Perusahaan Batubara Kembangkan Jasa Teknologi Informasi
PT Indika Energy Tbk kian gencar mengembangkan lini bisnis nonbatubara untuk mengantisipasi tergerusnya penerimaan perusahaan dari penjualan batubara. Lini bisnis tersebut merambah sektor jasa teknologi informasi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Indika Energy Tbk kian gencar mengembangkan lini bisnis nonbatubara untuk mengantisipasi tergerusnya penerimaan perusahaan dari penjualan batubara. Lini bisnis tersebut merambah sektor jasa teknologi informasi. Anjloknya harga batubara jelang akhir tahun ini menyebabkan perusahaan merugi Rp 120,4 miliar hingga triwulan III-2019.
Laba kotor Indika Energy sampai triwulan III-2019 tercatat 327,9 juta dollar AS atau merosot 40,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun hingga triwulan III-2018, laba kotor Indika Energy tercatat sebesar 551,9 juta dollar AS. Penyebab utama penurunan itu adalah harga rata-rata batubara yang turun dari 54 dollar AS per ton menjadi 45,7 dollar AS per ton.
”Harga batubara yang rendah memang telah memukul kinerja keuangan perusahaan. Kami akan berfokus pada usaha di bidang yang terkait dengan kompetensi dan portofolio bisnis kami,” ucap CEO Indika Energy Azis Armand, Kamis (31/10/2019), di Jakarta.
Diversifikasi usaha yang dikembangkan Indika, lanjut Azis, antara lain menambah kepemilikan saham pada Nusantara Resources Ltd dari 1,12 persen menjadi 21,02 persen. Nusantara Resources Ltd adalah induk usaha dari PT Masmindo Dwi Area yang memegang hak konsesi tambang emas di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Selain itu, perusahaan juga mengembangkan dua unit usaha di bidang teknologi, yaitu PT Xapiens Teknologi Indonesia dan PT Zebra Cross Teknologi.
Menurut Chief Investment Officer Indika Energy Purbaja Pantja, Xapiens Teknologi Indonesia yang didirikan pada 2018 adalah penyedia layanan teknologi informasi dan komunikasi. Adapun Zebra Cross Teknologi berfokus pada otomasi dan analisis data. Untuk sementara, jasa teknologi kedua perusahaan tersebut diterapkan di internal Indika.
”Zebra Cross Teknologi membantu perusahaan dalam bertransformasi ke dunia digital. Tujuannya adalah agar operasi perusahaan menjadi lebih efisien,” kata Purbaja.
Harga rendah
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, harga batubara acuan untuk Oktober 2019 adalah 64,8 dollar AS per ton atau turun dari September 2019 yang sebesar 65,79 dollar AS per ton. Harga saat ini terbilang merosot drastis dibandingkan dengan periode Januari 2019 yang sebesar 92,41 dollar AS per ton.
Ketua Indonesian Mining Institute Irwandy Arif mengatakan, harga rata-rata batubara tahun ini memang lebih rendah dibandingkan dengan harga rata-rata batubara pada 2018. Ia memperkirakan harga batubara akan tetap di kisaran 60 dollar AS per ton hingga 80 dollar AS per ton. Naik turunnya harga batubara akan selalu terjadi.
”Ada harapan harga batubara di triwulan IV-2019 akan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III-2019. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan India mengimpor batubara lebih banyak akibat musibah banjir beberapa waktu lalu,” tutur Irwandy.
Di sisi lain, lanjut Irwandy, ada kemungkinan permintaan batubara dari China dan Korea Selatan berkurang. Hal itu disebabkan mulai beroperasinya jalur rel kereta api terpanjang di dunia untuk pengangkutan batubara di China. Adapun Korea Selatan berencana mengganti batubara dengan gas alam cair pada musim dingin mendatang.