Nama Akun Nyentrik Untuk Ekspresi Diri
Akun dengan nama nyentrik dan lucu kerap bertebaran baik di email maupun sosial media. Kadang-kadang senang membaca alamat akun seperti itu, tetapi untuk urusan formal, alamat akun aneh dan nyentrik terasa mengganggu. Bisa dipahami mengingat untuk urusan formal, perlu kejelasan nama yang menjadi bagian dari identitas diri seseorang.
Apa sih yang terjadi di balik penamaan akun aneh bin unik itu ? Simak cerita para pemilik akun itu. Ternyata, bagi beberapa orang, nama akun unik tadi merupakan bagian dari jati diri yang kemudian justru menjadi ajang mengeskpresikan diri mereka.
Martinus Satrio (22), mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, justru jadi lebih percaya diri memakai nama @botingism untuk akun Instagramnya. Martin pertama kali bermain Instagram saat duduk di bangku SMA, pada tahun 2015. Awalnya, ia merepresentasikan diri sebagai @maartiinus di Instagram, namun sejak kuliah dan bertemu belasan orang bernama Martin, ia justru termotivasi untuk menciptakan nama nyentrik agar tetap punya kekhasan.
"Username IG itu emang personal branding, tapi justru gue emang enggak mau yang mainstream. Jadi daya tarik sih, terlebih buat gue yang lagi ngerintis karier sebagai seniman gambar," ujar Martin pada Senin (4/11/2019) di Jakarta.
Ia merasa lebih terwakilkan dengan gabungan kata "boting" yang merupakan kependekan dari bocah keriting dan "-ism" yang bermakna suatu paham atau ajaran. Identitasnya sebagai bocah berambut keriting yang hendak membuat aliran atau genre baru dalam dunia gambar adalah filosofi dibalik nama nyentrik itu. Hal ini yang membuat ucapan heran atau pertanyaan orang lain soal nama tersebut tak membuatnya terganggu.
"Karena lebih banyak manfaatnya, jadi gue cuek aja. Nama itu ekspresi diri gue," tuturnya. Bagi Martin, standar alay (sebutan yang pernah diberikan kepada mereka yang memiliki akun unik), setiap orang berbeda-beda. Hal ini yang membuat titel alay yang diberikan kepada seseorang tidak berlaku mutlak. Nama nyentrik atau mungkin terkesan alay bagi beberapa orang ini justru membantunya memiliki branding yang lebih jenaka.
"Kadang-kadang ada yang bilang, namanya kok aneh, tapi ada juga yang bilang keren. Pake nama ini, kadang gue juga dianggap anak yang lucu atau kepribadiannya enggak kaku lah gitu," kata Martin menceritakan pertanyaan dan sikap dirinya atas pertanyaan tadi.
Untuk hiburan
Sebelum beralih ke cerita pemilik akun nyentrik lainnya, ada baiknya kita tahu sejarah dari pemunculan nama akun aneh tersebut. Fenomena nama akun media sosial dan email nan unik sudah marak terjadi di awal 2000-an saat anak-anak muda Ibukota baru terpapar internet. Nama dengan tambahan kata sifat yang mendefinisikan diri seperti "cute" atau "emolovers" jadi pemandangan biasa di Friendster, media sosial yang populer saat itu.
Semakin ke sini, media sosial enggak digunakan untuk hiburan semata tapi juga cerminan diri di dunia maya. Nama-nama nyentrik itu kini berevolusi dari standar keren menjadi ciri "kealayan" seseorang di media sosial dan email yang waktu itu belum menjadi alat berkomunkasi secara masif seperti sekarang. Belakangan ketika hubungan antara siswa di SMA dan mahasiswa dengan guru serta dosennya makin cair, hasil garapan tugas cukup dikirim via email, masalah baru muncul.
