Potensi Pendapatan Miliaran Rupiah
Di dasar kawah, Lukas sempat meminjam linggis milik salah seorang petambang. Pria yang tiga tahun terakhir hidup di Selandia Baru itu lantas memecah bongkahan belerang menjadi bagian yang lebih kecil.
Peristiwa itu terekam dalam telepon genggamnya. Ia meminta seorang petambang untuk mengabadikan aksinya tersebut.
”Saya sempat membantu para petambang dan saya mendapat upah yang berharga. Saya membawa secuil belerang sebagai kenang-kenangan dari Gunung Ijen,” ujar Lukas sambil menunjukkan belerang seukuran ibu jari orang dewasa.
Lukas mengakui pendakian sejauh 3,4 kilometer dari titik pemberangkatan di Paltuding hingga bibir kawah Gunung Ijen ditambah perjalanan menurun sejauh 800 meter ke dasar kawah sangat sepadan dengan keindahan dan kepuasan batin yang ia dapatkan. Sesekali Lukas berteriak sambil mengepalkan kedua tangganya sebagai ekspresi puas dengan pengalamannya hari itu.
Lukas mengatakan, pengalamannya di Gunung Ijen jauh lebih menyenangkan daripada di Gunung Bromo. ”Di sana (Bromo) saya hanya dapat melihat matahari terbit, sedangkan di sini saya mendapat pengalaman yang luar biasa. Saya bertemu petambang, melihat lelehan belerang yang keluar lalu mengeras menjadi seperti batu. Saya juga melihat langsung api biru,” ungkap Lukas.
Lukas, Kirill, dan Miroslava adalah tiga di antara 46 wisatawan asing yang kemarin mendapat kesempatan sebagai kelompok pertama yang mendaki Gunung Ijen pasca-penutupan jalur pendakian selama 18 hari. Ada pula 50 wisatawan lokal termasuk Kompas yang hari itu juga mendaki salah satu gunung api aktif di Indonesia tersebut.
Baca juga : Habitat Rusak, Sejumlah Satwa Berpindah dari Gunung Ijen
Gunung Ijen memang menjadi primadona bagi pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Gunung setinggi 2.779 meter di atas permukaan laut itu kerap menjadi alasan mereka mengunjungi kabupaten paling timur di Pulau Jawa tersebut.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur mencatat, dalam sebulan, sedikitnya ada 6.000 pengunjung Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Berkisar 600 orang hingga 700 orang di antaranya merupakan wisatawan mancanegara.
Penutupan jalur pendakian selama 18 hari sempat membuat pariwisata Banyuwangi terdampak. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuarto Bramuda memprediksi potensi perputaran uang Rp 2 miliar hilang akibat penutupan itu.
Kebakaran yang melanda Gunung Ijen kini menyisakan bekas hangus hampir di sepanjang jalur pendakian. Semak belukar, batang, ranting, dan dahan pepohonan menghitam. Aroma hangus sesekali masih tercium. Semoga kondisi itu tidak membuat pesona Gunung Ijen meredup.
Peristiwa terbakarnya Gunung Ijen menjadi peringatan bagi semua pihak. Pariwisata merupakan bagian kecil yang merasakan dampak kerugian. Ada industri belerang yang juga terdampak akibat kebakaran tersebut. Kerugian terbesar justru karena rusaknya lingkungan yang selama ini menjadi salah satu penghasil oksigen.
Semoga kebakaran di Gunung Ijen dan sekitarnya tidak terulang. Mari jaga Gunung Ijen agar ia dapat tampil dengan pesonanya yang luar biasa.
Baca juga : Kebakaran di Ijen Terparah dalam 5 Tahun Terakhir