Facebook Gugat Perusahaan Pembuat Program Mata-mata Israel
Facebook menggugat perusahaan pembuat program mata-mata asal Israel, NSO group, yang membuat perangkat lunak Pegasus. Pegasus juga dilaporkan dibeli Indonesia, tetapi tidak diketahui lembaga mana yang membelinya.
Oleh
Kris Mada
·2 menit baca
SAN FRANCISCO, RABU — Facebook menggugat perusahaan pembuat program mata-mata asal Israel, NSO group. Perusahaan itu dituding, antara lain, membantu Arab Saudi mematai-matai mendiang Jamal Khashoggi. Produk NSO juga dilaporkan dibeli Indonesia.
Gugatan didaftarkan ke pengadilan federal Amerika Serikat di San Francisco, Selasa (29/10/2019) siang waktu setempat atau Rabu dini hari WIB. NSO dituding melanggar sejumlah peraturan di AS, termasuk UU Anti Penyalahgunaan dan Pemalsuan Komputer. NSO disebut mengeksploitasi celah keamanan Whatsapp, aplikasi komunikasi yang dimiliki Facebook. ”Mereka menyasar setidaknya 100 pembela hak asasi manusia, jurnalis, dan pihak lain di berbagai negara,” kata pimpinan Whatsapp, Will Cathart.
Facebook menemukan bukti penggunaan program buatan NSO itu pada Mei 2019. NSO memanfaatkan celah keamanan Whatsapp untuk menanamkan perangkat mata-mata ke ponsel sasaran. Program itu ditanamkan lewat panggilan video. Sekalipun pengguna ponsel tidak menjawab panggilan tersebut, program itu tetap bisa disusupkan.
Pengumpulan bukti pelanggaran NSO melibatkan Citizen Lab, lembaga kajian internet di Universitas Toronto, Kanada. Dalam penelitian Citizen Lab, sedikitnya 1.400 orang terindikasi disasar sebagai penyalahgunaan program buatan NSO.
Program itu disebut Pegasus dan dibeli banyak pemerintahan berbagai negara. Arab Saudi diduga termasuk yang membeli program itu dan memakainya untuk memata-matai Jamal Khashoggi. Pada 2018, Omar Abdulazziz, teman Khashoggi yang tinggal di Kanada, melaporkan dugaan ponselnya disusupi Pegasus.
”Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Ini lompatan penting dalam hak asasi dan kerahasiaan ranah pribadi di jagad digital,” kata peneliti senior Citizen Lab, John Scott-Railton
Ia menyebut, tim menemukan fakta mengerikan selama menyelidiki Pegasus. ”Tidak ada yang bisa dilakukan (untuk mencegah penyusupan),” ujarnya.
Dalam pernyataan resminya, NSO membantah semua tuduhan Facebook. Perusahaan Israel itu berkeras produk mereka hanya dipakai pemerintah dan penegak hukum untuk melawan teror. ”Dalam pernyataan sekeras mungkin, kami menolak tuduhan ini dan akan melawan,” demikian pernyaan resmi NSO.
Banyak negara
Citizen Lab menemukan Pegasus dipakai di sedikitnya 45 negara. Sejumlah negara diduga menyalahgunakan perangkat lunak itu untuk memata-matai penggiat masyarakat madani dan sipil.
Selain teman-teman Khashoggi, Citizen Lab juga menemukan penggunaan Pegasus untuk menyadap jurnalis di Meksiko. Sasaran penyadapan adalah jurnalis yang menyelidiki kartel-kartel narkotika di sana. Sebagian sasaran penyadapan diketahui tewas.
Media Israel, Haaretz, pernah melaporkan bahwa Pegasus antara lain dibeli Indonesia. Dalam laporan itu tidak diungkap lembaga atau pihak mana yang membeli perangkat mata-mata tersebut. Seorang teknisi NSO yang diwawancarai Haaretz hanya menyebut, perangkat itu dipakai antara lain untuk menyadap seorang politisi yang dijerat kasus penistaan agama pada 2016. (AP/REUTERS)