Pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, diyakini berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Aliran investasi langsung dan portofolio akan masuk ke negara-negara berkembang.
Oleh
DIMAS WARADITYA/ KARINA ISNA IRAWAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, diyakini berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Aliran investasi langsung dan portofolio akan masuk ke negara-negara berkembang.
The Fed memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,50-1,75 persen pada Kamis (30/10/2019) waktu setempat. Pemangkasan ini menjadi yang ketiga kalinya dilakukan The Fed sepanjang 2019.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, keputusan The Fed kembali memangkas suku bunga akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Jika langkah The Fed diikuti bank sentral negara lain, momentum masuknya aliran investasi ke negara berkembang akan terjadi.
Di sisi lain, lanjut Sri Mulyani, kebijakan penurunan suku bunga The Fed juga memberi ruang bagi negara-negara berkembang untuk konsolidasi kebijakan moneter. Sebab, dalam beberapa waktu terakhir pengetatan kebijakan suku bunga AS berdampak pada melambatnya perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
”Penurunan suku bunga The Fed memberikan ruang bagi semua negara, termasuk Indonesia, untuk bisa menggunakan momentum ini dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Menurut Sri Mulyani, dampak positif kebijakan The Fed akan semakin terasa untuk sektor investasi dengan catatan China dan AS sepakat mengakhiri perang dagang. Eskalasi perang dagang AS-China diyakini sebagai faktor utama yang memengaruhi ekspektasi dunia usaha.
”Kita berharap tentu momentum perbaikan ekonomi akan muncul pada 2019 akhir dan akan terus dijaga pada 2020,” ujarnya.
Alasan pemangkasan suku bunga The Fed tidak berubah. Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell, dalam konferensi pers, mengatakan, kebijakan The Fed saat ini diarahkan untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, memperkuat penciptaan lapangan kerja, dan mendorong inflasi sesuai target 2 persen.
”Kami meyakini kebijakan moneter saat ini sudah sesuai untuk mencapai target-target tersebut,” kata Powel.
Powell menilai, perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini di luar perkiraan The Fed. Karena itu, kebijakan moneter yang akomodatif diperlukan untuk meningkatkan daya tarik dan ekspansi pasar keuangan. The Fed juga membuka ruang pelonggaran kebijakan moneter dalam jangka panjang.