Hafizh menuliskan curahan hati tentang apa yang dialaminya di sekolah kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru dilantik, Nadiem Anwar Makarim.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
Muhammad Hafizh Ahsani (15), siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah I Alternatif Kota Magelang, Jawa Tengah, serius menulis surat pada secarik kertas. Bersama 344 siswa di sekolah itu, Kamis (24/10/2019), Hafizh menuliskan curahan hati tentang apa yang dialaminya di sekolah kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru dilantik, Nadiem Anwar Makarim.
Hafizh berkeluh kesah tentang aktivitas sekolahnya yang berlangsung sejak pagi hingga sore. SMP Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang menerapkan sistem full day school dengan hari belajar berlangsung Senin hingga Sabtu. Sepulang sekolah, serta pada akhir pekan, para siswa masih disibukkan oleh banyaknya tugas sekolah.
”Saya kekurangan waktu untuk istirahat. Padahal, saya ingin bebas dan berkumpul bersama keluarga”, tulisnya. Barisan kalimat panjang bernada sendu itu ditutupnya dengan kalimat, ”Jangan lupa follow IG (Instagram) saya ya pak @hafizahsani”.
Padatnya aktivitas sekolah juga disampaikan Raihan Arafat (13), siswa kelas VII. Dalam suratnya, ia mengusulkan agar tiap hari para siswa bisa pulang lebih siang. ”Jangan pulang sore lagi. Pak Menteri, kami capek!” tulisnya.
Di luar itu, banyak siswa lain mengeluhkan berbagai macam hal. Beberapa mengusulkan sistem zonasi dihapus agar mereka nantinya bisa bebas memilih sekolah sesuai kemampuan dan capaian dalam ujian.
”Percuma susah payah belajar meraih nilai bagus di ujian nasional kalau, toh, nantinya dengan zonasi saya tidak berkesempatan untuk bersekolah di sekolah favorit,” ujar Akmal Mahamida (14), membayangkan masalah yang akan dihadapinya saat lulus SMP nanti.
Sebagian pelajar putri mengeluhkan tentang bullying atau perundungan yang masih sering terjadi di sekolah. ”Entah bagaimana caranya, kami berharap semoga Pak Menteri bisa melakukan sesuatu agar tidak ada lagi siswa yang menjadi korban perundungan di sekolah,” ujar Alifah, warga Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, yang juga siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah I Alternatif Kota Magelang.
Sebagian pelajar putri mengeluhkan perundungan yang masih sering terjadi di sekolah.
Keluhan tentang perundungan juga diungkapkan rekannya, Nabila (13), yang juga kerap menjadi korban perundungan oleh teman-teman satu kelas. ”Entah kenapa banyak anak tidak pernah kehabisan ide untuk mengejek saya. Terkadang mereka mengejek orangtua saya, terkadang pula mereka memasang sesuatu di kepala saya, kemudian menertawakan beramai-ramai,” ujarnya.
Baik Nabila maupun Alifah berharap menteri baru diharapkan juga bisa memberikan sentuhan dan gebrakan baru agar lingkungan sekolah menjadi terasa lebih nyaman sehingga para siswa pun bisa lebih semangat belajar.
Masukan siswa
Kepala SMP Muhammadiyah I Alternatif Kota Magelang Wasi’un mengatakan, kegiatan membuat surat itu sengaja dilakukan agar Mendikbud yang baru bisa mendapatkan masukan-masukan terkait pendidikan langsung dari para siswa.
”Para siswa dan Pak Menteri (Nadiem) adalah kelompok muda dan sama-sama dari kelompok milenial. Mudah-mudahan ide siswa-siswi ini bisa lebih diterima,” ujarnya. Kegiatan menulis surat itu sekaligus dimaksudkan sebagai latihan dan pembelajaran menulis surat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebanyak 345 lembar surat dari para siswa ini nantinya dimasukkan ke dalam amplop dan bersama-sama dikirimkan ke Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Seiring dengan pergerakan surat-surat ”curhat” siswa itu ke meja Mendikbud, banyak pihak menaruh harapan kepada Nadiem untuk semakin memajukan pendidikan di Indonesia.