Puluhan Juta Hektar Hutan di Papua Butuh Perlindungan
Puluhan juta hektar hutan di wilayah Papua saat ini membutuhkan perlindungan. Peran diyakini dapat dilakukan para pemuda yang membentuk simpul-simpul kegiatan konservasi.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puluhan juta hektar hutan di wilayah Papua saat ini membutuhkan perlindungan. Penjagaan kawasan ini memerlukan peran pemuda yang dinilai mampu simpul-simpul kegiatan konservasi.
Direktur Program Yayasan Econusa Muhammad Farid menyebutkan, di wilayah Papua saat ini terdapat hutan seluas 33,7 juta hektar. Setiap satu hektar hutan di kawasan tersebut rata-rata bisa menyerap setidaknya 190 ton gas CO2 dari atmosfer. ”Keberadaan hutan di Papua dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi perubahan iklim di Indonesia,” kata Farid di Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Bagi masyarakat Papua, hutan tak ubahnya rumah dan sumber penghidupan. Farid mengungkapkan, setidaknya ada 400 suku yang mendiami kawasan hutan di Papua. Salah satu bukti kesuburan bisa ditemui di Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Komoditas seperti sayur-sayuran dan buah-buahan di Pegunungan Arfak tumbuh secara organik. Masyarakat selama ini menanam biji-bijinya tanpa menggunakan pupuk. Sementara bagi masyarakat perkotaan, hutan Papua menjaga mereka dari bencana seperti banjir bandang yang terjadi di Sentani beberapa waktu lalu.
Deforestasi hutan yang marak terjadi di daratan Kalimantan dan Sumatera, menurut Farid, juga mesti diantisipasi di Papua. Sebab, ekosistem hutan Papua saat ini juga sudah mulai ”terusik”, terutama menyangkut satwa dilindungi yang selama ini berperan menjaga kelestarian hutan.
Salah satu satwa tersebut ialah burung Kkasuari yang selama ini berperan menyebar biji pohon. Selain itu, perburuan burung cenderawasih juga semakin marak. Sama halnya dengan kasuari, cenderawasih selama ini telah menjadi penjaga hutan. ”Cenderawasih betina selama ini selalu memilih pohon-pohon yang paling tinggi untuk menggoda para jantan,” katanya.
Farid mengatakan, tahun depan, Pemerintah Provinsi Papua Barat akan berupaya melindungi 70 persen hutan di kawasannya. Pemanfaatan ekonomi hanya akan dilakukan pada hutan sekunder. Meski demikian, upaya pelestarian tersebut memerlukan dukungan dari banyak pihak.
Peran pemuda
Menurut Farid, pemuda bisa memegang peranan penting untuk ikut menarasikan pentingnya pelestarian hutan Papua dalam perubahan iklim. Terlebih, pemuda saat ini memiliki ”senjata” kuat bernama media sosial.
”Papua bukan hanya milik Papua, melainkan juga Indonesia. Bahkan, dunia sudah mulai melirik,” katanya.
Tantangannya saat ini adalah menjadikan isu lingkungan digemari oleh anak-anak muda di tengah maraknya isu yang lebih kekinian. Meski demikian, Farid optimistis hal tersebut bisa terwujud jika simpul-simpul pemuda bisa dibentuk di banyak daerah.
Inisiator Rumah Bakau Papua, Abdel Gamel Naser, mengatakan, semangat mencegah perubahan iklim telah tumbuh di Jayapura. Dalam gerakan tersebut, tidak sedikit anak muda yang rela berjuang secara spartan menjaga kelestarian hutan Papua.
Mereka selama ini mau terlibat dalam kegiatan penanaman pohon, mangrove, membersihkan sampah, dan kampanye-kampanye yang dilakukan oleh Rumah Bakau Papua. ”Banyak dari mereka yang berusia belasan tahun. Saya heran karena tidak pernah merasa mengajak,” katanya.
Menurut Gamel, salah satu masalah yang mendesak untuk diselesaikan saat ini adalah masifnya perburuan terhadap cenderawasih. Perburuan dilakukan dengan cara pembukaan lahan. Ironisnya, mahkota cenderawasih yang dijadikan suvenir juga diburu oleh pejabat-pejabat yang melakukan kunjungan kerja ke Papua. ”Ada cara lain yang bisa menjadikan cenderawasih sebagai sumber ekonomi, yakni ekowisata dengan pemantauan burung (birds watching),” ujarnya.
Salah satu anak muda yang mendarmabaktikan hidupnya untuk peduli pada isu lingkungan adalah Alfa Ahoren. Ia merupakan alumnus School of EcoDiplomacy 2018 binaan Econusa yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Bekal dari pelatihan diplomasi dan advokasi yang dilaksanakan di Pegunungan Arfak 2018, saat ini benar-benar ia lanjutkan. Ia memasukkan isu-isu lingkungan kepada anak muda lainnya melalui komunitas belajar. Ia juga memberikan hal serupa kepada kelompok sadar wisata di Papua. ”Bagi pengunjung, kami coba menjadikan buah merah khas Papua sebagai atraksi wisata. Tujuannya mengenalkan obat herbal dari hutan Papua,” ujar Alfa.