Berlari tidak hanya menjadi olahraga yang menyenangkan dan menyehatkan. Namun, dengan berlari juga dapat melakukan kegiatan sosial, yang mulai banyak diadakan di Indonesia ataupun di luar negeri.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berlari tidak hanya menjadi olahraga yang menyenangkan dan menyehatkan. Namun, dengan berlari juga dapat melakukan kegiatan sosial, yang mulai banyak diadakan di Indonesia ataupun di luar negeri.
Nusantara Run menjadi salah satu kegiatan lari ultramaraton yang bertujuan menggalang dana untuk kegiatan sosial. Kegiatan tahun ke-7 yang akan diselenggarakan pada 6-8 Desember 2019 ini memiliki rute start Gunung Kidul (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan finis di Ponorogo (Jawa Timur). Pelari akan mencari donasi untuk atlet disabilitas.
Ada dua kategori yang diperlombakan pada Nusantara Run tahun ini, yaitu ultramaraton dengan jarak 133 kilometer untuk kategori full course dan 71 kilometer untuk kategori half course. Sebanyak 155 orang telah terpilih sebagai pelari.
Pendiri Nusantara Run, Jurian Andika, mengatakan, kegiatan ini pada awalnya diadakan untuk mengampanyekan hidup sehat lewat lari karena olahraga ini paling mudah dilakukan. Setelah mematangkan konsep, pada akhirnya kegiatan ini diisi dengan mencari donasi untuk program sosial.
”Pelari wajib mengumpulkan donasi dengan cara bebas. Dana yang terkumpul akan didonasikan untuk program sosial. Tahun ini, kami akan donasikan ke Perkumpulan Ohana,” ujar Jurian dalam konferensi pers Nusantara Run Ke-7 di Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Tahun ini, kegiatan Nusantara Run melewati tiga provinsi sekaligus, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Nusantara Run juga melibatkan sejumlah orang muda untuk terlibat sebagai relawan. Mereka bebas mengeluarkan kemampuan yang dimiliki untuk membantu terlaksananya kegiatan ini.
Pendidik atlet disabilitas di Ohana Foundation, Widi Nuryanto, mengatakan, banyak kaum disabilitas yang memiliki potensi besar sebagai atlet, tetapi mereka tidak memiliki kesempatan untuk menyalurkan bakatnya. Selain itu, orangtua sering kali masih malu dengan anaknya yang penyandang disabilitas.
”Akhirnya, kami pun mendatangi mereka dan kami didik untuk menjadi atlet,” ujar Widi yang merupakan penyandang disabilitas dan menjadi atlet panahan.
Ia menceritakan, beberapa penyandang disabilitas mampu bangkit dan memiliki optimisme dalam hidupnya setelah menjadi atlet. Bahkan, beberapa dari mereka ada yang melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi setelah menjadi atlet.
Widi berharap, kaum disabilitas diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, khususnya di bidang olahraga. Ia pun mengimbau orangtua tidak malu memiliki anak disabilitas. Menurut Widi, selama ini penghalang terbesar anak disabilitas untuk bangkit adalah orangtuanya sendiri.
Kaum disabilitas perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, khususnya di bidang olahraga.
Program Manager Yayasan Lari Nusantara Harry Anggie Tampubolon menuturkan, Ohana dipilih karena mampu menjawab sasaran utama dari Nusantara Run, yaitu untuk membantu pendidikan di Indonesia.
”Mereka punya program pendidikan untuk atlet disabilitas dan itu sesuai dengan visi kami. Selain itu, mereka juga berada di rute tempat kita berlari sehingga tepat guna,” ujar Harry.
Project Manager Kitabisa.com Edo Velandika menyebutkan, perlombaan lari untuk kegiatan amal semakin menjamur dan mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia. Sebagai contoh, dalam lima tahun terakhir Kitabisa.com mampu mengumpulkan dana Rp 12 miliar dari 3.000 pelari melalui kegiatan Nusantara Run.
Setiap pelari rata-rata mampu memperoleh dana Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta. Melihat besarnya minat masyarakat pada kegiatan amal melalui lari, ia pun optimistis tahun ini Nusantara Run mampu mencari donasi hingga 10.000 orang. Salah satu faktor yang memudahkan adalah tersedianya aplikasi digital sehingga donatur dapat menyumbangkan dana dengan mudah.