Cegah Tengkes dengan Perkuat Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat di Jawa Timur perlu diperkuat dan lebih diperluas lagi cakupannya. Program ini dinilai berperan signifikan untuk mengatasi masalah kesehatan, seperti gizi buruk dan tengkes,
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Program perbaikan gizi masyarakat di Jawa Timur perlu diperkuat dan lebih diperluas lagi cakupannya. Program ini dinilai berperan signifikan untuk mengatasi masalah kesehatan, seperti gizi buruk dan tengkes (stunting), tingginya kematian ibu melahirkan, serta kesehatan reproduksi remaja.
Salah satu program perbaikan gizi masyarakat yang saat ini berjalan diinisiasi oleh The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). Lembaga nirlaba yang mendapat dukungan dana dari Pemerintah Kerajaan Belanda ini telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI sejak 2012.
Direktur GAIN Perwakilan Indonesia Revi K Menon mengatakan, salah satu ruang lingkup kerja sama adalah program perbaikan gizi pada 1.000 hari kehidupan. Program ini awalnya diaplikasikan di lima kabupaten dan kota di Jatim, yakni Kabupaten Jember, Bondowoso, Probolinggo, Trenggalek, dan Kota Surabaya.
”Namun, dalam perkembangannya, program perbaikan gizi telah direplikasi di 38 kabupaten dan kota di Jatim, bahkan mulai diperluas di provinsi lain, yakni Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Yogyakarta, Jambi, dan Papua Barat,” ujar Revi di Surabaya, Senin (28/10/2019).
Adapun bahan ajar atau materi permainan dirancang dengan menggunakan bahan lokal yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar, seperti kemiri, bola bekel, dan bola pingpong. Setiap permainan dirancang supaya mampu menciptakan suasana bahagia dan menyentuh emosi.
Revi mengatakan, salah satu alasan dilakukan perluasan cakupan program karena dinilai berperan signifikan dalam mengatasi masalah gizi buruk dan menurunkan angka tengkes. Keberhasilannya disebabkan metode pendekatan yang mengedepankan emosional dan kegiatan atraktif atau dikenal dengan istilah Emodemo (Emotional Demonstration).
Metode Emodemo diklaim lebih mudah diterima karena lebih komunikatif. Selain itu, metode ini juga mampu menggugah kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang gizi karena sifatnya yang interaktif. Masyarakat tidak merasa sedang diajari karena materi sosialisasi diselipkan di antara permainan-permainan.
”Adapun bahan ajar atau materi permainan dirancang dengan menggunakan bahan lokal yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar, seperti kemiri, bola bekel, dan bola pingpong. Setiap permainan dirancang supaya mampu menciptakan suasana bahagia dan menyentuh emosi,” kata Revi.
Modul lebih variatif
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Jatim Vitria Dewi mengatakan, wilayahnya ditunjuk Kemenkes sebagai sasaran pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dari GAIN karena angka tengkes yang masih tinggi. Penyebabnya beragam, di antaranya ketidaktahuan masyarakat terkait asupan gizi dan pola asuh yang salah pada balita.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi tengkes di Jatim tinggi, yakni mencapai 32,8 persen. Artinya, satu dari tiga anak di Jatim didapati memiliki masalah gizi yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Hal itu mengancam upaya membangun generasi emas Indonesia.
Vitria mengatakan, pihaknya menyambut positif program perbaikan gizi masyarakat dengan metode Emodemo yang digagas GAIN dan berharap program itu dilanjutkan. Bahkan, Dinkes Jatim dan pemda kabupaten/kota yang tidak masuk dalam lokus program telah menyiapkan anggaran sendiri.
”Modul-modul yang diajarkan diharapkan diperbanyak dari 12 varian yang diaplikasikan saat ini. Pengembangan metode sosialisasi itu penting supaya masyarakat tidak bosan,” ucap Vitria.
Menjawab tantangan tersebut, Revi mengatakan, pihaknya sudah mengembangkan metode-metode baru, tetapi saat ini masih penyusunan menjadi modul. Juni 2020 metode baru itu ditargetkan bisa diaplikasikan di masyarakat untuk memperkaya 12 modul yang ada saat ini.