Eksploitasi minyak dan gas di kawasan Randegan, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, terus digenjot. Dari 59 sumur migas, hanya delapan yang aktif berproduksi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS – Eksploitasi minyak dan gas di kawasan Randegan, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, terus digenjot. Dari 59 sumur migas, hanya delapan yang aktif berproduksi. Usia sumur yang tua dan minimnya data terkait sumur tersebut menjadi kendala.
Saat ini, PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), tengah mengebor sumur Randegan (RDG) 059 di Bongas, Kecamatan Sumberjaya, Majalengka, dalam tahap mengeksploitasi migas di kedalaman 1.978 meter.
Pengeboran dilakukan selama 28 hari dan 14,48 hari lainnya untuk transisi pengeboran ke produksi. Sebelum itu, dilakukan proses eksplorasi pengeboran terbatas dan survei seismik untuk mengetahui keberadaan migas di dalam Tanah.
RDG-059 merupakan sumur ke 59 di kawasan Randegan. Namun, hanya delapan sumur yang aktif beroperasi. Dua sumur memproduksi 44 barel setara minyak per hari (BOPD) dan enam sumur lainnya menghasilkan 3,3 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas bumi.
“Pengeboran sudah selesai, tinggal produksi. Target produksi di sumur ini (RDG-059) 300 BOPD,” kata Tunjung Wisnu, penanggungjawab pengeboran sumur RDG-059, di lokasi pengeboran, Selasa (5/11/2019).
Akan tetapi, kata Tunjung, tekanan di dalam sumur telah turun sehingga likuid (minyak dan air) tidak naik ke atas. Pihaknya berencana menggunakan mesin pompa untuk menyedot likuid ke permukaan. “Hingga saat ini, kerja kami sudah sesuai waktu. Bahkan, lebih cepat dibandingkan target waktunya,” ucapnya.
Yayat Hidayat, pengawas Stasiun Pengumpul (SP) Randegan PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field, mengatakan, sumur di Randegan umumnya peninggalan kolonial sehingga produktivitasnya terus turun, bahkan tidak bisa beroperasi. “Kendala lainnya, banyak sumur peninggalan Belanda itu yang kami tidak ketahui lokasinya,” ujarnya.
SP-Randegan merupakan tempat pengumpulan migas dari delapan sumur yang beroperasi saat ini. Migas itu dialirkan ke SP-Randegan melalui pipa. Minyak mentah masih harus disimpan dalam tangki sedangkan gasnya langsung disalurkan ke pelanggan pengguna gas bumi di kawasan Bongas, Sumberjaya.
Hingga saat ini, kerja kami sudah sesuai waktu. Bahkan, lebih cepat dibandingkan target waktunya
Mohamad Mica Nugraha, pengawas SP-Randegan, menambahkan, saat ini, produksi dari delapan sumur tersebut berkisar 1.500 barel likuid per hari (BLPD). “Jumlah ini fluktuatif karena sumurnya sudah tua. Paling rendah 1.000 BLPD,” ujarnya.
Meskipun sumurnya sudah tua, Asisten Manajer Public Relation PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field Rizky Vistiari mengatakan, produksi migas secara keseluruhan meningkat. Produksi per 31 Oktober 2019 di PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field mencapai 13.149 BOPD dan 261,58 MMSCFD.
Migas itu juga diperoleh dari PT Pertamina EP Asset 3 Tambun Field dan Subang Field. Jatibarang Field yang mencakup Indramayu, Cirebon, dan Majalengka berkontribusi paling besar, yakni 7.120 BOPD untuk minyak dan gas 37,38 MMSCFD.
“Produksi minyak kami juga menunjukkan tren peningkatan,” ucapnya. Pada 2018, misalnya, produksi minyak di PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field hampir 12.000 BOPD. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sekitar 10 BOPD.