Peluang pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengembangkan usahanya terbuka lebar melalui pameran Indocraft 2019.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peluang pelaku usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usahanya terbuka lebar melalui pameran Indocraft 2019. Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang untuk mengenalkan kain Nusantara di sejumlah daerah.
Pameran Indocraft rutin diadakan setiap tahun sejak 2004 oleh PT Debindomulti Adhiswati. Sejak awal diselenggarakan, pameran ini bertujuan memberi peluang bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengembangkan usahanya. Hal ini dilakukan karena karya kerajinan belum banyak diminati publik saat itu.
”Barang-barang kerajinan Nusantara saya lihat semakin banyak peminatnya sekitar 10 tahun terakhir, misalnya batik. Ini tidak lepas dari penyelenggaraan pameran dan sarana-sarana lain untuk mempromosikan barang kerajinan,” kata Ketua Pelaksana Indocraft 2019 Rizal Adiputra di Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Tema yang diangkat untuk pameran tahun ini adalah ”Batik All the Way”. Tema ini merupakan representasi semangat bangsa untuk menggunakan dan melestarikan batik sebagai budaya bangsa. Pemanfaatan batik tampak pada sejumlah produk ekonomi kreatif, seperti kain, pakaian jadi, tas, dan aksesori.
Ada 161 UKM yang tercatat sebagai peserta pameran tahun ini. Sementara pada tahun lalu ada 156 peserta dengan nilai transaksi sebesar Rp 3,3 miliar. Nilai transaksi yang ditargetkan selama lima hari pameran pada 30 Oktober-3 November 2019 itu adalah Rp 3,5 miliar.
”Saya harap, semua senang dengan adanya pameran ini. Sebagai pelaksana, kami akan turut senang apabila karya para peserta pameran punya banyak peminat dan nilai transaksinya tinggi,” kata Rizal.
Peragaan busana
Selain mewadahi ratusan UKM, pihak penyelenggara juga mengadakan peragaan busana untuk sejumlah desainer dan pelaku UKM.
Hari ini ada sembilan peserta yang menampilkan karyanya, salah satunya Rajib Nashrudin, pelaku UKM tenun sutra dan batik tulis asal Garut, Jawa Barat. Ia menampilkan lima kain dan selendang batik sulam tenun. Kain itu disulam pada 4.000 bentangan kain sutra sambil ditenun.
”Hasil kain ini lebih bertekstur dibandingkan kain pada umumnya. Ada juga pola yang terbentuk dari proses sulam. Batik kemudian ditulis mengikuti pola yang terbentuk pada kain sulam tenun,” tutur Rajib.
Ia mengatakan, wilayah penghasil kain sulam tenun sejauh ini hanya Garut. Sementara itu, penghasil batik sulam tenun mencakup antara lain Garut, Cirebon, dan Pekalongan.
Batik sulam tenun ia pasarkan secara terbatas sejak tiga bulan silam kepada komunitas-komunitas pencinta batik. Pemasaran masih terbatas karena belum bisa diproduksi secara massal. Dalam sebulan, ada 30 batik sulam tenun yang bisa diproduksi dengan bantuan 30 pembatik.
”Saya harap setiap wilayah di Indonesia punya batik sulam tenun dengan motif khasnya masing-masing. Batik ini sebelumnya dipromosikan ke Moskwa, Rusia, beberapa bulan silam. Selanjutnya batik ini akan dipromosikan ke Singapura,” ucap Rajib.
Adapun batik dari Pesisir Selatan, Sumatera Barat, juga ditampilkan dalam peragaan busana. Batik yang ditampilkan merupakan karya dari tiga kecamatan, yakni Lumpo, Bayang Utara, dan Mande Rapiah. Ketiganya membuat batik dengan motif yang terinspirasi dari daerah asalnya.
”Salah satu contoh adalah batik motif Gunung Gunjantino, yakni dua gunung di sana yang seperti gunung jantan dan betina. Sumatera Barat sebenarnya menyimpan kekayaan batik sejak ratusan tahun silam, tapi hanya dipakai untuk kepentingan adat. Kami mau angkat batik minang karena melihat potensi pasar terhadap batik,” tutur Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Pesisir Selatan Lisda Hendrajoni.
Ia menjelaskan, batik tersebut dikerjakan dengan proses pewarnaan alami. Beberapa bahan yang digunakan antara lain kulit jengkol dan gambir. Ada pula batik yang diwarnai dengan cara direndam dengan tanah liat selama berbulan-bulan.
”Kami sedang mempersiapkan diri sebagai sentra batik di Sumatera Barat. Oleh sebab itu, 15 kecamatan di Pesisir Selatan mengadakan pelatihan membatik. Sejauh ini ada sekitar 400 orang yang kami bina,” katanya.