Surabaya, yang ingin menjadikan Gelora Bung Tomo sebagai arena pembukaan atau penutupan Piala Dunia U-20 2021, khawatir insiden perusakan stadion itu memengaruhi penilaian FIFA akan kesiapan Surabaya jadi tuan rumah.
Oleh
Iqbal Basyari
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Perilaku suporter Persebaya yang merusak fasilitas di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, mengganggu persiapan Surabaya sebagai salah satu tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Target Surabaya menjadi arena utama di antara 10 stadion lain dikhawatirkan gagal.
Suporter Persebaya yang dikenal dengan Bonek merusak dan membakar sejumlah fasilitas di Stadion Gelora Bung Tomo, Selasa (29/10/2019) malam. Insiden itu terjadi usai Persebaya Surabaya kalah dari PSS Sleman, 2-3, dalam laga lanjutan kompetisi Shopee Liga 1.
Hasil pantauan Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya, fasilitas yang rusak antara lain rumput stadion, lintasan atletik, bangku cadangan, bangku komisioner pertandingan, serta kaca jendela. Untuk sementara, stadion tidak bisa digunakan karena harus diperbaiki.
”Tenggat waktu melengkapi fasilitas di Stadion Gelora Bung Tomo sesuai standar FIFA sudah mepet, hanya enam bulan sebelum masa evaluasi. Saya tidak ingin Surabaya dinilai tidak siap menjadi tuan rumah,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Rabu (30/10), di Surabaya.
Risma menuturkan, perbaikan fasilitas yang rusak diperkirakan rampung kurang dari satu bulan. Seluruh biaya perbaikan dibebankan kepada panitia pelaksana selaku penyewa stadion sesuai klausul perjanjian penyewaan Stadion Gelora Bung Tomo.
Perbaikan fasilitas yang rusak akibat ulah suporter ini menambah pekerjaan Pemkot Surabaya yang berupaya melengkapi fasilitas sesuai standar FIFA. Fasilitas yang akan diperbaiki antara lain bangku penonton, rumput, papan skor digital, lampu stadion, serta pemasangan jaringan fiber optik. Anggaran yang disiapkan mencapai lebih dari Rp 45 miliar.
Sementara itu, di luar stadion, Pemkot Surabaya akan menambah satu akses dari Jalan Luar Lingkar Barat (JLLB). Penonton yang datang melalui jalan tol bisa keluar melalui JLLB dan langsung tiba di stadion. Penambahan akses ini untuk memudahkan transportasi menuju stadion agar tidak terjadi kemacetan ketika keberangkatan dan kepulangan penonton.
”Pembenahan ditargetkan tuntas dalam enam bulan atau sebelum evaluasi FIFA ke stadion yang akan digunakan untuk menggelar laga,” ucapnya.
Perusakan fasilitas stadion yang dilakukan suporter dikhawatirkan Risma memengaruhi penilaian FIFA terhadap kesiapan Surabaya menggelar laga Piala Dunia U-20 2021. Padahal, Surabaya bertekad menjadi arena utama agar bisa menjadi tempat pembukaan atau penutupan ajang sepak bola dua tahunan tersebut.
”Jangan sampai terjadi lagi perusakan fasilitas stadion menjelang Piala Dunia U-20 2021 karena butuh waktu dan anggaran perbaikan. Warga Surabaya harus bisa membuktikan bisa menjadi tuan rumah yang baik,” tutur Risma.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Ajun Komisaris Besar Sudamiran mengatakan, pihaknya masih menyidik kasus ini untuk mengetahui pelaku perusakan. Sampai saat ini, polisi belum menetapkan tersangka.
Manajemen Persebaya melalui media officer, Nanang Prianto, menyatakan, pihaknya siap menerima sanksi yang akan dijatuhkan Komisi Disiplin PSSI. Namun, dia berharap sanksi tidak berupa laga usiran maupun laga tanpa penonton karena Persebaya membutuhkan dukungan Bonek.