Antisipasi Serangan Burung, Bandara Juanda Patroli Tiap Tiga Jam
Untuk mengantisipasi adanya peningkatan aktivitas burung, patroli pengawasan dan pengusiran burung di kawasan Bandar Udara Juanda Surabaya dilakukan setiap tiga jam sekali.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Petugas patroli Bandar Udara Juanda Surabaya kini melakukan patroli pengusiran burung di kawasan bandara setiap tiga jam sekali. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi meningkatnya aktivitas burung yang berpotensi mengganggu lalu lintas pesawat dan membahayakan penerbangan.
Communication and Legal Section Head Bandara Juanda Surabaya Yuristo Ardhi Hanggoro mengatakan, serangan burung (bird strike) merupakan salah satu gangguan penerbangan yang mendapat perhatian serius selain frekuensi radio ilegal, balon udara, dan sinar laser mainan.
”Serangan burung mengakibatkan gangguan yang sangat serius terhadap aktivitas penerbangan. Serangan rawan terjadi saat pesawat lepas landas dan mendarat,” ujar Yuristo.
Serangan burung mengakibatkan gangguan yang sangat serius terhadap aktivitas penerbangan. Serangan rawan terjadi saat pesawat lepas landas dan mendarat.
Ceceran darah seekor burung yang tertabrak pesawat bisa menutupi kaca depan (windshield) dan menghalangi pandangan pilot. Apabila burung tersedot dan masuk ke dalam mesin pesawat, hal itu mengakibatkan kerusakan serius pada bilah turbin yang berakibat matinya mesin.
Selama tahun 2018, insiden serangan burung di Bandara Juanda Surabaya yang terkonfirmasi sebanyak lima kasus, tetapi tidak sampai menyebabkan kerusakan mesin pesawat. Mayoritas pilot mengetahui adanya serangan burung setelah mereka mendaratkan pesawat dan berada di landas parkir (apron).
Yuristo menambahkan, pihaknya kesulitan memastikan kapan frekuensi serangan burung ini meningkat. Namun, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kejadian serangan burung banyak dilaporkan pada musim hujan.
Oleh karena serangan burung sulit diprediksi, pengelola Bandara Juanda mengantisipasinya dengan meningkatkan kewaspadaan. Hal itu ditempuh melalui patroli pengawasan dan aktivitas pengusiran burung serta hewan liar lain secara rutin. Setiap hari dilakukan sebanyak enam kali patroli.
Tim patroli itu terbagi dalam tiga regu dan setiap regu bertugas sebanyak dua kali. Tim patroli dilengkapi dengan kendaraan khusus atau bird strike car, alat pengusir burung akuistik yang memancarkan suara mirip hewan predator. Fungsinya, menghalau burung supaya keluar dari area lintasan pesawat.
Selain patroli pengawasan, upaya mencegah berkumpulnya burung di kawasan bandara juga ditempuh dengan memelihara rumput. Pengelola mempertahankan ketinggian rumput untuk menutupi cacing dan hewan lain yang menjadi makanan burung yang banyak ditemukan di tanah.
Rumput yang terlalu pendek memudahkan burung menemukan sumber makanannya. Hal itu berpotensi mengundang banyak kawanan burung datang ke kawasan bandara. Biasanya kawanan burung ini bergerombol di area dekat kolam penampungan air (pond).
Burung migran
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Gresik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jatim Wiwied Widodo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan jenis burung yang saat ini banyak berkumpul di area Bandara Juanda. Dugaan awal adalah belibis dan kuntul kerbau.
”Burung belibis dan kuntul termasuk kategori burung migran yang tidak menetap di suatu daerah. Burung ini bukan satwa endemik di Juanda yang masuk dalam satu bentang alam dengan pantai timur Surabaya (Pamurbaya),” ucap Wiwied.
Lokasi berkembang biak, bermain, dan mencari makan burung migran biasanya berbeda-beda. Satwa ini akan mencari daerah yang banyak genangan air dan ada ikan-ikan kecil sebagai sumber makanan.
Bandara Juanda memang bukan kawasan konservasi, melainkan berada dalam satu bentang alam dengan Pamurbaya yang kerap menjadi persinggahan ratusan spesies burung migran, seperti kuntul dan belibis. Waktu migrasi burung ini sulit ditentukan karena dipengaruhi banyak faktor, antara lain perubahan lingkungan di daerah tempat mereka berkembang biak.
”BBKSDA akan berkoordinasi dengan pengelola bandara untuk memastikan jenis burung dan pola pergerakannya. Hal itu penting untuk menentukan penanganan yang dilakukan agar satwa tetap terlindungi dan keselamatan penerbangan juga terjaga,” kata Wiwied.