KUALA LUMPUR, SENIN— Kematian Pemimpin kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) Abu Bakar al-Baghdadi membuat negara-negara Asia Tenggara siaga. Dikhawatirkan ada serangan balasan oleh para pendukung NIIS atas kematian pemimpin mereka itu.
”Sel tidur akan menuntut balas kematian Baghdadi,” kata Mazloum Abdi, salah satu komandan (SDF), Senin (28/10/2019).
SDF ikut terlibat dalam pemburuan yang berujung pada tewasnya pemimpin NIIS, Sabtu lalu. Bersama pasukan AS, milisi SDF menyerbu lokasi di Jarablus, Suriah. Di sana, mereka menyasar juru bicara NIIS, Abu Hasan Muhajir. Pasukan AS lainnya menyerang persembunyian Baghdadi di Idlib. Baghdadi dipastikan tewas dalam serangan itu.
Sel tidur akan menuntut balas kematian Baghdadi.
Namun, kematian tidak meredakan kecemasan sejumlah pihak. Kepala Divisi Anti-teror Polis Diraja Malaysia Khan Mydin Pitchay mengatakan, bukan kepemimpinan NIIS yang dikhawatirkan. Penyebaran ideologi kelompok teror itu mencemaskan. ”Kematiannya (Baghdadi) akan berdampak kecil karena masalah utamanya adalah penyebaran ideologi NIIS. Hal yang paling kami khawatirkan adalah penyerang tunggal dan mereka yang teradikalisasi melalui internet,” katanya.
Sampai sekarang, penyebaran paham NIIS secara daring terus berlangsung. Majalah dan buku-buku NIIS dari masa lalu tetap dicetak ulang dan disebar.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan, kematian Baghdadi mengguncang NIIS. ”Pukulan besar mengingat status Baghdadi sebagai pemimpin. Walakin, ini hanya sementara karena dalam dan luasnya jangkauan organisasi. Seseorang akan menggantikan dia,” ujarnya.
Ia menganggap NIIS tetap menjadi ancaman meski Baghdadi dinyatakan tewas. Manila mempertimbangkan pengaruh NIIS pada pemuda berpendidikan rendah di Mindanao. Potensi bahaya NIIS pasca-Baghdadi juga disampaikan intelijen Irak. Baghdad ikut mewaspadai potensi serangan balasan pasca-tewasnya Baghdadi. Selain di Irak dan Suriah, NIIS memang punya banyak pendukung antara lain di Afghanistan, Bangladesh, Filipina, Iran, India, Indonesia, dan Malaysia. Para pendukung NIIS di negara-negara itu telah melancarkan berbagai serangan. (AFP/REUTERS)