Udara Berbahaya, Pangdam, Kapolda, dan Gubernur Sumsel Tetap Main Bola
Di tengah pekatnya kabut asap di Palembang, Jumat (25/10/2019) pagi, Pangdam, Kapolda, dan Gubernur Sumatera Selatan justru bermain sepak bola. Para pemimpin itu tidak peduli asap yang berada di level berbahaya.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
Di tengah pekatnya kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (25/10/2019) pagi, para pejabat tinggi daerah dan anggota TNI/Polri di Sumatera Selatan berolahraga bersama di Stadion Wira Bhakti, Palembang. Bau asap yang menyengat dan pekat tidak dihiraukan. Padahal, kualitas udara di Palembang saat itu masuk kategori berbahaya.
Mereka juga bermain sepak bola. Pertandingan sepak bola itu jauh dari aturan FIFA karena memang hanya hiburan semata. Dalam satu tim saja, pemainnya mencapai 14 orang. Pertandingan itu digelar untuk mensyukuri keberhasilan Sumsel menyelenggarakan pemilu serentak tahun 2019.
Walau berlangsung lumayan seru, suasana di lapangan terasa tidak nyaman. Pandangan di lapangan tampak kabur dan bau asap cukup menyeruak di segala sisi. Beberapa penonton yang ada di pinggir lapangan juga tampak mengenakan masker.
Berdasarkan catatan indeks standar pencemaran udara (ISPU) di Palembang, kualitas udara di Palembang hari itu masuk kategori berbahaya dengan nilai 348. Sejak pagi hingga sore, asap cukup pekat. Dalam tiga hari terakhir, Palembang sudah dua kali masuk kategori berbahaya.
Pagi itu, dengan kaus Manchester United merah dan celana panjang loreng TNI Angkatan Darat, lengkap dengan sepatu tentara, Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Irwan melakukan tendangan awal (kick off) dengan tumitnya ke arah belakang yang disambut pemain lain. Pertandingan yang berlangsung 2 x 10 menit itu pun dimulai.
Keberadaan Pangdam mudah dikenali karena ia mengenakan kostum bernomor punggung 10 bertuliskan Irwan. Posisinya saat itu sebagai penyerang dan jenderal di lapangan tengah.
Lawan Irwan adalah tim putih yang diperkuat oleh sesama pejabat tinggi daerah. Gubernur Sumsel Herman Deru menempati posisi penjaga gawang, adapun Kepala Polda Sumsel Inspektur Jenderal Firli Bahuri bermain di sayap kanan.
Gaya Herman tidak kalah nyentrik, dia mengenakan topi putih yang dipakai terbalik dan kostum tim Real Madrid berwarna senada dipadankan dengan celana jins biru.
Beberapa kali Pangdam melepaskan tendangan ke arah gawang yang dijaga Gubernur Sumsel, tetapi tidak ada yang membuahkan gol. Ada yang ditepis oleh Gubernur dan ada pula yang membentur mistar gawang.
Jual beli serangan terjadi, pertandingan berjalan cukup seimbang, tetapi tim putih jauh lebih beruntung. Mereka menang atas tim merah, 3-1. Kapolda Sumsel pun menyumbangkan satu asis untuk terciptanya gol ketiga.
Walau kabut asap tengah mendera, para petinggi itu tidak mengenakan masker. Mereka bermain sepak bola seolah udara Palembang masih baik-baik saja.
Mereka bermain sepak bola seolah udara Palembang masih baik-baik saja.
Irwan mengakui, sebelum tiba di lapangan untuk bersenam pagi, dirinya telah dihubungi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, dan Kepala Staf TNI Angkat Darat Jenderal Andika Perkasa terkait titik panas yang merebak di wilayah Sumsel.
Pertanyaan yang sama diterima Irwan, yakni mengapa bisa begitu banyak titik panas di Sumsel. ”Titik panas hari ini memang sangat banyak, bahkan bisa tiga kali lipat dari titik panas di hari biasa,” kata Irwan.