Si siswa dan mahasiswa kerap lupa memakai nama akun anehnya. Bisa ditebak, guru dan dosennya bingung mengidentifikasi siapa gerangan dibalik nama akun tadi. Beruntung, mahasiswa zaman now segera menyadari kesalahan. Mereka segera meminta maaf ke dosen dan mengganti nama akun dengan nama sebenarnya.
Identitas diri
Ide username unik bisa datang darimana saja. Seperti yang dilakukan Stefani Verlinda Latief, mahasiswi jurusan Fashion Management, Binus International Jakarta. Sejak awal membuat akun media sosial, ia selalu menggunakan nama @fanillafantasy, ide ini ia dapatkan karena penggunaan namanya ‘fani’ yang masuk dengan kata vanilla yang ia ubah menjadi kata ‘fanilla’.
“Waktu SMP lagi jamannya punya username lucu, jadi tiba-tiba kepikiran nama itu (fanillafantasy). Kata fantasy menurut aku lucu dan bisa mencerminkan pribadi aku yang fun dan ekstrovert,” urai Fani pada Senin (4/11/2019).
Memiliki nama pengguna (username) sulit dieja dan berbeda dengan nama asli membuat ia kesulitan memberitahu teman-temannya. Tetapi di sisi lain, nama penggunanya itu justru lebih dikenal dibandingkan nama aslinya.
“Kalau ada orang tanya, aku menawarkan diri untuk mengetik di telepon seluler mereka. Banyak juga teman yang mengira nama asli aku Fanilla bukan Stefani,” jelas mahasiswi yang juga menjadi model di waktu luangnya itu.
Hal serupa juga dirasakan Winnie Oktaviani, mahasiswi Jurusan Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara Tangerang, Banten. Menggunakan nama pengguna @kimdarlings, ia terinspirasi kegemarannya terhadap Korean Pop (K-pop). Hal ini juga seiring dengan konten yang dibagikannya di media sosial yang sebagian besar berisi cover tarian dan lagu khas budaya Korea.
“Aku suka dua idola K-pop namanya sama-sama Kim, jadilah bikin usernamenya kimdarlings. Awalnya hanya untuk akun kedua aja, tapi ternyata jadi lebih aktif disitu,” ceritanya yang sering berganti warna cat rambut ini.
Memiliki nama pengguna yang unik bagi Winnie sama seperti memiliki nama panggung. Lebih dikenal sebagai ‘Kim’ di dunia maya membuatnya bisa membedakan teman yang mengenalnya lewat media sosial dan dunia nyata. Sementara teman yang mengenalnya secara langsung pasti akan memanggilnya ‘Winnie’. “Banyak yang baru tahu nama asli aku, tapi memang tidak pernah unjuk nama asli juga sih di Instagram,” ujarnya pemilik lebih dari 30 ribu pengikut di Instagram ini.
Alasan yang agak berbeda disampaikan Vero Kasnadi, mahasiswi tingkat akhir Program Studi Marketing Communication Jurusan Strategy Communication Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Tangerang, Banten. Gara-gara suka kentang yang punya berbagai bentuk lucu seperti wajah manusia, ia membuat akun kedua di IG dengan nama kentang ajaib.
“Dulu, akun itu hanya untuk pribadi, tetapi sekarang sudah ku buka untuk publik hanya untuk teman dekat saja,” tutur Vero pemilik akun@kentangajaib. Pertimbangan lain memilih nama lucu untuk akun IG, gadis yang aktif di Komunitas Teater Katak di kampusnya tersebut karena ia merasa namanya pasaran. Saking banyak pemilik nama Veronica, slot nama di IG untuk nama depannya sudah habis. “Eh kebetulan suka kentang, ya udah deh pakai kentang ajaib aja,” lanjutnya sambil tertawa.
Punya nama akun sosmed dan email yang nyentrik dan lucu boleh-boleh saja, yang penting bisa membedakan akun mana untuk keperluan formal dan mana untuk urusan bisnis dan lebih privat. (*/***)