Status siaga darurat asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan diperpanjang hingga 10 November 2019. Perpanjangan dilakukan karena kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir masih membara.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Status siaga darurat asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan diperpanjang hingga 10 November 2019. Perpanjangan tersebut dilakukan karena kebakaran lahan di Sumsel masih membara, terutama di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Asap kebakaran itu menjadikan kualitas udara di Palembang dalam kategori berbahaya.
Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) Sumsel, Kolonel Arh Sonny Septiono, Jumat (25/10/2019), di Palembang, mengatakan, perpanjangan itu diputuskan berdasarkan hasil evaluasi pemadaman di semua daerah di Sumatera Selatan. Oleh karena itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru telah memutuskan perpanjangan status darurat bencana asap di Sumsel dari yang semula berakhir pada 31 Oktober 2019 menjadi berakhir 10 November 2019.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Sumatera Selatan, titik panas pada Jumat sebanyak 1.297 titik. Kawasan Ogan Komering Ilir merupakan daerah yang terbanyak memiliki titik panas, yakni 864 titik. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) per 25 Oktober menunjukkan kualitas udara di Palembang masuk pada kategori berbahaya dengan nilai 348.
Sonny mengatakan, banyaknya titik panas di Sumsel dikarenakan tim darat mengalami kesulitan dalam memadamkan api lantaran keterbatasan air di kawasan lahan yang terbakar. Belum lagi kondisi cuaca yang sangat panas akhir-akhir ini. ”Hujan pun diperkirakan mundur sampai satu bulan,” ungkapnya.
Armada helikopter bom air tidak bisa mematikan api secara tuntas. Penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) juga telah optimal. TMC tidak hanya menaburkan garam, tetapi juga kapur untuk membuka kabut asap guna mempercepat pembentukan awan hujan. Namun, langkah itu belum juga berhasil. ”Saya harap dua hari ke depan bisa turun hujan,” ungkapnya.
Saya harap dua hari ke depan bisa turun hujan. (Sonny Septiono)
Strategi pemadaman yang dilakukan adalah memfokuskan pemadaman di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang saat ini terbakar hebat. ”Saat ini ada 400 personel yang telah ada di sana. Sekarang, kami menambah personel tim darat,” kata Sonny.
TNI/Polri dan Pemerintah Provinsi Sumsel juga mengerahkan tambahan personel sebanyak 850 orang ke empat zona yang ada di kawasan Ogan Komering Ilir. Personel tersebut terdiri dari 500 anggota Polri, 300 anggota TNI, dan 50 aparatur sipil negara.
Selain itu, ada pergeseran anggota TNI di wilayah terdekat untuk membantu memadamkan api di wilayah Ogan Komering Ilir. Pergeseran pasukan terjadi di Musi Banyuasin, Musi Rawas, dan Banyuasin.
Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayjen Irwan menerangkan, strategi yang digunakan untuk pemadaman adalah dengan membuat sekat bakar agar api tidak meluas. ”Skema ini hampir sama dengan pemadaman yang ada di Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin, beberapa waktu lalu,” katanya.
Pihaknya juga akan melibatkan perusahaan terdekat untuk mengerahkan alat berat guna membangun sekat bakar. ”Kami berharap cara ini dapat mengurangi kebakaran dan dampak asap yang terjadi,” katanya.
Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Firli Bahuri menambahkan, penambahan pasukan ini merupakan hasil evaluasi dari proses pemadaman selama beberapa bulan terakhir. Memang tidak adanya sumber air menjadi kendala utama pemadaman.
Namun, Firli berharap ada partisipasi masyarakat untuk memadamkan api. ”Mulai sekarang kita yang mengepung api, jangan sampai kita yang dikepung api,” ujarnya.
Terkait penegakan hukum, Firli mengatakan, penegakan hukum terus berjalan. Dari 27 tersangka yang ditangkap, satu dari korporasi dan sembilan di antaranya sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Namun, belum ada korporasi yang dilimpahkan kasusnya.
”Kita masih mengumpulkan alat bukti dan saksi,” ungkapnya. Jika benar ada perusahaan yang terbukti menyuruh seseorang untuk membakar lahan demi kepentingan perusahaan, tentu akan ditindak.
Herman Deru menerangkan, sebanyak 850 personel tambahan itu akan dikerahkan di lapangan selama 10 hari. ”Dana dan akomodasi sudah disiapkan,” ucapnya. Ogan Komering Ilir menjadi fokus pemadaman karena asapnya mengarah langsung ke Palembang.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel Hairul Sobri meminta dalam perpanjangan status darurat asap pemerintah tidak hanya fokus pada pemadaman, tetapi juga memberikan bantuan pada warga yang terdampak.
Di wilayah Palembang, lanjut Hairul, penanganan sudah cukup baik. Namun, pemerintah harus memastikan perlakuan serupa juga dirasakan oleh warga di luar Palembang. ”Jangan sampai masyarakat ditelantarkan,” ucapnya.