Anak-anak berkebutuhan khusus di DI Yogyakarta difasilitasi untuk berkarya di dunia musik. Bocah-bocah ini membuktikan memiliki bakat dan talenta di balik keterbatasan mereka. Kepercayaan diri diretas menatap masa depan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
Suara Chintia (10) dan Angel (12) mengalun riang penuh ceria. Mereka diiringi melodi permainan kibor Shifa (8), petikan gitar Morgan, dan tabuhan drum Rio (12). Lima tembang ditampilkan begitu apik oleh anak-anak berkebutuhan khusus itu.
Begitu syair awal lagu “Liburan” dilantunkan Chintia dan Angel dengan iringan gitar, hadirin langsung bertepuk meriah. Lentingan musik makin membahana. Kedua bocah anak berkebutuhan khusus (ABK) ini lalu menyapa penonton sambil memperkenalkan diri.
Lagu "Liburan" pun dilanjutkan. Lenggang lenggok mereka di depan hadirin bak artis cilik. Meski memiliki keterbatasan, mereka percaya diri. Sesekali mereka berkomunikasi dengan penonton yang memenuhi Gedung Pusat Layanan Keberbakatan ABK di SLB N 1 Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (26/10/2019) petang.
Chintia adalah penyandang tuna netra, sedangkan Angel penyandang autisme. Sementara Shifa adalah penyandang tuna netra, Morgan anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan Rio juga penyandang autisme.
Mereka menyapa dan memandang hadirin penuh percaya diri. Mereka membuktikan mampu berkarya. Mereka hanya butuh kepedulian dan perhatian semua pihak terutama pengambil kebijaksanaan.
Angel dengan balutan mahkota bunga di kepala dan Chintia dengan bandul hitam putih bahkan mengajak penonton bernyanyi bersama. Hadirin pun bergema riuh sambil bertepuk tangan dan bergoyang.
Lima lagu yang ditampilkan kelimanya mengawali peluncuran album musik anak berkebutuhan khusus se-DI Yogyakarta. Album itu diberi judul “Hari Bahagia”.
Lagu "Liburan" berdurasi dua menit itu mengawali peluncuran album. Selain "Liburan", empat lagu lain juga dimainkan para anak-anak berkebutuhan khusus. Lagu "Sendiri" dibawakan Lutfi (autisme) dan Noval (autisme), sedangkan lagu berjudul “Berubah” oleh Maya (tuna netra) dan Dinda (tuna netra). Sementara tembang “Yovie” oleh Graciano Florian Ama (autisme) dan terakhir “Hari Bahagia” oleh Kelfi (tuna netra).
Setiap lagu dibawakan penuh penghayatan. Lagu-lagu ini ciptaan mereka sendiri secara kelompok maupun pribadi yang selanjutnya dibantu oleh instruktur untuk proses penyempurnaan lagu dan syair.
Koordinator instruktur peluncuran album perdana ABK se-DI Yogyakarta, Mohammad Nurbodar, yang juga guru musik Sekolah Seni Musik Indonesia Yogyakarta mengatakan, judul album Hari Bahagia memperlihatkan kebahagiaan ribuan ABK se-DI Yogyakarta yang diwakili oleh kelimabelas ABK. Mereka bahagia karena telah lahir album perdana, yang bakal diperdengarkan semua khalayak, tidak hanya ABK, tetapi juga masyarakat umum.
Menurut Nurbodar, audisi musik ABK dilakukan selama delapan bulan dari 79 sekolah luar biasa se-DI Yogyakarta. Audisi berlangsung di SLBN 1 Bantul.
“Dalam rentang waktu delapan bulan itu, lima guru instruktur musik setia mendampingi mereka," tutur Nurbodar.
Selain dirinya, keempat instruktur musik lain yakni Fransiskus Joko Pramano guru SLB, Nauval Pramathana selaku praktisi musik, Maungguh guru musik dari SLB, dan Anto guru SLB.
Salah satu tujuan pembuatan album musik itu untuk menunjukkan bahwa anak-anak penyandang disabilitas juga bisa berkarya. Namun, selama ini mereka sering diabaikan kebanyakan orang. Padahal, mereka sebenarnya punya talenta dari keterbatasan mereka.
Shifa misalnya, tidak hanya memainkan kibor, tetapi juga mengikuti drum band, dan gitar. Padahal dia menyandang tuna netra. “Ini kelebihan yang Tuhan berikan. Kita tidak bisa memahami lebih jauh, hanya meyakini bahwa di balik kekurangan itu, mereka punya kelebihan untuk memberi dan berbagi,” katanya.
Selama proses audisi sampai peluncuran album perdana, ABK tetap memperlihatkan konsistensi dalam bernyanyi dan bermain musik. Selama proses itu, tentunya mereka didampingi orangtua masing-masing.
Fransiskus Joko Pramono instruktur musik dari SLBN 1 Bantul mengatakan, dari audisi ini, sedang dipertimbangkan untuk dibentuk grup band khusus ABK se-DI Yogyakarta.
“Arahnya ke sana. Audisi tingkat provinsi DI Yogyakarta ini telah digelar sejak 2015 tetapi begitu selesai audisi tidak ada lanjutan. Tahun ini kami mulai dengan peluncuran album perdana ABK. Jika respons masyarakat cukup, akan diluncurkan album kedua dan seterusnya. Tentunya juga diikuti dengan grup band ABK. Jika terealisasi, maka ini grup band perdana ABK se-Indonesia,” kata Pramono.
Masa delapan bulan persiapan peluncuran album perdana, tim instruktur menggali bakat dan kemampuan musikal masing-masing anak. Mereka kemudian dipilah, dilatih, dan didampingi masing-masing instruktur guna mengekplorasi kemampuan.
Kepala Seksi Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Bantul Surti mengatakan, pemerintah daerah tetap memberi dorongan dan dukungan atas prestasi anak-anak berkebutuhan khusus. Kelahiran album perdana ABK membanggakan anak-anak, pendamping, orangtua, dan masyarakat pencinta musik.
Peluncuran album ABK perdana dimeriahkan grup band yang memiliki kepedulian terhadap anak-anak dan lagu anak-anak. Mereka adalah Yudha And The Remora, Jono Terbakar, dan Buktu. Masing-masing grup band membawakan 2-3 lagu. Yudha And The Remora misalnya, membawakan tiga lagu, yakni Ayo ke Pantai, Terumbu Karang, dan Kandang Sapi.
Usai pentas musik ABK bersama tiga grup band itu, dilanjutkan dengan tanya jawab. Duo personel band Jono Terbakar, misalnya mengajak ABK untuk terus melatih mengolah vokal dan selalu menulis setiap muncul inspirasi tentang sebuah lagu atau syair.
Melalui musik, anak-anak berkebutuhan khusus di Yogyakarta tak sekadar membuktikan mereka mampu berkarya. Lebih dari itu, karya mereka akan menyemai kepercayaan diri untuk menatap masa depan nan cerah.