Survei terbaru menguatkan besarnya peran media sosial dalam mendongkrak bisnis pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Sadar akan kekuatan itu, pemerintah mendukung pelaku usaha untuk masuk ke pasar dalam jaringan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan media sosial membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM untuk memasarkan produknya hingga bisa menembus pasar internasional. Media sosial juga memudahkan komunikasi dengan konsumen. Sadar akan kekuatan ini, Kementerian Koperasi dan UKM bakal menggenjot lebih banyak UMKM masuk ke pasar dalam jaringan.
Besarnya dampak penggunaan media sosial bagi UMKM itu terungkap dari survei terbaru berjudul ”Connecting Indonesia: Facebook Social and Economic Impact in Indonesia” oleh Facebook Indonesia, PricewaterhouseCooper (PwC) Indonesia, dan Institut for Development Economics and Finance (Indef), yang dipaparkan di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Survei tersebut dilakukan pada 1.033 entitas bisnis di 34 provinsi selama Juni hingga Agustus 2019. Sebanyak 995 responden merupakan pelaku UMKM, sedangkan 38 lainnya merupakan pebisnis besar.
Hasil survei menyatakan, 50 persen responden menggunakan Facebook dan aplikasi lain yang menjadi bagian dari Facebook, yaitu Instagram dan Whatsapp, untuk mempromosikan produknya.
”Menariknya, survei kami menemukan hampir 16 persen atau hampir 20 persen pelaku usaha mengaku bahwa penggunaan aplikasi Facebook dan keluarganya membantu mereka memiliki kanal untuk memasarkan produk keluar Indonesia,” kata Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari.
Tak hanya itu, sebanyak 68 persen responden terbantu untuk memasarkan produk mereka di kota yang berbeda. Secara umum, penggunaan Facebook membantu 98 persen responden mendapatkan pelanggan di kota yang sama.
Ruben menambahkan, penggunaan Facebook mematahkan kekhawatiran bahwa digitalisasi akan mematikan bisnis luar jaringan. Media sosial justru memudahkan pelaku usaha mempromosikan produk (76 persen), memudahkan pendekatan dengan konsumen (92 persen), dan menginspirasi pelaku usaha pada beragam ide bisnis (43 persen).
Temuan itu senada dengan hasil survei ”Paxel Buy & Send Insight” yang dibuat perusahaan logistik pengiriman sehari Paxel bekerja sama dengan konsultan bisnis Provetic tahun ini.
Survei terhadap sekitar 530 pelaku UMKM menunjukkan penggunaan aplikasi atau platform digital lainnya mengeliminasi batasan antara penjual dan calon pembeli.
Aplikasi media sosial lebih disukai wirausaha pemula daripada platform e-dagang. Survei menunjukkan, aplikasi Whatsapp (84 persen) dan Instagram (81 persen) lebih banyak digunakan daripada aplikasi Shopee (53 persen), Facebook (36 persen), Tokopedia (29 persen), dan Bukalapak (18 persen).
COO Paxel Zaldy Ilham Masita, seperti dikutip dari Kompas edisiSabtu (2/11/2019), mengatakan, media sosial yang banyak dipakai pelaku UMKM secara tidak langsung menjadi inkubator atau media untuk mematangkan bisnis mereka secara daring. Untuk itu, ekosistem bisnis mereka perlu lebih didukung.
”Hasil survei ini membuat kita harus lebih serius menangani kendala bisnis dari para penjual daring di medsos. Sistem pembayaran dan pengiriman barang yang lebih efisien dan berkualitas harus tersedia agar mereka bisa cepat berkembang,” tuturnya.
Perkuat kerja sama
Pemerintah Indonesia, yang diwakili Kementerian Koperasi dan UKM, pada saat yang bersamaan juga terus mendorong UMKM untuk masuk dalam rantai nilai perdagangan, baik dalam maupun luar negeri.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pemerintah akan mengakselerasi kinerja UMKM agar mampu memperluas pasar, berdaya saing secara global, dan mampu menyumbang devisa. Hal itu akan dilakukan dengan memperkuat kerja sama dengan perusahaan digital besar.
”Kami akan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan aplikasi yang membantu penjualan barang secara online. UMKM go-online atau go-digital kini jadi prioritas. Meski bukan hal baru, kita butuh akselerasi,” kata Teten saat ditemui hari ini di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, di Jakarta.
Baru-baru ini, kementerian tersebut bekerja sama dengan perusahaan aplikasi Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak untuk menghadirkan skema peminjaman kredit yang memudahkan UMKM. Sementara itu, dengan perusahaan telekomunikasi milik negara, Telkom, pemerintah akan membuat media yang mengintegrasikan berbagai platform penjualan dalam jaringan untuk memudahkan UMKM.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, saat ini ada sekitar 60 juta UMKM di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, baru 13 persen atau sekitar 8 juta UMKM yang berjualan di platform e-dagang.
Bank Indonesia mencatat, kredit segmen UMKM terus tumbuh dari 11,6 persen pada Juli 2019 menjadi 13,3 persen pada Agustus 2019.