Transparansi dan Edukasi Dapat Meningkatkan Literasi Masyarakat
Dalam waktu dekat otoritas akan mengeluarkan ketentuan untuk memberikan standardisasi informasi produk jasa keuangan. Industri keuangan harus memenuhi standar tersebut ketika hendak menjual produk atau jasa mereka.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Otoritas tengah mematangkan aturan baru untuk mendorong industri keuangan lebih bertanggung jawab dan transparan dalam menjual produk mereka. Hal ini diperlukan mengingat kebanyakan masyarakat terindikasi menggunakan produk keuangan tanpa benar-benar memahami fungsi dan risikonya.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016 menunjukkan, indeks literasi keuangan 29,66 persen, naik dari 21,84 persen tahun 2013. Adapun indeks inklusi keuangan pada 2016 sebesar 67,82 persen, meningkat dari 59,74 persen tahun 2013.
Hasil survei tersebut menunjukkan ada selisih antara tingkat inklusi dan literasi tahun 2016, yakni 38,16 persen. Artinya, 38,16 persen penduduk Indonesia usia dewasa yang sudah terakses produk industri jasa keuangan, tetapi belum memahami produk atau jasa yang mereka gunakan.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi OJK Sondang Samosir, di Jakarta, Rabu (30/10/2019), mengatakan, dalam waktu dekat otoritas akan mengeluarkan ketentuan untuk memberikan standardisasi informasi produk jasa keuangan. Industri keuangan harus memenuhi standar tersebut ketika hendak menjual produk atau jasa mereka kepada calon konsumen.
”Industri wajib untuk transparan dalam menjual produk dan jasa keuangan. Bahkan, konsumen harus tahu risiko dari produk yang dibeli. Dengan begitu, literasi keuangan masyarakat akan ikut terangkat,” ujar Sondang seusai membuka acara bertajuk Tidak Ada yang Tidak Bisa (#TAYTB) Festival yang digelar OCBC NISP di Jakarta, Rabu.
Kebijakan mandatori berupa ringkasan informasi produk keuangan tersebut diharapkan bisa mempersempit selisih indeks inklusi dan literasi keuangan. OJK punya ekspektasi saat indeks inklusi keuangan ada di level 90 persen, maka indeks literasi keuangan akan berada di level 80 persen.
Adapun untuk tahun 2019, OJK menargetkan indeks inklusi keuangan ada di posisi 75 persen, sementara indeks literasi keuangan berada di posisi 35 persen.
Walau optimistis target tersebut tercapai, Sondang menilai, kualitas inkluasi keuangan tidak bisa lepas dari sejauh mana masyarakat dapat memahami produk maupun layanan keuangan. Hal ini akan membuat masyarakat mampu memanfaatkan produk keuangan dalam rangka memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan diri.
”Ceruk inklusi keuangan membuka mata industri dan otoritas untuk tidak hanya merancang solusi percepatan literasi, tetapi juga kualitas konten literasi,” ujarnya.
Direktur Bank OCBC NISP Mirah Wiryoatmodjo menuturkan, #TAYTB Festival merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan untuk melakukan edukasi keuangan kepada masyarakat, terutama generasi milenial. Festival ini berlangsung 30 Oktober hingga 3 November di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta.
Strategi investasi
Festival ini juga dimanfaatkan OCBC NISP untuk mengenalkan layanan berbasis digital untuk nasabah yang ingin mengembangkan dana dan mengelola keuangan, baik untuk kebutuhan bisnis maupun personal, bernama ”Nyala”. Layanan ini penting mengingat survei yang dilakukan Luno dengan Dalia Research menunjukkan sekitar 69 persen generasi milenial Indonesia tidak memiliki strategi investasi.
Selain memperkenalkan produk internal mereka, OCBC NISP juga menggandeng belasan mitra penyedia layanan produk investasi, asuransi, hingga pengelola aset kekayaan (wealth management) untuk membuka stan dalam festival ini. Mitra-mitra tersebut di antaranya Aberdeen Standard Investment, Prudential, dan BNP Paribas Asset Management.
”Sepanjang festival ini berlangsung, pengunjung bisa memperoleh informasi seluas-luasnya mengenai solusi dan layanan dari Bank OCBC NISP. Berbagai penawaran menarik tersedia bagi pengunjung yang membuka produk dan layanan Bank OCBC NISP selama pergelaran ini berlangsung,” ujarnya.
Mirah memastikan bahwa perusahaan tidak menargetkan jumlah nasabah baru yang berpotensi bertambah dari acara #TAYTB Festival. Meski begitu, dia menargetkan kedatangan 8.000 pengunjung sepanjang acara ini berlangsung.