Hari saat para pejabat itu main bola memang merupakan hari dengan titik panas terbanyak di sepanjang tahun 2019. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, titik panas pada Jumat itu mencapai 1.297 titik. Kawasan Ogan Komering Ilir merupakan yang terbanyak dengan titik panas mencapai 864 titik panas.
Kesulitan
Irwan menuturkan, banyaknya titik panas di Sumsel karena tim darat mengalami kesulitan dalam memadamkan api lantaran keterbatasan air di kawasan lahan yang terbakar. Belum lagi kondisi cuaca yang sangat panas akhir-akhir ini.
Sementara armada helikopter bom air tidak bisa mematikan api secara tuntas. Penerapan teknologi modifikasi cuaca juga telah optimal. Tidak hanya menaburkan garam, tetapi juga kapur untuk membuka kabut asap guna mempercepat pembentukan awan hujan. ”Namun, skema itu belum juga berhasil menurunkan hujan,” katanya.
Oleh karena itu, TNI/Polri dan Pemerintah Provinsi Sumsel mengerahkan tambahan personel sebanyak 850 orang ke empat zona yang ada di kawasan Ogan Komering Ilir. Personel tersebut terdiri dari 500 anggota Polri, 300 anggota TNI, dan 50 aparatur sipil negara.
Irwan menerangkan, strategi yang digunakan untuk memadamkan api adalah dengan membuat sekat bakar agar api tidak meluas. ”Skema ini hampir sama dengan proses pemadaman yang ada di Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin, beberapa waktu lalu,” ujarnya. Satgas juga melibatkan perusahaan untuk turut membantu membuat sekat bakar dengan menyediakan alat berat.
Firli menjelaskan, penambahan pasukan ini merupakan hasil evaluasi proses pemadaman selama beberapa bulan terakhir. Memang, tidak adanya sumber air menjadi kendala utama proses pemadaman.
Namun, Firli berharap ada partisipasi masyarakat untuk memadamkan api. ”Mulai sekarang kita yang mengepung api, jangan sampai kita yang dikepung api,” ujarnya.
Menurut Herman Deru, 850 personel tambahan itu akan dikerahkan di lapangan selama 10 hari. ”Dana dan akomodasi sudah disiapkan,” ucapnya.
Ogan Komering Ilir menjadi fokus pemadaman karena asapnya mengarah langsung ke Palembang. Pertandingan bola itu, menurut Herman, menjadi pemacu bagi personel pemadam untuk berupaya keras dalam memadamkan api.
Terkait penegakan hukum, Firli mengatakan, penegakan hukum terus berjalan. Dari 27 tersangka yang ditangkap, satu merupakan korporasi, sembilan di antaranya sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Namun, belum ada korporasi yang dilimpahkan kasusnya.
”Kita masih mengumpulkan alat bukti dan saksi,” katanya. Jika benar ada perusahaan yang terbukti menyuruh seseorang untuk membakar lahan demi kepentingan perusahaan, tentu akan ditindak.
Contoh buruk
Melihat kegiatan yang digelar para pejabat, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Hairul Sobri menuturkan, tindakan pejabat tinggi Sumsel tersebut memberikan contoh buruk bagi masyarakat. ”Saya ragu mereka mengerti mengenai SOP (prosedur standar operasi) penanganan saat udara dalam keadaan tidak sehat atau berbahaya,” katanya.
Dalam kondisi udara tidak sehat atau bahkan berbahaya, seharusnya masyarakat diimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, bukan bermain sepak bola.
Dia mengapresiasi tindakan Pemerintah Kota Palembang yang meliburkan anak sekolah saat asap pekat. ”Tindakan itu mengajarkan masyarakat bahwa kondisi lingkungan kita sedang tidak baik,” ucapnya.
Para pejabat tinggi seharusnya menyadari bahwa segala tindakan mereka diperhatikan oleh masyarakat.
Terkait memberikan semangat kepada pemadam, hal itu tidak masuk akal. Pemadam sudah lebih terlatih dalam menghadapi situasi seperti itu. Sebaliknya, masyarakatlah yang harus diberi sosialisasi. ”Saya berharap, pemerintah bisa lebih bijak dalam memberi contoh kepada masyarakat,” katanya.