Medali Emas Bangkitkan Optimisme Menjelang SEA Games
Satu medali emas dan satu medali perunggu dari Kejuaraan Asia Rowing menumbuhkan optimisme tim dayung Indonesia bisa memenuhi target lima medali emas pada SEA Games 2019 di Filipina.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pedayung Ferdiansyah dan Denri Maulidzar al Ghiffari meraih satu keping emas pada Kejuaraan Asia Rowing di Chungju, Korea Selatan, Minggu (27/10/2019). Hasil ini membuktikan bahwa motivasi dan semangat tim dayung Indonesia untuk meraih prestasi tidak goyang meskipun tim ”Merah Putih” berlatih dengan keterbatasan anggaran pelatnas.
Tampil pada kelas dua pedayung putra (M2-), Ferdiansyah dan Denri menjadi juara Asia setelah mengukir catatan waktu 6 menit 48,17 detik. Mereka melaju 0,27 detik lebih cepat dari lawan tangguh asal Uzbekistan, Tulkinkhujaev Sardor dan Turdiev Ajisher. Berada di peringkat ketiga Lam San Tung dan Wong Wai Chun (Hong Kong) dengan catatan waktu 6 menit 49,84 detik.
Selain membawa pulang satu emas, Indonesia juga meraih perunggu di kelas ringan dua pedayung skulls putra (LM2X) melalui Ihram dan Mahendra Yanto. Kedua pedayung ini menempati peringkat ketiga dengan catatan waktu 6 menit 47,32 detik. Mereka kalah dari pedayung Hong Kong dan India.
Ferdiansyah mengatakan, kerja keras dan dukungan keluarga menjadi kunci kesuksesannya. ”Dari awal lomba, sebenarnya kami tidak memasang target dapat emas. Target kami ingin mengalahkan negara-negara di Asia Tenggara saja. Tetapi, ternyata tidak ada lawan dari Asia Tenggara. Jadi, kami tampil maksimal saja. Alhamdulillah mendapat emas,” katanya, dihubungi dari Jakarta.
Kemenangan ini, menurut Ferdiansyah, menambah motivasi dan kepercayaan diri untuk tampil dalam SEA Games 2019 di Filipina yang akan berlangsung pada 30 November–10 Desember. Untuk menyiapkan diri menghadapi atlet-atlet Asia Tenggara, Ferdiansyah dan kawan-kawan akan berlatih di perairan bergelombang untuk menyesuaikan situasi arena lomba di Filipina.
Di Chungju, pedayung-pedayung Indonesia tampil dalam udara dingin yang mencapai 3 derajat celsius. Ini kontras dengan temperatur udara di tempat latihan mereka di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat, sekitar 35–37 derajat celsius.
Selain tantangan udara dingin, para pedayung Indonesia juga tampil dengan kendala makanan karena kebanyakan tidak halal. Untuk menyiasati hal itu, Ferdiansyah dan kawan-kawan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan.
”Kalau ada daging ayam, saya makan dengan daging ayam. Kalau tidak ada, saya makan nasi dengan sayuran,” ujarnya.
Di Chungju, tim dayung ”Merah Putih” diperkuat oleh 10 atlet. Mereka tampil pada enam nomor lomba, yaitu kelas ringan dua pedayung skulls putra (LM2X), kelas ringan satu pedayung skulls putra (LM1X), dua pedayung putra (M2-), dua pedayung putri (W2-), kelas ringan dua pedayung skulls putri (LW2X), dan kelas ringan satu pedayung skuls putri (LW1X).
Penampilan tim dayung Indonesia, menurut Wakil Ketua PB PODSI Budiman Setiawan, melebihi ekspektasi. ”Melihat kondisi pelatnas belakangan ini, sebenarnya kami tidak terlalu pasang target. Kami ingin melihat peta persaingan Asia Tenggara saja menjelang SEA Games,” ujarnya.
Dengan keterbatasan anggaran, tim Indonesia hanya ikut pada enam nomor lomba kelas kecil yang akan dimainkan di SEA Games 2019. Padahal, selama ini kekuatan Indonesia ada pada kelas besar, yaitu tim delapan pedayung dan empat pedayung skulls putra. Di ajang yang sama di Pattaya, Thailand, dua tahun lalu, Indonesia menjadi juara Asia pada kelas delapan pedayung putra dan empat pedayung putri. Tim delapan pedayung putra juga meraih emas Asian Games 2018.
Keterbatasan anggaran juga memaksa tim dayung Indonesia tidak menggelar pemusatan latihan di Amsterdam, Belanda, seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal, pemusatan latihan itu sangat diperlukan untuk membangun mental dan fisik atlet sebelum perlombaan. Dengan berbagai keterbatasan pelatnas, Ferdiansyah dan kawan-kawan berlomba melawan negara-negara kuat Asia. Di kelas dua pedayung putra, misalnya, lawan Indonesia dari Hong Kong, India, Jepang, Korea Selatan, dan Uzbekistan.
Kepala Pelatih Tim Dayung Indonesia M Hadris merasa puas dengan pencapaian anak-anak didiknya. ”Pada kelas ringan dua pedayung skulls putra (LM2X), kita memang tidak meraih emas. Tetapi, kita bermain lebih unggul dari lawan-lawan asal Asia Tenggara. Saya rasa ini membuka peluang meraih medali emas SEA Games,” katanya.