Pencarian terhadap dua pendaki yang hilang 12 hari lalu akhirnya berbuah hasil. Dua jenazah ditemukan di bibir kawah Gunung Dempo, Minggu (3/11/2019). Pencarian mengalami kendala karena kondisi medan yang sangat curam.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PAGAR ALAM, KOMPAS — Pencarian terhadap dua pendaki yang hilang 12 hari lalu akhirnya berbuah hasil. Dua jenazah ditemukan di bibir kawah Gunung Dempo, Minggu (3/11/2019). Pencarian mengalami kendala karena kondisi medan yang sangat curam. Kalung dan tongkat pendaki menjadi penanda ditemukannya kedua korban ini.
Setelah 12 hari pencarian, dua jenazah yang diduga sebagai M Fikri Sahdila (17) dan Jumadi (26), warga Muaro Bungo, Provinsi Jambi, ditemukan di bibir kawah Gunung Dempo, Sumatera Selatan, Minggu (3/11/2019). Keduanya ditemukan dalam posisi berdekatan, yakni terpaut hanya 10 meter satu dengan yang lain.
Ada 100 personel tim evakuasi dan 40 personel tim pencari yang dikerahkan untuk menemukan kedua korban. Proses pencarian dilakukan oleh sukarelawan dari Wanadri serta sejumlah organisasi pencinta alam di Sumatera Selatan dan Jambi. Adapun proses evakuasi dilakukan Tim SAR dari Basarnas Pagar Alam dan TNI-Polri.
Koordinator tim pencarian dari organisasi Wanadri, Arie Afandi atau yang kerap dipanggil Otek Cemehe, menerangkan, penemuan ini merupakan hasil penelusuran dari tim sukarelawan setelah operasi Tim SAR gabungan ditutup pada Jumat (1/11/2019). ”Tim sukarelawan diberi tambahan waktu empat hari setelah operasi ditutup. Pada hari yang kedua akhirnya kedua korban ditemukan meninggal dunia di bibir kawah Gunung Dempo,” katanya.
Tim sukarelawan diberi tambahan waktu empat hari setelah operasi ditutup. Pada hari yang kedua akhirnya kedua korban ditemukan meninggal dunia di bibir kawah Gunung Dempo.
Arie mengatakan, sejak awal, penelusuran difokuskan di kawasan puncak Gunung Dempo pada ketinggian 3.159 meter dari permukaan laut. Di bagian timur kawah gunung tim menemukan tanda bekas tergelincir. Diduga, korban jatuh ke dalam pelataran kawah. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya kalung gading dan tongkat pendaki yang diduga digunakan korban saat mendaki Gunung Dempo.
Sebenarnya, lokasi penemuan korban juga sudah dideteksi sehari sebelumnya. Saat itu pakaian korban ditemukan di kawasan pelataran. Namun, karena kondisi cuaca buruk yang terus menerpa, tim belum melakukan penelusuran lebih jauh. ”Saat operasi pencarian selama 10 hari, tim harus menghadapi hambatan cuaca seperti hujan, badai, hujan es, hingga kabut tebal,” katanya.
Akhirnya, pada Sabtu (2/11) siang, saat cuaca agak terang, korban pun ditemukan. Saat itu, tim melalui teleskop melihat ada sesosok mayat mengenakan baju biru. Segera, setelah itu, upaya evakuasi pun dilakukan. ”Proses evakuasi sangat sulit karena kondisi medan yang cukup ekstrem,” katanya.
Ketinggian antara puncak ke kawah Gunung Dempo mencapai 350 meter, sementara tali yang dibawa tim saat itu hanya 300 meter. Akhirnya tali pun disambung agar personel dapat turun di tempat jenazah.
Dalam proses evakuasi, kantong jenazah juga sempat robek karena bebatuan yang tajam sehingga tim harus mengganti dengan kantong jenazah yang lain. ”Kami berupaya agar kedua jenazah dapat segera dievakuasi,” kata Arie. Korban ditemukan masih tergolong utuh, tetapi tangan dan kaki kedua korban patah.
Kepala Pos SAR Pagar Alam Alparis menuturkan, saat ini tim dan peralatan sudah dibawa ke puncak gunung untuk memudahkan proses evakuasi yang memiliki medan sangat ekstrem. ”Beruntung alat yang kami punya cukup memadai untuk melakukan proses evakuasi secara vertikal,” ungkapnya.
Terkait identitas korban, ucap Alparis, pihaknya masih menunggu proses evakuasi selesai. Selanjutnya, jenazah akan dibawa ke rumah sakit dan diperlihatkan kepada keluarganya. ”Pihak keluarga pasti mengenali ciri-ciri korban. Dari keterangan keluarga baru dapat dipastikan apakah itu adalah korban hilang yang kita cari selama ini,” kata Alparis.