BI Optimistis Ekonomi Tetap Tumbuh berkat Sektor Riil
Langkah perusahaan kelapa sawit dan produk turunannya masuk ke pasar modal menunjukkan aksi korporasinya masih terus bergerak sehingga membutuhkan sumber pendanaan baru. Hal ini akan turut menopang pertumbuhan ekonomi.
Oleh
Hamzirwan Hamid
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bayang-bayang perlambatan perekonomian global pada 2020 menghantui hampir semua negara. Meskipun begitu, Bank Indonesia optimistis perekonomian Indonesia pada tahun depan dapat tumbuh 5,1 persen-5,5 persen. Pertumbuhan itu akan ditopang investasi sektor riil, terutama sektor kelapa sawit dan produk turunannya seperti biodiesel.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo dalam diskusi terfokus dengan media massa di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/11/2019), mengatakan, optimisme itu muncul karena semakin banyak perusahaan, seperti kelapa sawit dan industri turunannya, yang siap menawarkan saham perdana (IPO) di pasar modal. Pelaku usaha di sektor itu mencari sumber dana baru selain dari perbankan untuk membiayai bisnis mereka.
Aksi korporasi itu memberikan sinyal bahwa sektor riil tetap memiliki ekspektasi positif terhadap pasar domestik. Ekspektasi perekonomian ke depan bisa tergambar dari belanja modal perusahaan, kebijakan merekrut pekerja, dan anggaran pemasaran mereka.
”Kelapa sawit lebih mencerminkan dampak terhadap dunia usaha. IPO sudah mulai banyak dan cukup mencerminkan perusahaan mencari sumber-sumber pendanaan baru,” kata Dody, didampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah.
Optimisme itu muncul karena semakin banyak perusahaan, seperti perkebunan kelapa sawit dan industri turunannya, yang siap menawarkan saham perdana di pasar modal.
Menurut Dody, langkah perusahaan kelapa sawit dan produk turunannya masuk ke pasar modal itu menunjukkan aksi korporasinya masih terus bergerak. Untuk terus berekspansi, perusahaan tersebut membutuhkan sumber pendanaan baru.
”Tentu saja nilai dana yang dibutuhkan dan volume saham yang dilepas ke publik disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan tersebut,” katanya.
Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit dunia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, produksi minyak kelapa sawit Indonesia selama Januari-Agustus 2019 sebanyak 34,7 juta ton, naik 14 persen dibandingkan Januari-Agustus 2018 (Kompas, 18/10/2019).
Sekitar 11,7 juta ton di antaranya diserap untuk konsumsi domestik dan 22,7 juta ton lainnya diekspor. Keseriusan pemerintah mengimplementasikan pencampuran 30 persen minyak sawit mentah dalam solar menjadi biodiesel (B30) mulai 1 Januari 2020 untuk mengurangi impor solar dan meningkatkan konsumsi domestik, cukup efektif untuk mendongkrak harga komoditas ekspor unggulan Indonesia itu.
Dody mengatakan, optimisme perekonomian Indonesia pada 2020 juga akan tergambar dari membaiknya Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III-2019 dibandingkan triwulan II-2019. Pada triwulan II-2019, NPI defisit sebesar 1,97 miliar dollar AS atau senilai Rp 27,65 triliun dengan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Rp 14.040 per dollar AS.
”Kalau tidak surplus dari triwulan II-2019, defisitnya mengecil. Itu gambaran kepercayaan investor luar negeri relatif stabil sehingga rupiah juga stabil,” ucapnya.
Dody menambahkan, membaiknya NPI triwulan III-2019 itu terutama ditopang besarnya arus modal asing masuk ke Indonesia. Arus modal asing itu meningkatkan cadangan devisa.
BI mencatat, cadangan devisa pada 31 Oktober 2019 berjumlah 126,7 miliar dollar AS (Rp 1.773,8 triliun). Jumlah tersebut naik 2,4 miliar dollar AS (Rp 33,6 triliun) dari 124,3 miliar dollar AS (Rp 1.740,2 triliun) pada 30 September 2019.
Dody mengemukakan, melambatnya perekonomian global, terutama akibat perang dagang AS-China, memang dirasakan hampir semua negara. Harapan bahwa perekonomian Indonesia masih tumbuh positif pada 2020 juga berkat kebijakan akomodatif pemerintah dari sisi fiskal dan BI dari sisi moneter untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi global.
”Rencana pemerintah menerbitkan omnibus law untuk memudahkan investasi tentu juga mendapat respons positif dari investor. Hal ini diharapkan semakin membuat sektor riil dan pasar domestik Indonesia lebih bergairah,” ujarnya.
Harga membaik
Kebijakan B30 juga akan meningkatkan konsumsi minyak sawit domestik sebanyak 3 juta ton per tahun. Apabila ditambah dengan penyerapan B20 yang sudah berjalan selama ini, konsumsi minyak sawit domestik dapat mencapai 9 juta ton per tahun.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, pemerintah telah membuat sejumlah kebijakan positif yang mendorong penyerapan produksi minyak sawit. Membaiknya harga internasional juga mendorong sektor industri kelapa sawit optimistis menghadapi tahun 2020.
Membaiknya harga internasional juga mendorong sektor industri kelapa sawit optimistis menghadapi tahun 2020.
Saat ini harga minyak sawit mentah untuk pengapalan Januari 2020 sudah 570 dollar AS (Rp 7,98 juta) per ton dan harga 2020 diperkirakan bisa mencapai 600 dollar AS (Rp 8,4 juta) per ton. Harga tersebut naik dari 500 dollar AS per ton hingga 525 dollar AS per ton pada 2019.
”Kondisi ini tentu akan membuat dunia usaha kelapa sawit lebih bergairah untuk investasi perbaikan tanaman, peremajaan, dan peningkatan produktivitas,” ujar Mukti.
Sementara itu, Bank Dunia dalam Tinjauan Harga Komoditas pada 29 Oktober 2019 menyebutkan, harga komoditas dunia direvisi turun. Beberapa komoditas itu adalah minyak mentah, batubara, minyak kelapa sawit mentah, karet, dan logam.
Harga minyak mentah diproyeksikan rata-rata 60 dollar AS per barel pada 2019 dan 58 dollar AS per barel pada 2020. Harga batubara diperkirakan turun rata-rata 15 persen. Harga CPO pada 2019 dan 2020 diproyeksikan 575 dollar AS per ton atau di bawah ambang batas pengenaan bea masuk, yaitu 750 dollar AS per ton.