Melambatnya pertumbuhan laba bersih disebabkan adanya penurunan margin bunga bersih.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk hanya bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada triwulan III-2019 sebesar 4,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, pada triwulan III-2018, pertumbuhannya 12,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Melambatnya pertumbuhan ini disebabkan adanya penurunan margin bunga bersih.
Laba bersih BNI pada triwulan III-2019 tercatat Rp 12 triliun.
Direktur Keuangan BNI Ario Birmo, di Jakarta, Rabu (23/10/2019), mengatakan, menurunnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dipengaruhi oleh mengetatnya likuiditas pasar.
NIM merupakan ukuran perbandingan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman. NIM BNI pada triwulan III-2019 tercatat 4,9 persen.
”Likuiditas tahun ini sangat ketat, bahkan perbankan pun perlu bersaing ketat dengan pemerintah yang menerbitkan surat utang. Di sisi lain, pemerintah juga berhati-hati dalam pengeluaran. Perbaikan NIM akan jadi prioritas BNI di sisa akhir tahun ini,” ujarnya.
Pada akhir 2019, BNI menargetkan NIM tidak akan kembali menurun dan terjaga di posisi 4,9 persen. Sementara pada 2020, jajaran direksi BNI memproyeksikan NIM akan berkisar di angka 5,25 persen.
Meski ada penurunan NIM, Ario mengatakan, pertumbuhan laba mampu terjaga karena ditopang pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai 14,7 persen dibandingkan capaian pada triwulan III-2018. Pada triwulan III-2019, BNI tercatat telah menyalurkan kredit Rp 558,7 triliun.
Pertumbuhan kredit BNI didorong oleh pembiayaan pada segmen korporasi yang tumbuh 18,1 persen yoy menjadi Rp 291,7 triliun. Segmen korporasi swasta pada periode ini berkontribusi cukup besar atau sebesar Rp 181,1 triliun dengan capaian pertumbuhan 24,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
”Kredit korporasi terutama disalurkan kepada sektor manufaktur, perdagangan restoran dan hotel, jasa dunia usaha, konstruksi dan kelistrikan,” ujarnya.
Pertumbuhan kredit di segmen menengah dijaga pada level moderat atau sebesar 3,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada segmen konsumer, BNI mencatatkan kredit payroll sebagai kontributor utama pertumbuhan bisnis dengan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai 13,1 persen.
Kinerja Danamon
Sementara itu, berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kompas,laba bersih yang dicatatkan PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada triwulan III-2019 sebesar Rp 2,59 triliun. Capaian ini melambat 15 persen jika dibandingkan laba bersih yang dibukukan Danamon pada triwulan III-2018 sebesar Rp 3,03 triliun.
Chief Financial Officer Bank Danamon Muljono Tjandra mengatakan, untuk mencapai kinerja terbaik, Bank Danamon akan terus melakukan diversifikasi sumber pendapatan, memperkuat layanan nasabah, serta melaksanakan penerapan solusi berbasis teknologi dan digital yang komprehensif.
”Ke depannya, kami yakin akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang positif akibat kolaborasi dengan MUFG sebagai pemilik saham mayoritas. Hal ini tentunya akan menghadirkan pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan bagi Bank Danamon,” ujarnya.
Stabilitas terjaga
Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan menilai stabilitas sektor jasa keuangan hingga pekan keempat Oktober dalam kondisi terjaga di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian global.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kompas,pertumbuhan tahunan kredit perbankan hingga pekan keempat Oktober 2019 sebesar7,89 persen. Capaian ini ditopang oleh pertumbuhan tahunan kredit investasi di level 12,84 persen.
Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan tahunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan berada dalam tren meningkat 7,47 persen yang ditopang oleh pertumbuhan deposito 7,6 persen. Sementara itu, sepanjang Januari sampai September 2019, asuransi jiwa dan asuransi umum mampu menghimpun premi masing-masing Rp 136,80 triliun dan Rp 75,40 triliun.