Susanti Agustina S dan Dedy Afrianto, Litbang Kompas)
·3 menit baca
Perpaduan antara kualitas SDM dan kemajuan teknologi menjadi jembatan untuk membenahi kondisi internal dan eksternal Polri. Itulah penekanan janji Kapolri baru, Jenderal (Pol) Idham Azis, saat pidato pelantikan di Istana Negara, kemarin.
Dalam paparannya pada sidang Komisi III DPR RI, 30 Oktober 2019, Idham Azis mengangkat tema ”Penguatan Polri yang Profesional, Modern, Terpercaya (Promoter) Menuju Indonesia Maju”. Tagline Promoter ini juga telah digaungkan oleh Kapolri sebelumnya, Jenderal (Pol) Tito Karnavian, dalam membangun institusi Polri yang semakin berkualitas dan berdedikasi.
Melalui program Promoter itu, paradigma Polri diubah dari yang semula sebagai penjaga, alat kekuasaan negara, berubah menjadi pelayan masyarakat. Dengan demikian, Polri mengabdi dan melindungi masyarakat.
Program Promoter difokuskan pada peningkatan kinerja, perbaikan kelembagaan dan pengawasan, serta manajemen media. Sejauh ini, program Promoter dinilai mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap kepolisian.
Meski menegaskan paradigma pelayan publik, Kapolri juga menegaskan posisinya sebagai pelaksana visi misi presiden sebagai kepala negara. Berbagai tugas disebutkan Kapolri, yakni mengamankan pelaksanaan pembangunan nasional, menuntaskan kasus menonjol yang menjadi perhatian publik, reaksi masyarakat atas respons beberapa rancangan undang-undang (RUU), menjaga soliditas internal dan sinergi Polri, serta program-program Kapolri sebelumnya.
Idham juga menyatakan akan mengantisipasi dampak konflik di Timur Tengah, perang dagang Amerika Serikat dan China, juga kejahatan transnasional. Sebagaimana diketahui, berbagai kejahatan di dalam negeri bisa muncul sebagai dampak dinamika sosial politik di luar negeri. Sebagai contoh, radikalisme dan terorisme kini terus mengintai masyarakat. Dinyatakan pula tentang aksi unjuk rasa yang diperkirakan masih akan muncul terkait berbagai kebijakan pemerintah.
Pendekatan humanis
Salah satu keunggulan Polri yang dikembangkan sejak era Tito Karnavian adalah pendekatan humanis dan modern dalam menegakkan hukum. Pendekatan ini disebutkan Idham akan diteruskan, bahkan dengan disertai penerapan teknologi. Model pendekatan ini dikaitkan dengan bidang kualitas sumber daya manusia, keamanan dan ketertiban masyarakat, serta penegakan hukum.
Pada sisi internal, pendekatan humanis dilakukan dalam rangka peningkatan kompetensi para penyidik kepolisian. Mereka akan difasilitasi melanjutkan pendidikan pada universitas terakreditasi.
Gaya humanis juga dinyatakan Idham pada program ketertiban lalu lintas. Kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan dilakukan agar pelajaran tentang lalu lintas masuk ke kurikulum pendidikan dasar.
Pengembangan sumber daya manusia juga akan dilakukan dengan pendekatan berbasis teknologi. Dari sisi internal kepolisian, penggunaan teknologi yang dapat diakses publik akan dilakukan mulai dari proses seleksi calon anggota kepolisian.
Manajemen penyidikan berbasis elektronik menjadi program prioritas yang akan diwujudkan, salah satunya dengan cara modernisasi teknologi peralatan pendukung manajemen penyidikan. Pemanfaatan teknologi untuk kegiatan intelijen juga tak luput menjadi program prioritas.
Pada sisi eksternal, pemanfaatan perkembangan teknologi akan dilakukan pada sisi pengawasan dan penindakan. Sistem pengaduan berbasis digital akan dikembangkan secara terintegrasi agar
masyarakat dapat mengawasi secara langsung kinerja kepolisian.
Modernisasi yang diusung oleh Idham merupakan kelanjutan dari program serupa yang juga dicanangkan Tito pada 2016. Saat itu, program berbasis teknologi dikembangkan agar layanan publik dapat diakses dengan cepat dan bebas calo.
Saat ini, sebanyak 66,8 persen responden Survei Kepemimpinan Nasional Kompas (Oktober 2019) menilai citra Polri baik. Tingkat apresiasi ini terhitung tinggi untuk Polri. Kita akan menunggu berbagai upaya dari Kapolri yang baru, agar program penegakan hukum semakin berkualitas sekaligus apresiasi publik akan makin kukuh.