Pemerintah Jepang melalui Japan Foundation menggelar Japanese Film Festival (JFF) 2019 selama November-Desember 2019 di Indonesia. Film diharapkan jadi media memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia dan Jepang.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Jepang melalui Japan Foundation menggelar Japanese Film Festival atau JFF 2019 selama November-Desember 2019 di Indonesia. Film diharapkan menjadi media untuk memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia dan Jepang.
Bekerja sama dengan CGV Indonesia, festival ini digelar di lima kota dengan waktu yang berbeda-beda. Kota pertama penyelenggaraan JFF adalah Jakarta (7-10 November 2019) di CGV Grand Indonesia. JFF 2019 dilanjutkan di Empire XXI, Yogyakarta, pada 19-23 November 2019. Penyelenggaraan di Yogyakarta merupakan hasil kerja sama dengan Jogja-NETPAC Asian Film Festival.
JFF 2019 selanjutnya dilaksanakan di Makassar (29 November-1 Desember 2019), Surabaya (6-8 Desember 2019), dan Bandung (21-23 Desember 2019). Festival di setiap kota akan dilaksanakan di CGV Panakkukang Square, CGV Marvell City, dan CGV Paris Van Java.
”Ini pertama kalinya JFF diadakan di Surabaya. Tahun lalu hanya diadakan di Jakarta, Makassar, Bandung, dan Yogyakarta. Indonesia adalah negara yang besar. Saya harap JFF bisa diselenggarakan di daerah-daerah lain,” kata Duta Besar Jepang untuk Indonesia HE Masafumi Ishii, di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Menurut dia, masyarakat Jepang dan Indonesia tumbuh dari budaya timur yang lebih kurang sama. Itu sebabnya, ia menilai bahwa film Jepang akan bisa dinikmati penonton Indonesia.
Ada 14 film yang akan ditayangkan pada JFF 2019, yaitu satu film Indonesia berjudul Humba Dreams dan 13 film Jepang. Beberapa di antaranya adalah Samurai Shifters, Bento Harassment, Little Love Song, My Dad is a Heel Wresler, Masquerade Hotel, Katsuo-Bushi, dan Angel Sign.
”Film bisa menyampaikan banyak hal kepada banyak orang. Sebab, film itu punya pengaruh besar ke hati manusia. Saya sangat senang JFF diterima dengan baik di sini. Saya harap hubungan Jepang dan Indonesia bisa terus maju melalui festival ini,” kata Masafumi.
Pada kesempatan yang sama, Director General The Japan Foundation Jakarta, Tsukamoto Norihisa, mengatakan, festival film ini merupakan upaya untuk memupuk persahabatan Jepang-Indonesia. Film dinilai sebagai sarana efektif untuk bertukar budaya sebuah negara ke negara lain.
”Melalui pertukaran budaya, bahasa, dan dialog pada film, saya harap kita bisa memperdalam rasa pengertian satu sama lain,” kata Tsukamoto.
Ia menambahkan, industri film Jepang saat ini tengah berkembang. Kendati demikian, film-film produksi Jepang masih jadi bahan konsumsi negara sendiri dan belum dipasarkan secara luas ke pasar global. Padahal, populasi penduduk Jepang tengah menurun.
Tsukamoto menilai bahwa salah satu cara menyiasati kendala itu adalah memperkenalkan film Jepang ke negara-negara lain, misalnya melalui festival film. Ia berharap upaya tersebut bisa membuka kesempatan sineas Jepang untuk memasarkan film ke pasar global.
”Film-film yang kami tayangkan di JFF itu mengenalkan kehidupan orang Jepang. Saya harap penonton Indonesia bisa menemukan hal baru tentang Jepang melalui film,” kata Tsukamoto.