Letusan awan panas Merapi tak menyurutkan minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu. Pada Minggu (10/11/2019) ribuan pengunjung padati lereng Merapi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Jip wisata beraksi di Kalikuning, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (10/11/2019). Aktivitas wisata berlangsung seperti biasa meskipun sempat terjadi awan panas letusan pada Sabtu (9/11/2019). Aktivitas vulkanik Gunung Merapi belum membahayakan.
SLEMAN, KOMPAS — Gunung Merapi yang berada di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, mengeluarkan letusan awan panas, Sabtu (9/11/2019) pagi. Peristiwa itu tak menyurutkan minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata lereng Merapi, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (10/11/2019).
Berdasarkan pantauan, pengemudi jip di kawasan itu masih sibuk melayani order wisata. Sekitar 10 jip wisata secara bergantian, tiap 30 menit sekali, memasuki Kalikuning, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu siang. Titik tersebut merupakan lokasi atraksi bagi jip wisata. Para wisatawan dihibur dengan aksi pengemudi jip yang melintasi areal berbatu dan menerjang genangan air.
Terlihat pula jip-jip wisata itu mengantre masuk ke tempat wisata lain, yaitu Bunker Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Satu rombongan wisatawan bisa menaiki sekitar 5-10 jip wisata. Jip-jip itu antre untuk mengakses jalan yang sempit.
”Jumlah jip total ada sekitar 900 unit. Kalau hari ini dipukul rata, semuanya memang beroperasi,” kata Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi Dardiri, saat dihubungi, Minggu siang.
Jip-jip wisata melintas di kawasan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (10/11/2019). Aktivitas wisata berlangsung seperti biasa meskipun sempat terjadi awan panas letusan pada Sabtu (9/11/2019). Aktivitas vulkanik Gunung Merapi belum membahayakan.
Bunker Kaliadem juga tampak dipadati wisatawan. Sebagian wisatawan mengakses destinasi tersebut menggunakan jip wisata. Akan tetapi, tidak sedikit yang mengendarai kendaraan pribadi. Parkiran sepeda motornya terlihat disesaki kendaraan para wisatawan tersebut.
Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan, wisatawan memang ramai pada Sabtu dan Minggu ini. ”Tetap ramai dua hari ini. Awan panas yang kemarin sempat terjadi sepertinya tidak berpengaruh. Kami juga tidak terkena dampaknya, jadi aktivitas wisata berjalan seperti biasa,” ujarnya.
Heri memperkirakan, hingga pukul 12.00, ada sekitar 1.300 jip wisata yang parkir di Bunker Kaliadem. Satu jip diisi empat wisatawan. Diperkirakan, pengunjung di lokasi wisata tersebut sudah mencapai sekitar 5.000 orang. Itu baru hitungan setengah hari saja.
Wisatawan berfoto di depan papan Bunker Kaliadem, di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (10/11/2019). Aktivitas wisata berlangsung seperti biasa meskipun sempat terjadi awan panas letusan pada Sabtu (9/11/2019). Aktivitas vulkanik Gunung Merapi belum membahayakan. Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Sudarningsih mengatakan, dalam menjalankan aktivitas wisata, pihaknya mengikuti arahan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta (BPBD DIY).
”Selama belum ada permintaan untuk menutup dari pihak yang berwenang, aktivitas wisata akan berjalan seperti biasa. Tempat wisata ini masih dalam taraf bisa dikunjungi,” ujar Sudarningsih.
Sebelumnya, Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengungkapkan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi belum membahayakan. Saat ini, gunung tersebut masih berstatus Waspada (Level II). Ancaman bahaya letusannya masih berada dalam radius tiga kilometer dari puncak.
Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mengeluarkan awan panas letusan, Sabtu (9/11/2019) pukul 06.21. Awan panas tersebut membentuk kolom letusan setinggi 1.500 meter di atas puncak. Setelah peristiwa itu, hujan abu dilaporkan terjadi di sebagian wilayah lereng Merapi.
”Masyarakat diimbau tetap tenang, tetapi waspada. Mereka dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 km dari puncak Merapi,” kata Hanik, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, di Yogyakarta.
Selain itu, Sudarningsih menyatakan, demi menjamin kenyamanan dan keselamatan wisatawan, telah dibuat pula aplikasi bernama ”Lapor Bencana Sleman”. Di aplikasi tersebut, terdapat fitur ”Jarak antara Aku dan Merapi” yang digunakan untuk mengukur jarak antara pemilik ponsel dan puncak Merapi.
Masyarakat diimbau tetap tenang, tetapi waspada. Mereka dapat beraktivitas seperti biasa di luar radius tiga km dari puncak Merapi.
”Aplikasi ini wajib untuk dimiliki setiap pengemudi jip wisata. Dengan ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Semisal terjadi sesuatu dengan Merapi, bisa diketahui dengan cepat untuk memitigasi,” ujar Sudarningsih.
Sementara itu, Dardiri menyatakan, para pengemudi jip wisata sudah diberikan pelatihan khusus mengenai mitigasi bencana. Ada standar operasional khusus yang harus menjamin keamanan wisatawan dengan penggunaan helm. Para pengemudi juga menyediakan masker yang dibagikan gratis kepada wisatawan mengingat kawasan itu berdebu.