Pernyataan Presiden Jokowi kepada Ketua Umum Nasdem Surya Paloh ditangkap sebagai sinyal untuk menjaga barisan koalisi oleh para partai pengusung pemerintah lainnya. Nasdem menilai itu hanya guyonan.
Oleh
satrio wisanggeni/i gusti agung bagus angga
·4 menit baca
”... Kalau saya lihat, wajah Bang Surya (Paloh) hari ini lebih cerah dari biasanya, apalagi setelah beliau berdua berangkulan dengan Pak Sohibul Iman. Saya tidak tahu maknanya apa. Tetapi rangkulannya tidak seperti biasanya. Tidak pernah saya dirangkul oleh Bang Surya seerat seperti ia merangkul Pak Sohibul Iman....”
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka acara peringatan 55 tahun Partai Golkar, Rabu (6/11/2019), di Hotel Sultan, Jakarta. Pernyataan ditujukan kepada Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, yang sebelumnya bertemu Sohibul Iman, Presiden Partai Keadilan Sejahtera, partai oposisi.
Tidak dapat dimungkiri, pernyataan tersebut juga seakan memberikan peringatan bagi para partai anggota koalisi pendukung pemerintah lainnya. Terlebih lagi, para pimpinan partai koalisi lainnya juga hadir dalam acara itu. Presiden sepertinya meminta mereka untuk tetap rapat menjaga barisan koalisi.
Setidaknya itu yang dirasakan para partai koalisi. Pernyataan Presiden Jokowi itu, ditangkap Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily, sebagai sinyal bahwa Presiden ingin agar setiap partai koalisi bisa terus kompak berjalan bersama.
Kendati demikian, menurut Ace, setiap partai memiliki otonomi untuk menentukan langkah politik dan strategi masing-masing.
”Apa yang dilakukan oleh Pak Surya Paloh sebagai Ketum Nasdem itu tentu juga sepenuhnya hak beliau. Tetapi, apa pun langkah itu, alangkah baiknya apabila dikomunikasikan (di dalam koalisi) agar koalisi tetap sejalan,” kata Ace saat dihubungi pada Kamis (7/11/2019) dari Jakarta.
Kondisi pasar bebas calon presiden untuk Pemilu 2024 tidak memicu Golkar untuk mengikuti langkah Nasdem berkomunikasi dengan partai di luar oposisi, setidaknya dalam waktu dekat. Ace mengatakan, Golkar akan fokus berkonsolidasi jelang musyawarah nasional pada Desember 2019.
Wakil Sekjen Golkar Christina Aryani mengatakan, Golkar telah dan akan terus berkomitmen untuk mengawal pemerintahan Jokowi-Amin hingga usai. ”Saya rasa Pak Jokowi mengetahui bahwa beliau bisa mengandalkan Golkar (untuk terus mengawal). Kami tidak neko-neko,” kata Christina.
Sinyal yang sama juga ditangkap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bagi Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid, PKB juga berharap koalisi partai pengusung Jokowi tetap kompak.
Namun, Jazilul mengaku tidak mengerti persis isyarat atau makna pernyataan Jokowi kepada Surya Paloh. Sebab, konteksnya sangat personal. Hanya dapat dipahami Jokowi dan Paloh.
”Tapi, jika saya melihatnya, itu bukan pujian bagi Pak Surya Paloh,” kata Jazilul.
Pernyataan terhadap Paloh, kata Jazilul, menandakan Jokowi peduli terhadap apa saja tindak-tanduk yang dilakukan para ketua umum partai pengusungnya.
Isi hati Presiden
Di sisi lain, Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Eriko Sotarduga menilai, sulit untuk mengklasifikasikan pernyataan Jokowi, apakah sebagai sindiran ataukah sebagai guyonan. Kendati demikian, kata-kata Jokowi itu murni muncul dari isi hatinya.
Eriko menduga, Jokowi mulai merasakan ada yang berubah dari kebersamaan yang dibangun bersama Nasdem selama ini. Gestur dan pernyataan Jokowi seolah hendak menyampaikan, PDI-P dan Nasdem masih berhak bersama-sama hingga 2024. Nasdem merupakan salah satu partai yang konsisten mendukung Jokowi semenjak bertarung di Pilpres 2014.
Sambutan di HUT Golkar tersebut adalah bentuk komunikasi Presiden Jokowi yang merasa jauh lebih bebas menyampaikan isi hatinya pada periode kedua pemerintahan, menurut Eriko. Berbeda dengan periode pertama, Jokowi lebih banyak menahan apa yang ada dalam benaknya.
”Kalau sekarang, apa yang tersirat di dalam hatinya itu dikeluarkan. Mengenai hal apa yang dikehendaki, beliau sendiri yang memahami,” ujar Eriko, Kamis (7/11), di Jakarta.
Eriko pun menganggap wajar terhadap manuver yang dilakukan Nasdem. Baginya, langkah Nasdem bertemu Presiden PKS Sohibul Iman sebagai bagian strategi menghadapi Pilpres 2024.
Solid mendukung pemerintah
Sementara bagi Nasdem, sambutan Presiden Jokowi tersebut lebih merupakan sebuah guyonan, bukan sindiran. Ketua DPP Nasdem Taufik Basari mengatakan, guyonan adalah tanda persahabatan yang erat antara Jokowi-Surya.
”Itu adalah sapaan persahabatan dalam bentuk guyonan. Kadang kita, kan, memang melempar canda dalam sebuah pertemuan. Guyonan itu bahan penambah keakraban,” kata Taufik.
Taufik menegaskan, Nasdem tetap akan fokus dan solid dalam mendukung suksesnya pemerintahan Jokowi-Amin. Terlebih lagi, komitmen itu sudah dijalankan Nasdem sejak menyongsong Pemilu 2014 dan dilakukan tanpa syarat.
”Kami totalitas dalam hal memberikan dukungan ke Pak Jokowi,” kata Taufik.
Akan tetapi, kata Taufik, Nasdem menilai tetap perlu ada fungsi pengawasan dalam setiap pemerintahan. Keyakinan ini yang membuat Ketua Umum Nasdem Surya Paloh melakukan komunikasi dengan salah satu partai oposan, PKS.
”Kritik kami adalah untuk menjaga agar tidak ada kekurangan dan kesalahan langkah pemerintah. Kami tidak akan menjatuhkan atau menyerang secara politik,” kata Taufik.
Memang tidak ada yang mengetahui secara pasti apa maksud sesungguhnya pernyataan Presiden Jokowi kepada Surya Paloh, maupun manuver-manuver politik yang diluncurkan Nasdem akhir-akhir ini.
Namun, menurut pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin, hal terpenting yang harus dilakukan Presiden Jokowi adalah menjaga kekompakan koalisi guna menjaga stabilitas pemerintahan.
”Sekarang yang terpenting adalah bagaimana Jokowi merekatkan kembali koalisinya. Bisa saja tahun pertama Nasdem, tahun berikutnya partai lain ikut-ikutan membandel. Ini risikonya koalisi bisa benar-benar rapuh,” kata Ujang.