Pemkot Bandung Andalkan Jaring di Sungai untuk Angkut Sampah Pemicu Banjir
Pencemaran sampah di sejumlah sungai di Kota Bandung, Jawa Barat, masih tinggi. Hal ini berpotensi menyumbat aliran sungai sehingga rentan menyebabkan banjir saat musim hujan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Kota Bandung memasang jaring sampah di sejumlah sungai. Maraknya pencemaran sampah rumah tangga di sejumlah sungai menyimpan bom waktu berupa banjir pada musim hujan.
Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung menyebutkan telah terpasang 37 jaring sampah di sejumlah sungai. Setiap jaring mengumpulkan sekitar 500 kilogram sampah per hari yang mengalir di permukaan air. Artinya, total sampah yang terjaring dari semua lokasi mencapai 1,85 ton per hari.
Pencemaran sampah itu menyebabkan banjir di sejumlah titik di Kota Bandung dalam tiga hari terakhir. Satu di antaranya banjir setinggi 1,5 meter di Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, akibat luapan Sungai Citepus, Jumat (1/11/2019).
”Sejumlah 23 jaring tambahan akan dipasang hingga akhir tahun. Selain itu, warga terus diedukasi agar tidak membuang sampah ke sungai,” ujar Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas dan Edukasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung Syahriani, Selasa (5/11/2019), di Balai Kota Bandung, Jawa Barat.
Tingginya volume sampah di sungai sempat membuat tujuh jaring sampah rusak. Bahkan, beberapa di antaranya hanyut terbawa banjir sehingga rentan menjadi sampah baru. Menurut Syahriani, sampah yang mencemari sungai didominasi sampah rumah tangga, seperti plastik, kardus, botol minuman, dan bungkus makanan. Selain dari permukiman, sampah juga bersumber dari sejumlah pasar.
Produksi sampah di Kota Bandung 1.500-1.600 ton per hari. Namun, hanya 1.100-1.200 ton yang terangkut ke pembuangan akhir. Sekitar 400 ton tidak terangkut dan rentan dibuang ke sungai.
Syahriani menyadari, jaring sampah tidak dapat mengurangi pembuangan sampah ke sungai. Namun, pihaknya bisa memetakan lokasi-lokasi yang tercemar sampah.
”Setelah mengetahui lokasinya, kami edukasi masyarakat di sekitarnya. Mengajak warga memilah sampah sehingga sampah yang terbuang ke sungai berkurang,” ujarnya.
Setelah mengetahui lokasinya, kami edukasi masyarakat di sekitarnya. Mengajak warga memilah sampah sehingga sampah yang terbuang ke sungai berkurang.
Syahriani menuturkan, pihaknya mengajak masyarakat mengolah sampah melalui program ”Kang Pisman”, yaitu kurangi sampah makanan, pilah sampah, dan manfaatkan sampah menjadi nilai jual. Namun, program yang digulirkan Pemerintah Kota Bandung sejak 2018 itu belum berdampak signifikan.
”Tidak bisa bimsalabim. Butuh waktu mengubah perilaku agar tidak membuang sampah ke sungai,” ucapnya.
Selain jaring sampah, untuk mengantisipasi banjir di musim hujan, Pemkot Bandung juga telah menjalankan program ”Mapag Hujan” pada 9-31 Oktober 2019. Program ini merupakan pengerukan sedimentasi dan mengangkat sampah dari sungai-sungai di Bandung.
Kota Bandung dilintasi 46 sungai dan anak sungai. Sebagian besar kondisinya kritis. Selain dicemari sampah dan sedimentasi, beberapa sungai juga mengalami penyempitan sehingga menghambat aliran air.
”Sampah yang diangkat mencapai 3.950,53 meter kubik. Jumlah itu belum termasuk hasil pengerukan aparat kewilayahan,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Didi Ruswandi.
Upaya mengatasi banjir lainnya adalah dengan membuat 10 drumpori di setiap RW. Saat ini telah dibuat 550 drumpori. Pemkot Bandung menargetkan memiliki 15.000 drumpori tahun depan.
Wali Kota Bandung Oded M Danial mengatakan, drumpori akan dijadikan salah satu cara meminimalkan banjir bersama perbaikan saluran air dan pembangunan kolam retensi. Bahkan, mulai tahun 2020, dana Program Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan yang digelontorkan ke setiap RW bisa dialokasikan untuk pembuatan drumpori.
”Setiap RW diproyeksikan membuat drumpori sebanyak 10 titik. Di Kota Bandung terdapat 1.584 RW. Maka, jika hal ini terealisasi secara keseluruhan dapat mencapai 15.840 titik drumpori di Kota Bandung. Prioritas akan diberikan ke kawasan Cinambo, Gedebage, dan Pagarsih yang sering dilanda banjir limpasan,” ujar Oded.