Kerusuhan suporter di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, seusai Persebaya kalah 2-3 dari PSS Sleman perlu jadi perhatian serius PSSI karena bisa mencoreng Indonesia saat menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2021.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, IQBAL BASYARI
·3 menit baca
ANTARA/MOCH ASIM
Suporter Persebaya membakar papan sponsor seusai pertandingan Shopee Liga 1 antara Persebaya dan PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/10/2019). Kericuhan tersebut terjadi karena kekecewaan para suporter Persebaya seusai timnya kalah 2-3 dari PSS Sleman.
SURABAYA, KOMPAS — Suporter Persebaya menodai semangat sportivitas dan respek dalam sepak bola. Perilaku suporter yang brutal ini perlu menjadi perhatian PSSI, klub-klub, dan pemerintah karena bisa mencoreng nama Indonesia yang baru saja terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.
Para suporter Persebaya itu membuat kerusuhan dengan merusak dan membakar sejumlah fasilitas di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/10/2019) malam, seusai Persebaya Surabaya kalah 2-3 dari PSS Sleman dalam laga lanjutan kompetisi Shopee Liga 1.
Hingga pukul 21.00, Kepala Kepolisian Resor Besar Kota Surabaya Komisaris Besar Sandi Nugroho belum bersedia memberikan keterangan tentang dampak kericuhan oleh suporter Persebaya yang biasa disebut Bonek alias Bondo Nekat itu.
Sandi juga belum bersedia memberikan keterangan apakah ada suporter yang ditangkap terkait kericuhan di dalam stadion yang akan dipakai untuk menggelar pertandingan Piala Dunia U-20 pada 2021 itu. ”Kami masih berjibaku untuk mengatasi keadaan,” kata Sandi.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangera yang dikonfirmasi secara terpisah. ”Kerugian material belum dihitung. Sampai sejauh ini belum ada laporan korban jiwa,” ujarnya.
ANTARA FOTO/MOCH ASIM/PD
Suporter Persebaya memasuki lapangan dan merusak sejumlah fasilitas seusai pertandingan Shopee Liga 1 antara Persebaya dan PSS Sleman di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (29/10/2019). Kericuhan tersebut terjadi karena kekecewaan para suporter Persebaya seusai timnya kalah 2-3 dari PSS Sleman.
Frans amat menyayangkan terjadinya aksi sangat tak terpuji itu. Kekalahan seharusnya bisa disikapi dengan bijaksana. Protes terhadap tim kesayangan tak bisa dilakukan dengan tindakan yang melanggar hukum. ”Setiap pelanggaran hukum akan ditindak,” ujarnya.
Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surabaya Edy Santoso mengatakan, sejumlah fasilitas yang dirusak, antara lain, gawang, bangku pemain, papan skor, lintasan lari, papan reklame, dan panel lorong pemain.
”Ajur (hancur),” ujar Edy mengekspresikan kekecewaan mendalam dalam bahasa khas Surabaya.
Manajemen Persebaya melalui media officer, Nanang Prianto, mengatakan, manajemen segera membuat evaluasi terkait laga ini. Yang pasti, klub amat kaget dan tak menyangka kekalahan dari PSS itu disikapi secara tak terpuji oleh pendukung atau Bonek yang marah.
”Sanksi akan memberatkan tim,” ujar Nanang.
Kekalahan dari PSS itu merupakan yang pertama dialami oleh ”Green Force”, julukan Persebaya, di kandang sepanjang musim ini. Namun, kegagalan tadi, di sisi lain, meneruskan tren negatif tim yang gagal menang dalam enam laga terakhir.
Kekalahan dari PSS membuat tim asuhan Wolfgang Pikal ini tertahan di posisi ke-9 klasemen sementara Liga 1. Ruben Sanadi dan kawan-kawan baru mengumpulkan 31 poin dari 7 kemenangan, 10 imbang, dan 8 kekalahan. Persebaya hanya berjarak 8 poin dari Kalteng Putra yang ada di zona degradasi. Persebaya terlalu jauh untuk menjangkau pemuncak klasemen sementara yakni Bali United (54 poin) dari 23 laga.
Dalam laga itu, tuan rumah malah tertinggal terlebih dahulu oleh gol gelandang Jepri Kurniawan pada menit ke-16. Persebaya sempat menyamakan skor melalui gol penyerang, David da Silva, pada menit ke-34.
Namun, selepas menyamakan skor, permainan Persebaya melorot. Tim seakan didikte oleh tim tamu. PSS pun sukses menggetarkan kembali gawang Persebaya lewat gol gelandang, Haris Tuharea, pada menit ke-41. Penyerang, Yevhen Bokhashvili, menambah derita tuan rumah dengan gol pada menit ke-43.
Persebaya mendapat kesempatan untuk mengejar ketinggalan setelah keberhasilan eksekusi penalti oleh penyerang, Diogo Campos, pada menit ke-76. Namun, sisa waktu gagal dimanfaatkan oleh tuan rumah untuk setidaknya memaksakan hasil imbang. Kekalahan itulah yang tidak bisa diterima oleh sebagian suporter Persebaya sehingga mereka melampiaskannya dengan merangsek ke lapangan dan merusak sejumlah fasilitas seusai laga usai.