Indonesia dinilai perlu meningkatkan pemasaran produk pariwisata untuk menarik wisatawan mancanegara. Apalagi, kondisi perekonomian dunia sedang tidak bagus.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dinilai perlu meningkatkan pemasaran produk pariwisata untuk menarik wisatawan mancanegara. Apalagi, kondisi perekonomian dunia yang sedang tidak bagus turut memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
”Setelah ada perang dagang, jumlah kunjungan wisatawan turun, seperti dari China,” kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B Sukamdani ketika dihubungi di Jakarta akhir pekan lalu.
Biaya tiket pesawat di dalam negeri yang cukup tinggi dinilai membuat orang cenderung enggan bepergian dari satu kota ke kota lain di Indonesia. Kondisi ini pun dinilai berdampak pula pada rata-rata lama tinggal wisatawan.
Peningkatan promosi dinilai menjadi salah satu upaya meningkatkan kunjungan wisatawan. ”Promosi di sini terutama terkait penjualan produknya, bukan branding-nya,” katanya.
Turis dengan kecenderungan lama tinggal lebih lama di Indonesia, menurut Hariyadi, biasanya berasal dari negara-negara jauh, seperti Eropa dan AS. Sementara itu, lama tinggal turis dari Asia relatif lebih pendek.
Berbeda dengan turis Eropa dan AS yang jauh-jauh hari sudah merencanakan berwisata, keputusan turis Asia untuk berwisata juga diambil lebih spontan atau dalam waktu pendek. Ketika minggu depan ada hari terjepit, misalnya, mereka dapat langsung memutuskan untuk berwisata.
”Tetapi, kalau kita mau mengejar volume, kunjungan turis dari Asia—termasuk ASEAN—juga masih prospektif untuk digarap serius,” kata Hariyadi.
Penggarapan serius potensi kunjungan wisatawan Asia dibutuhkan untuk mengisi kapasitas industri pariwisata dan sektor terkait di Indonesia. Indonesia pun harus lebih intensif menarik kunjungan wisatawan AS.
Upaya itu cukup menantang karena kecenderungan orang AS yang suka berwisata di destinasi dalam negeri mereka. ”Kunjungan turis Eropa juga perlu terus digarap karena memiliki potensi. Turis dari Rusia, misalnya, cenderung tinggal lebih lama kalau bepergian,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia di periode Januari-September 2019 mencapai 12,27 juta kunjungan.
”Kalau dibandingkan periode sama tahun lalu (11,96 juta kunjungan), kunjungan ini naik tipis 2,63 persen. Jadi kita punya tantangan menarik wisatawan dalam jumlah besar,,” kata Suhariyanto.
BPS mendata, selama Januari-September 2019 tercatat 4,72 juta kunjungan wisatawan dari ASEAN atau naik 17,54 persen dibanding periode sama 2018 yang 4,02 juta kunjungan. Selama sembilan bulan pertama 2019 tercatat 1,6 juta kunjungan wisatawan dari China atau turun 4,5 persen dibanding periode sama 2018.
Kunjungan wisatawan dari Eropa tercatat turun 0,11 persen, yakni dari 1,566 juta kunjungan pada Januari-September 2018 menjadi 1,565 juta kunjungan pada periode sama 2019.