BANGKOK, KOMPAS Para pemimpin ASEAN dan mitra mereka terus berupaya keras membuat situasi di kawasan tetap stabil dan damai. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Ke-22 ASEAN-China, Presiden Joko Widodo, Minggu (3/11/2019), di Bangkok, menyampaikan penilaiannya atas situasi Asia Tenggara yang masih lebih baik ketimbang kawasan lain. Kerja sama ASEAN-China diharapkan bisa menjadi lokomotif terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan kawasan.
Presiden juga mengajak para pemimpin negara ASEAN dan China memperkuat kemitraan yang telah terjalin. ”Pada Juni lalu ASEAN mengesahkan ’ASEAN Outlook on the Indo-Pacific’. Outlook ini mendorong semua negara di kawasan untuk mengedepankan kolaborasi serta menanggalkan rivalitas,” kata Presiden Jokowi.
Kerja sama kami dibangun di atas struktur yang stabil dan bergerak maju secara positif.
Lebih dari itu, melalui wawasan Indo-Pasifik, Indonesia mendorong perdamaian menyebar lebih luas, yakni ke kawasan Indo-Pasifik. Presiden menyoroti pentingnya kepercayaan strategis untuk menjaga stabilitas dan perdamaian, termasuk di Laut China Selatan. Ia juga menekankan pentingnya hukum internasional dihormati.
Laut China Selatan
Perdana Menteri China Li Keqiang berharap negosiasi mengenai kode tata perilaku atau CoC terkait Laut China Selatan bisa rampung dalam tiga tahun. Semua pemimpin negara ASEAN pun menyambut baik. Kendati demikian, diharapkan kode tata perilaku yang dihasilkan tetap substantif, efektif, dan dapat diterapkan.
”Mengingat kompleksitas dalam situasi internasional dan regional, kerja sama kami dibangun di atas struktur yang stabil dan bergerak maju secara positif,” kata Li. ”Hal ini bermanfaat bagi kawasan dan semua pihak yang terlibat.”
Menurut dia, China mendukung stabilitas kawasan. Dengan melakukan hal itu, China berarti mampu mengatasi ketidakstabilan di tempat lain.
Li menegaskan China menyambut baik kemajuan negosiasi CoC yang dapat mencegah konfrontasi bersenjata di Laut China Selatan, salah satu wilayah paling dipersengketakan di dunia. ”Kami siap bekerja sama dengan negara-negara ASEAN,” ujarnya. Manila yang terlibat sengketa wilayah dengan Beijing di Laut China Selatan mengapresiasi sikap tersebut. ”Hal itu mengakui fakta bahwa jika tak menyetujui kode etik, akan ada kekacauan di kawasan ini,” kata juru bicara Kepresidenan Filipina Salvador Panelo kepada wartawan di sela-sela KTT ASEAN.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Tavares menjelaskan, ketika semua pihak menahan diri, tak mengerahkan kekuatan militer, dan menyelesaikan CoC, kawasan Laut China Selatan lebih aman.
Indonesia, meskipun bukan negara pengklaim, mempunyai hak untuk melihat Laut China Selatan sebagai laut yang damai.
Pemerintah Indonesia pun mendorong supaya perundingan CoC merefleksikan apa yang ada di Indo-Pasifik. Sebab, tujuan CoC adalah mencegah insiden, mengelolanya apabila terjadi insiden, sehingga tidak ada eskalasi dan mudah direduksi. Selain itu, tujuan CoC membangun kepercayaan diri untuk menciptakan situasi penyelesaian sengketa yang damai.
Tiga hal tersebut, menurut Jose, diusulkan Pemerintah Indonesia supaya semua negara di kawasan bisa menahan diri dan kemudian menyelesaikan sengketa secara damai. Kerja sama lain, baik perdagangan maupun investasi, tetap berlangsung sembari menyelesaikan sengketa secara damai.
”Indonesia, meskipun bukan negara pengklaim, mempunyai hak untuk melihat Laut China Selatan sebagai laut yang damai. Kita sebagai negara di kawasan sangat berkepentingan dengan hal itu,” tutur Jose.
Blok ekonomi
Selain isu Laut China Selatan, satu isu yang menjadi perhatian bersama ASEAN adalah perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP yang dibahas dalam KTT ASEAN-India. Presiden Joko Widodo, menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, menyampaikan RCEP penting bagi ASEAN. Presiden RI meyakini pula RCEP penting bagi India.
Kendati negosiasi di antara enam belas negara diakui tak mudah, Presiden meyakinkan bahwa RCEP akan menguntungkan bagi rakyat semua negara di blok ekonomi ini. Presiden Jokowi secara tegas mengharapkan India tetap bersama semua negara RCEP.
Blok ekonomi RCEP dibahas bersama oleh sepuluh negara ASEAN ditambah China, India, Selandia Baru, Australia, Jepang, dan Korea Selatan. Jika disepakati, blok ini akan menjadi blok ekonomi terbesar dibandingkan Uni Eropa dan Kemitraan Trans-Pasifik. Produk domestik bruto RCEP diperkirakan mencatat 27 triliun dollar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan EU yang sebesar 18 triliun dollar AS, atau TPP sebesar 11 triliun dollar AS.
Kendati demikian, menurut Retno, India belum menyampaikan jawaban konklusif. PM India Narendra Modi berusaha memberi tawaran. ”Kita lihat besok (Senin ini) akan seperti apa. Situasinya cukup berat dan belum konklusif, tetapi harapan masih ada,” ujar Retno. (AP/AFP/REUTERS/JOS)