Selama bertahun-tahun, kebijakan luar negeri Korea Selatan terfokus kepada Amerika Serikat, China, Jepang, Rusia, dan tentu saja Korea Utara. Di bawah Presiden Moon Jae-in, Seoul menoleh ke selatan sejak tahun 2017.
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
Selama bertahun-tahun, kebijakan luar negeri Korea Selatan terfokus kepada Amerika Serikat, China, Jepang, Rusia, dan tentu saja Korea Utara. Di bawah Presiden Moon Jae-in, Seoul menoleh ke selatan sejak tahun 2017. ”Banyak pakar menulis hanya soal Seoul dan empat kekuatan utama itu. Kami ingin lebih jauh dari itu,” kata Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lim Sungnam, dalam acara Jakarta Foreign Correspondents Club di Jakarta, Kamis (24/10/2019) malam.
Seoul menginginkan lebih banyak mitra diplomatik. Lewat kebijakan yang dikenal dengan istilah ”New Southern Policy”, Seoul berusaha memperkuat hubungan dengan ASEAN dan India. Bagi Seoul, ASEAN dan India adalah dua kekuatan penting. ”Semua sudah tahu potensi ASEAN. Para pendiri (ASEAN) mungkin tidak membayangkan ASEAN jadi seperti sekarang. ASEAN jadi pemain politik penting (di panggung internasional) pada masa depan,” kata Lim.
Ia secara khusus menyoroti kontribusi ASEAN pada perdamaian di Semenanjung Korea. Dua negara ASEAN, Singapura dan Vietnam, menjadi tuan rumah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un. Meski belum mencapai hasil yang diinginkan, kedua pertemuan itu penting bagi proses perdamaian Semenanjung Korea. ”ASEAN selalu mendorong dialog sebagai solusi (Semenanjung) Korea,” kata Lim.
Korsel pun menganggap penting ASEAN dengan meningkatkan jumlah diplomatnya. Dari tiga orang, kini perwakilan Korsel untuk ASEAN diperkuat 18 diplomat. ”Dari 10 mitra dialog ASEAN, hanya dua (negara) yang punya biro ASEAN di kementerian luar negerinya, salah satunya Korea Selatan,” ujar Lim.
Moon juga menunjukkan keseriusan menjalin hubungan dengan ASEAN. Pada masa pemerintahannya, ia telah menyambangi keseluruhan dari 10 negara ASEAN. ”Hanya beliau satu-satunya Presiden Korea Selatan yang mengunjungi semua negara ASEAN di masa jabatannya,” kata Lim.
Peningkatan hubungan ASEAN-Korsel bukan hanya dari sisi politik. Statistik juga menunjukkan peningkatan hubungan ASEAN-Korsel. Dari semula di bawah 1 miliar dollar AS per tahun pada dekade 1980-an, nilai perdagangan ASEAN-Korsel mencapai 159,7 miliar dollar AS pada 2018.
Seoul tahu, banyak negara lain juga ingin berdekatan dengan ASEAN. Walakin, Seoul percaya tetap ada peluang di kawasan ini. ”Korea Selatan dan ASEAN sama-sama pernah dijajah. Waktu merdeka, kami juga membangun dari awal. Kami ingin berbagi pengalaman itu dengan ASEAN. Kami tidak menyiapkan pendekatan seragam. Mempertimbangkan keragaman kondisi, pendekatan berbeda untuk setiap negara ASEAN,” kata Lim.
Peningkatan hubungan ASEAN-Korsel, kata Lim, akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan ASEAN-Korsel pada akhir November 2019. Dalam pertemuan di Busan itu, Presiden Moon akan menjamu 10 kepala negara ASEAN.
Dengan Indonesia, dalam ucapan selamat atas pelantikan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober lalu, Moon secara jelas menyebut keinginannya untuk memadukan visi Pemerintah Indonesia, ”Indonesia Maju”, dengan kebijakan negaranya, ”New Southern Policy”.