Antisipasi Terorisme Maritim, Bakamla Bentuk Pasukan Khusus
Badan Keamanan Laut atau Bakamla merekrut personel Special Response Team yang bertugas khusus melaksanakan kegiatan operasi ancaman terorisme maritim.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Keamanan Laut RI merekrut personel Special Response Team yang bertugas khusus melaksanakan kegiatan operasi ancaman terorisme maritim. Pasukan ini akan bersinergi dengan pasukan pengamanan laut dari TNI Angkatan Laut, Direktorat Polisi Air Badan Pemelihara Keamanan Polri, dan instansi kemaritiman lain untuk memperkuat keamanan laut Nusantara.
Pembukaan perekrutan Special Response Team (SRT) itu dimulai pada Senin (28/10/2019) saat upacara penyematan helm antipeluru di lapangan apel Mabes Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI, Jakarta Pusat.
Kepala Bakamla RI Laksdya A Taufiq R mengatakan, dinamika ancaman di laut kian berkembang. Masalah yang dihadapi personel Bakamla tidak hanya terkait illegal fishing, penyelundupan, dan perompakan. ”Yang perlu diwaspadai saat ini adalah ancaman maritime terrorism,” ujarnya.
Untuk menjawab tantangan itu, kata Taufiq, Bakamla harus selalu siap dalam mengatasi setiap ancaman kedaulatan Indonesia di laut. Hal ini dinilai membutuhkan aturan sumber daya manusia yang kuat dan mumpuni. ”Oleh karena itu, Bakamla membentuk Special Response Team,” ucapnya.
Tim SRT Bakamla berada dalam satu wadah khusus yang secara struktur komando langsung di bawah Kepala Bakamla dan digerakkan atas perintah Kepala Bakamla. Ketika ada ancaman kejahatan di laut, Kepala Bakamla memerintahkan personel SRT untuk bergerak mengatasi ancaman tersebut dengan potensi tingkat keberhasilan yang tinggi.
”Kepada para peserta calon personel SRT Bakamla RI, saya perintahkan laksanakan standar operasional dan prosedur dalam setiap kegiatan agar tercipta zero accident, patuhi setiap instruksi dari pelatih. Laksanakan setiap latihan dengan tulus, ikhlas, dan hati gembira,” tutur Taufiq.
Upacara pembukaan perekrutan SRT dihadiri Sestama Bakamla Laksda Bakamla S Irawan, Deputi Kebijakan dan Strategi Laksda Bakamla Hariadi, serta para pejabat Bakamla.
Kepala Subbagian Humas Bakamla Letkol Bakamla Mardiono menambahkan, personel SRT yang direkrut merupakan personel Bakamla. Personel-personel itu akan diseleksi dan dididik lagi menjadi pasukan SRT.
”Ini akan menjadi pasukan inti dari Bakamla. Mereka ini punya spesialisasi yang tidak dimiliki pasukan Bakamla pada umumnya,” katanya.
Mardiono menambahkan, keberadaan pasukan SRT akan memperkuat keamanan dan keselamatan di laut Indonesia dengan menjalin sinergi antara TNI AL, Direktorat Polisi Air Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri, dan instansi kemaritiman lain. Sebab, dengan adanya ancaman kedaulatan Indonesia di laut yang kian kompleks, dibutuhkan kekompakan berbagai pihak.
”Kehadiran kami bukan sebagai predator. Justru untuk menyinergikan dan menyatukan instansi lain karena keamanan di laut itu tidak bisa sendiri,” ucapnya.
Keberadaan pasukan Special Response Team akan memperkuat keamanan dan keselamatan di laut Indonesia dengan menjalin sinergi antara TNI AL dan Direktorat Polisi Air Baharkam Polri.
Sinergi itu tak hanya di kalangan internal Indonesia. Bakamla selama ini juga rutin menjalin kerja sama dengan sejumlah negara di Asia Tenggara untuk mengantisipasi gangguan keamanan di laut.
”Besok pagi kami juga ada pertemuan dengan Coast Guard negara-negara ASEAN. Ini bentuk sinergi kami, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” ujarnya. (*)