Bandung Direndam Banjir Perdana Setelah Kemarau Panjang
Puluhan rumah di Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, terendam banjir akibat luapan Sungai Citepus, Jumat (1/11/2019) sore. Ratusan warga terjebak di dalam rumah selama 1,5 jam.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Puluhan rumah di Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, terendam banjir akibat luapan Sungai Citepus, Jumat (1/11/2019) sore. Ratusan warga terjebak di dalam rumah selama 1,5 jam. Banjir ini adalah kejadian pertama setelah kemarau panjang.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Namun, warga mengalami kerugian materi karena barang-barang rusak terendam banjir luapan anak Sungai Citarum.
Nenih (32), warga RW 007, Kelurahan Cibadak, mengatakan, hujan mengguyur kawasan itu sekitar pukul 15.00. Namun, satu jam sebelumnya, permukaan air Sungai Citepus di belakang rumahnya sudah naik akibat air dari hulu.
Menyadari banjir akan segera datang, Nenih bergegas mengangkat barang-barang ke lantai dua rumah. Namun, lima menit berselang, banjir sudah masuk ke rumahnya.
Hanya beberapa barang, seperti piring, sepatu, dan tabung gas yang diselamatkan. Kaca lemarinya pecah. Barang dagangannya, seperti kopi dan rokok, rusak terendam banjir.
”Banjirnya cepat naik. Tidak banyak waktu untuk menyelamatkan barang-barang. Saya langsung bawa anak-anak ke lantai dua,” ujarnya.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Namun, warga mengalami kerugian materi karena barang-barang rusak terendam banjir.
Nenih bersama tiga anak dan seorang keponakannya bertahan di lantai dua rumah selama 1,5 jam hingga banjir berangsur surut. Mereka tidak berani keluar rumah menerobos banjir setinggi 1,5 meter.
Menurut Nenih, saat banjir mulai masuk permukiman, warga sedang sibuk menyelamatkan barang-barang. Karena air banjir cepat meninggi, mayoritas warga tidak sempat keluar permukiman itu sehingga terjebak di dalam rumah.
Banjir juga merendam rumah Ajat Sudrajat (35), warga Cibadak lainnya. Saat banjir melanda, dia sedang berada di Pasar Cibadak. Sementara dua anaknya dan ibu mertuanya berada di rumah.
”Waktu saya pulang, barang-barang di rumah berantakan. Anak-anak dan ibu mertua bertahan di lantai dua. Mereka takut turun karena ketinggian banjir lebih dari 1 meter,” ujarnya.
Akibat banjir itu, kaca pintu rumahnya jebol. Kulkas, lemari, dan kursi di rumahnya juga rusak terendam banjir.
RW 007, Kelurahan Cibadak, merupakan kawasan rentan banjir setiap musim hujan. Namun, menurut Ajat, banjir semakin parah setelah terowongan air di Jalan Pagarsih berfungsi tahun lalu.
Ajat mengatakan, akibat terowongan itu, dampak banjir di Jalan Pagarsih memang berkurang. Namun, banjir di permukiman warga yang berada di pinggir Sungai Citepus justru meningkat. Penyebabnya, terowongan air itu membawa debit air lebih besar menuju Sungai Citepus daripada sebelumnya.
”Sebelumnya, banjir di sini sekitar 1 meter. Namun, sejak tahun lalu, banjir jadi 1,5 meter, bahkan pernah lebih dari 2 meter,” ujarnya.
Sebelumnya, banjir di sini sekitar 1 meter. Namun, sejak tahun lalu, banjir jadi 1,5 meter, bahkan pernah lebih dari 2 meter.
Menurut Ajat, banjir kali ini merupakan yang pertama setelah kemarau panjang. Hal itu membuat warga lebih waspada karena banjir susulan masih mengancam seiring datangnya musim hujan.
Banjir juga menggenangi sejumlah jalan di Kota Bandung. Banjir hingga setinggi 0,5 meter membuat lalu lintas di Jalan Djunjunan, Jalan Supratman, dan Jalan Surapati tersendat.
Banjir menutup lajur kiri di Jalan Djunjunan sepanjang 200 meter. Akibatnya, kendaraan menumpuk di lajur kanan. Kendaraan hanya dapat melaju dengan kecepatan 10 kilometer per jam di lokasi itu.
Banjir di Jalan Djunjunan disebabkan luapan saluran air yang bermuara ke Sungai Citepus. Banjir juga membawa sampah plastik, potongan kayu, kerikil, dan lumpur.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung Dadang Iriana menyatakan, selain di Jalan Djunjunan dan Astanaanyar, hujan lebat juga menyebabkan banjir di Kelurahan Pasirluyu, Kecamatan Buah Batu. ”Banjirnya hanya lewat, tidak sampai tergenang berjam-jam. Namun, warga tetap terkena dampak,” ujarnya.
Dadang menilai, banjir disebabkan saluran air tersumbat tumpukan sampah dari masyarakat. Oleh karena itu, dia mengimbau warga membersihkan saluran air dan meningkatkan kewaspadaan saat musim hujan.