Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak para santri mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para santri ada di barisan terdepan dalam menghadapi paham menyimpang.
Oleh
Iqbal Basyari
·2 menit baca
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak para santri mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Para santre ada di barisan terdepan dalam menghadapi paham menyimpang.
SURABAYA, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak para santri melawan terorisme, radikalisme, dan separatisme yang mengancam Indonesia. Santri harus berada di garis terdepan dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia dari paham-paham yang menyimpang.
”Santri tidak boleh berdiam diri. Kalau dahulu tantangannya melawan penjajah, sekarang tantangannya melawan kaum separatis, radikalis, dan teroris,” kata Ma’ruf Amin saat membuka Santri Culture Night Carnival 2019 di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya, Minggu (27/10/2019).
Hadir dalam acara tersebut, antara lain Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, dan Ketua PWNU Jatim Kiai Marzuki Mustamar. Acara juga dihadiri sejumlah pengasuh pondok pesantren di Jatim.
Menjaga NKRI
Hari Santri yang ditetapkan pada 22 Oktober merujuk pada resolusi jihad, yang disampaikan Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy’ari dan sejumlah ulama lainnya pada 22 Oktober 1945. Resolusi jihad itu dikeluarkan terkait kedatangan Belanda yang saat itu mencoba kembali menjajah Indonesia. Melalui resolusi jihad dinyatakan bahwa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai perang jihad.
Amin menuturkan, jika pada zaman penjajahan para santri melahirkan fatwa jihad melawan penjajah, kini santri berperan penting dalam mengawal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Santri harus berada di garis terdepan dalam menghadapi paham-paham menyimpang, seperti radikalisme, terorisme, dan separatisme. ”Tugas santri mengawal NKRI dari paham menyimpang,” katanya.
Tak hanya mengajak para santri, menurut Amin, pemerintah juga bertekad menjaga dan mengawal keutuhan bangsa. ”Ini tekad kita,” ucapnya. Selain harus menguasai agama, santri juga diharapkan tampil memajukan Indonesia dengan meningkatkan perannya dalam sektor ekonomi dan pemerintahan. Santri milenial memiliki semangat tinggi untuk menjadikan masyarakat Indonesia yang cerdas, unggul, produktif, dan berakhlak baik.
Santri harus mandiri, tidak boleh membebani orang lain.
”Hari ini kita jadikan momentum untuk memberikan peran lebih besar kepada santri. Santri harus mandiri, tidak boleh membebani orang lain,” tutur Amin.
Khofifah mengatakan, santri kini mampu berperan lebih di pemerintahan. Beberapa santri bisa menduduki jabatan publik, mulai dari kepala daerah, menteri, hingga wakil presiden. ”Di sektor ekonomi, kami terus mendong program satu pesantren satu produk,” katanya.
Marzuki menuturkan, NU terus bergerak memajukan agama dan bangsa. Sebagai institusi besar yang memiliki jutaan santri, NU bertekad untuk bergotong royong memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. (SYA)