Pemerintah Kota Surabaya melalui dinas sosial terus mendata warga yang kurang mampu, termasuk pengidap penyakit kanker, tuberkulosis, dan HIV/AIDS serta penyandang disabilitas.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya melalui dinas sosial terus mendata warga yang kurang mampu, termasuk pengidap penyakit kanker, tuberkulosis, dan HIV/AIDS serta penyandang disabilitas. Hingga saat ini, peserta program Permakanan yang setiap hari rutin mendapatkan paket makan satu kali sehari sudah mencapai 33.250 orang.
Pengantaran paket makanan kepada peserta Permakanan dilakukan oleh pelaksana Permakanan dan petugas kirim. Jumlah petugas yang terlibat dalam program yang sudah berlangsung sejak 2012 sebanyak 935 orang, terdiri dari pelaksana Permakanan dan petugas kirim.
”Setiap hari petugas dari dinas sosial terus mencari warga dari berbagai kelompok masyarakat termasuk menderita tiga penyakit, terutama dari kalangan kurang mampu, untuk ikut program Permakanan. Intinya jangan sampai ada warga tidak makan dalam sehari,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Senin (4/11/2019).
Program Permakanan yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya sejak 2012, kata Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo, sebagai upaya menyejahterakan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
Program Permakanan menjadi salah satu intervensi Pemkot Surabaya dalam mengatasi PMKS, seperti orang lansia, anak yatim dan penyandang disabilitas, serta penderita tiga penyakit. Mereka setiap hari mendapat bantuan dari program Permakanan.
”Setiap hari ada petugas dari dinas sosial yang melakukan pencarian warga yang kurang mampu atau menderita tiga jenis penyakit, dicek tempat tinggal dan kondisinya, untuk diikutkan menjadi peserta Permakanan,” tutur Supomo.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Surabaya Eny Zuliati mengatakan, selain fokus pada pembangunan infrastruktur, kepedulian terhadap para PMKS juga menjadi prioritas utama Pemkot Surabaya.
Salah satunya adalah melalui program Permakanan. ”Jadi, selain membangun infrastruktur, kepedulian terhadap orang-orang PMKS juga menjadi prioritas utama pemerintah. Membangun manusia juga menjadi prioritas utama Ibu Risma,” katanya.
Untuk program Permakanan warga lansia, pada 2018 ada kenaikan angka daftar penerima manfaat bantuan tersebut. Pada 2017, jumlah penerima sebanyak 15.537, sedangkan pada 2018 jumlah warga lansia penerima program permakanan sebanyak 17.537 orang.
Bahkan, pada 2019 penerima menjadi 33.250 orang. Anggaran untuk program ini pada 2019 sebesar Rp 156,4 miliar. ”Dari jumlah tersebut, selain lansia usia 60 tahun ke atas, pra-lansia dengan usia 45 tahun ke atas juga mendapat program Permakanan,” ujarnya.
Namun, lanjut Eny, ada beberapa sebab yang menjadikan pra-lansia tersebut berhak mendapatkan bantuan program Permakanan. Salah satunya orang tersebut, dalam basis data Pemkot Surabaya, terindikasi sebagai warga miskin.
”Jika ada temuan baru, Dinsos Surabaya selanjutnya kembali melakukan penelitianmendalam ke lapangan, kemudian melihat daftar jumlah kuota penerima yang tersedia. Jika ada salah satu orang di daftar penerima manfaat meninggal, baru bisa digantikan dengan orang lain,” paparnya.
Supomo menambahkan, saat ini setiap DPM per harinya mendapat jatah makanan seharga Rp 11.000. Sementara dalam menyalurkan program Permakanan bagi warga lansia, Dinas Sosial Surabaya dibantu oleh petugas kirim sebanyak 524 orang.
”Jadi, program Permakanan yang berlaku di Surabaya tidak hanya menyejahterakan peserta, tetapi juga petugas yang terlibat, mulai dari yang mencari peserta, menyediakan makanan, hingga petugas kirim,” ujarnya.
Petugas pengirim makanan, setiap harinya, sebelum pukul 09.00 WIB, datang ke masing-masing rumah penerima manfaat untuk mengantarkan makanan itu.